EPS 20

1K 201 11
                                    

tired


cklek.

Gyuvin masuk ke dalam ruangan dokter yang menangani Yujin. Laki-laki itu duduk di kursi berhadapan dokter. Dokter memperhatikan tamunya itu lalu berdekhem menghilangkan atmosfir kaku, "Jadi.. ada apa meminta waktu saya?"

Remaja di depannya tidak kunjung menjawab, membuat dokter menghela nafasnya berat. "Saya tidak punya banyak waktu, jadi tolong-"

"Yujin mengidap penyakit apa?" Gyuvin bertanya, mengangkat kepalanya dengan kelopak mata sayu, "Yujin sakit parah kan?"

Dokter menahan jawabannya, sedikit terkejut. "Maaf, tapi apa kaitan anda dengan pasien?" tanya dokter membuat Gyuvin diam sebentar. "Kalau anda tidak memiliki kaitan sama sekali dengan pasien-"

"Kakak kandung," jawab Gyuvin cepat. "Saya kakak kandung Kim Yujin."

Dokter menelan salivanya. 

"Jadi katakan padaku, Yujin-"

"Tidak bisa." Dokter menyela, menghela nafasnya sambil menatap Gyuvin serius. "Ini privasi pasien, jadi sekalipun anda keluarga pasien, rumah sakit kami lebih mengutamakan privasi pasien." jelas Dokter membuat tangan Gyuvin terkepal.

"Kenapa kalian menyembunyikan penyakit Yujin dariku?" tanya Gyuvin membuat dokter mengerutkan alisnya. Tangan Gyuvin masih mencengkeram kuat, rasanya hatinya panas sekali, sekaligus dadanya sesak, "Kenapa kalian ingin membuatku gagal lagi menyelamatkan adikku?"

"Maaf, saya tidak tau apa-apa. Tapi ini benar-benar pasien yang meminta kami untuk merahasiakan penyakitnya dari semua orang." ucap dokter. 

Gyuvin merundukkan kepalanya, mengalirkan air matanya yang membasahi telapak tangannya. Meski isakannya tidak bersuara, tapi dokter tau itu lebih menyakitkan untuk dilihat. "Saya mohon.. beri tau saya.." suaranya bergetar, "Saya tidak mau menyesal lagi.. saya mohon.."

"Saya mau menyelamatkan adik saya," Gyuvin menjeda karena tangisannya. Rasa takut itu benar-benar membuat dadanya sesak. "Yujin satu-satunya keluarga saya yang tersisa. Saya sudah gagal menyelamatkan bunda, ayah, dan adik sekali. Saya tidak mau lagi, dok.."

Dokter tidak bisa berkata apapun, hanya membisu. Dia juga bingung. Dia simpati pada remaja di depannya yang terlihat frustasi, apalagi dia terlihat sangat sayang pada adiknya. Dokter tidak bisa membayangkan kalau nanti remaja di depannya kehilangan adiknya tanpa tau apapun soal penyakit adiknya. Pasti..

"Maafkan saya.."

Gyuvin lagi-lagi merasa kecewa. Kedua tangannya menutup wajahnya. Dia kalut lebih jauh lagi. Dia tidak bisa membayangkan kalau suatu saat nanti, adiknya pergi tanpa pamit padanya. Dia takut kalau nanti adiknya pergi, dan dia tidak tau apapun. Dia takut kalau apa yang dia miliki ternyata bisa menyelamatkan Yujin, tapi karena dia tidak tau apapun, dia tidak bisa memberikannya. 

Semua spekulasi terburuk itu membuat Gyuvin tidak bisa berpikir apapun. Jadi tangannya menggebrak meja dokter, mata sembabnya menatap dokter tajam. "Saya tidak perduli dengan privasi pasien, anda harus memberi tau saya. Saya punya hak untuk tau keadaan adik saya, saya punya hak untuk menyelamatkannya!"

Dokter menghela nafas berat, "Saya tau anda menyayangi adik anda, tapi saya juga punya tanggung jawab untuk menjaga privasi pasien. Tolonng hormati sumpah saya."

"Saya tidak perduli!" teriak Gyuvin, menahan tangisannya lewat kepalan tangannya. Meski mati-matian menahannya, air matanya tetap mengalir membuat laki-laki itu mendesis. "Kalau anda punya sumpah untuk menjaga privasi, saya juga punya sumpah untuk menyelamatkan adik saya!"

BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang