EPS 7

1.5K 246 16
                                    

8 last year.

"Bunda!! Yujin gaada di kamarnya!" Gyuvin pagi-pagi sekali teriak, mencari dimana adiknya. Langkahnya turun tangga dengan heboh juga raut wajahnya terlihat cemas. "Loh? Ayah mana?" tanya Gyuvin berkedip-kedip bingung saat di ruang makan.

Bunda melihat ke arah putranya lalu tersenyum kecil. Dia menghampiri Gyuvin, lalu mencubit hidung kecil anaknya. "Kamu lupa hari ini adik kamu masuk sekolah?"

Gyuvin langsung membuat wajah terkejut, "Hari ini? Kok cepat sekali.." Gyuvin merenggut. Dia mengecek kalender karena masih tidak percaya adik kecilnya sudah masuk sekolah hari ini. Dan benar, hari ini tanggal adiknya masuk sekolah dasar. "Yah.. adik udah besar ya Bun?"

Bunda tertawa kecil, lalu menghampiri putranya dan membawanya duduk di sofa. "Selamanya, Yujin akan tetap jadi adik kecilnya kamu. Kalau dia semakin besar nanti, kamu juga semakin besar." kata Bunda, mengelus rambut hitam Gyuvin.

Gyuvin- bocah 10 tahun itu menghela nafasnya berat, masih tidak mempercayai bahwa adiknya yang selalu menunggunya di rumah itu, sekarang sudah masuk sekolah. "Terus adik sekolah dimana Bunda?"

Bunda tersenyum tipis, "Di sekolah impian kamu." jawab Bunda, berhasil membuat Gyuvin menunjukan senyumannya, meski tipis dan sedikit menyimpan luka. Bunda mengerti, karena itu dia membawa Gyuvin ke pelukannya lalu mengelus rambut Gyuvin. "Gyuvin nggak akan membenci adik karena itu, kan?"

Gyuvin mencengkeram kuat ujung kaos Bunda, lalu mengangguk kecil. "Ngga, Bunda. Gyuvin ikut seneng, adik bisa masuk sekolah." cicitnya pelan.

Jauh dalam hati Gyuvin, bocah itu bertanya-tanya. Kenapa harus dia?

...

"Bunda!! Gyuvin hyung!"

"Hati-hati sayang, jangan lari-lari!" mama menegur putra bungsunya yang berlarian masuk ke dalam rumah dengan senyum paling lebar dan cerah yang dia tunjukkan. Mama menyambutnya ke dalam pelukan hangat. "Gimana sekolahnya?"

"Seru! Yujin punya banyak teman!" dia menceritakannya dengan perasaan senang meluap-luap. Setiap celotehan ceritanya tidak pernah terlewat di telinga Bundanya yang sibuk mengganti pakaiannya. "Aku suka sekolahnya, Bun!"

Bunda tersenyum manis, mengecup satu pipi putra kecilnya. "Sekarang makan siang. Kamu panggil Kakak di kamar, ya."

Yujin menunjukan siap hormat lalu berlari keluar kamar untuk pergi ke kamar sebelah- kamar kakaknya. "Hyung! Ayo makan siang!" Yujin terus menggedor pintu Gyuvin hingga suara pemiliknya terdengar.

"Aku tidak makan siang. Ingin tidur."

Yujin melunturkan senyumnya dengan raut wajah aneh dan bingung. "Aku bilangin Bunda ya, hyung tidak mau makan!" ancamnya dengan kaki dihentak-hentak seolah sedang berjalan.

cklek.

Gyuvin membuka pintu kamar. Wajahnya terlihat tidak bagus. "Makan duluan saja. Dan tolong jangan berisik. Aku ingin tidur." pinta Gyuvin lantas ingin menutup pintunya kembali.

Tapi tangan Yujin mencegahnya. Dia menarik tangan Gyuvin untuk keluar kamar. "Hyung ayo makan." ajak Yujin keras kepala menyuruh Gyuvin ikut makan.

BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang