kenangan terakhir
"Hyunggg,"
Panggilan si bungsu memenuhi seluruh bagian rumah. Mama yang berada di dapur terkekeh sembari memotong sayur untuk makan malam nanti.
Si sulung yang keluar dari kamar mandi di dapur, sedikit terkejut mendengar panggilan si bungsu. Dia melirik bunda yang terkekeh, lantas dia ikut tertawa kecil. "Kakak samperin adek sana, mama bisa sendiri kok." kata mama tersenyum tipis. Gyuvin mengangguk an kepalanya kemudian pergi dari dapur untuk menghampiri adik kecilnya.
Yujin yang baru masuk ke dalam rumah, langsung berlari memeluk saudaranya kencang dan erat. Gyuvin tersenyum kecil. Adiknya ini baru saja main bersama teman-temannya, bisa dilihat permainan apa yang mereka mainkan dari keringat yang membasahi seluruh tubuh Yujin.
"Kenapa adek panggil kakak?"
"Hyung, adek punya teman baru lagi." ucap Yujin tersenyum manis, "Namanya Ollie, adek liat dia duduk sendirian di ayunan tapi dia ngga mau lihat adek setiap adek ajak ngomong."
Gyuvin membawa adiknya untuk duduk di sofa, kemudian mengangguk pelan mendengarkan. "Mungkin dia malu." balas Gyuvin mengelus rambut Yujin, "adek jangan nyerah ajak dia ngomong, ya? Siapa tau dia sebenarnya ingin berteman sama adek."
Yujin menganggukan kepalanya. Tapi keesokan harinya pun, masih sama. Yujin datang dan cerita pada Gyuvin kalau temannya Ollie masih menghindarinya, "Dia ngga mau berteman dengan siapapun. Katanya orang yang berada di dekat Ollie akan mati."
Gyuvin terkejut mendengarnya. Meski begitu, dia tidak merespon apapun.
"Adek mandi dulu gih, kakak katanya mau ajak kamu main ke taman tuh."
"Uwaaa!" Yujin tersenyum lebar, menatap Gyuvin dengan mata berbinar. "Benar ya?"
Gyuvin menganggukan kepalanya, "Tapi kakak ngga bisa ajak jauh, cuma taman di depan kom—"
"Gapapa gapapa, adek lebih suka disana. Lebih dekat jadi adek ngga cape duluan, hehe." Yujin berdiri dari duduknya, kemudian berlari ke bunda yang ada di anak tangga dan menariknya ke kamarnya untuk membantunya membersihkan diri.
Namun setelah Yujin selesai mandi, Gyuvin tidak ada di ruang tamu. "Bunda... hyung dimana? Hyung ngga jalan duluan kan, Bunda?" rengek Yujin, "Adek kelamaan main airnya ya, Bunda?" tanya Yujin mendongakkan kepalanya menatap Bunda dengan matanya yang berlinang.
Tangan bunda gemetar, pelan pelan bunda berjongkok di depan si bungsu. "Bunda cari kakak dulu, adek tunggu di kamar ya?"
Yujin menggelengkan kepalanya, "Ngga, adek mau ikut cari hyung bundaaaa." rengekan si bungsu makin menggelegar. Bunda kalang kabut, bingung harus bagaimana.
Makin keras rengekan si bungsu. Bunda berusaha agar si bungsu tidak menangis lagi sembari berusaha tidak menunjukan kekhawatirannya pada si sulung. Namun tidak lama, pundaknya ditepuk pelan membuat bunda segera menoleh ke belakang.
"Kakak." wajah bunda memerah, matanya sudah berlinang. Si sulung hanya menunjukkan senyumnya.
"Adek, udahan ya nangisnya. Kasian bunda khawatir adek demam kalo nangis terus." si sulung akhirnya mengambil alih Yujin yang kini menangis sambil memeluknya. Tangan Gyuvin yang masih gemetaran berusaha mengelus rambut adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJIN
أدب الهواةGyuvin pernah punya adik, sebelum tragedi itu terjadi. Yujin yakin dia anak tunggal, sesudah tragedi itu membawanya ke ingatan menyakitkan. Kim Gyuvin dan Han Yujin adalah dua bersaudara, sebelum tragedi itu memisahkan mereka. CERITA INI UNTUK MEN...