donor
tok. tok. tok.
Ollie dan Gyuvin yang duduk di sofa ruang tengah segera melihat ke belakang— pintu. Ollie berdiri, berlari ke pintu dan membukanya. Zhang Hao langsung masuk ke dalam dengan wajah yang tidak bisa Ollie maksudkan, namun terlihat lesu.
"Ada apa?" Ollie bertanya.
"Kau.. bertemu Yujin?" tanya Gyuvin, melirik jam dinding. Sudah pukul 12 malam, "Atau kau tidak bertemunya? Tapi kenapa baru kembali jam segini?"
Zhang Hao tidak menjawab satupun pertanyaan. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar yang digunakan Yujin sewaktu menginap, dan menutup pintunya. Ollie dan Gyuvin sama-sama saling bersitatap, sebelum akhirnya Ollie duduk di sofa.
Di dalam kamar, Zhang Hao langsung merebahkan punggungnya. Nafasnya keluar dengan berat. Lengannya dia gunakan untuk menutup matanya.
"Hyung, ayo pulang."
Zhang Hao berkedip, "Pulang?" keningnya berkerut, "Kenapa kau mengajakku pulang?"
"Karena ayah menunggu, Hyung." jawab Yujin langsung, matanya sedikit menyipit saat angin lewat di depannya. "Ayah menyuruhku untuk membawa hyung pulang."
"Apa ayah menyakitimu?" Zhang Hao langsung bertanya, dia pernah ada di posisi Yujin. "Katakan padaku, apa yang ayah lakukan—"
Yujin menggeleng, "Ayah tidak melakukan apa-apa padaku—"
Detik itu, Zhang Hao tertawa pahit. "Harusnya aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Harusnya aku tau ayah tidak akan memperlakukanmu dengan keras seperti ayah memperlakukanku."
Gantian Yujin yang mengerutkan kening, "Hyung, itu tidak benar. Ayah menyayangi hyung, karena itu menyuruhku—"
"Kau tidak tau!" bentak Hao, mengepalkan tangannya. "Ayah menyuruhmu membawaku kembali agar kau punya teman di rumah! Agar kau tidak kabur-kaburan lagi—"
"Itu juga yang ayah lakukan padaku." Yujin menyela dengan vokal paling sabar, "Ayah membawaku ke rumah supaya hyung ada teman. Supaya hyung tidak kabur.." laki-laki itu merunduk, menatap sepatunya hanya agar tidak perlu menatap wajah kakaknya. "Hyung, ada yang ingin aku tanyakan."
Zhang Hao membuang muka, "Kau pasti ingin bertanya kenapa aku memben—"
"Kenapa hyung meminta adik?" tanya Yujin yang membuat ucapan Zhang Hao terhenti digantikan dengan gelekan saliva terkejut. "Seandainya Hyung tidak meminta adik.. aku tidak akan ada disini kan? Aku tidak akan mengenal Hao Hyung, aku juga tidak akan membuat Hyung dan ayah bertengkar."
Zhang Hao kembali menatap Yujin. Dan sekali itu, Zhang Hao bisa melihat bagaimana punggung Yujin bergetar. Tangisannya terdengar, namun samar karena suara mobil yang berkendara di jembatan pagi ini.
Tangan Yujin mengelap matanya sendiri. "Aku tau aku hanya anak pungut yang tidak tau diri. Aku tau aku hanya orang asing yang tidak memiliki siapapun—"
Ucapan Yujin terhenti, wajahnya terdiam terkejut. Zhang Hao memeluknya dengan erat. Ada perasaan menghangat di hatinya tepat ketika Zhang Hao memeluknya.
"Aku tidak membencimu, Yujin."
Dan ucapan itu kembali membuat air mata Yujin menetes.
"Aku tidak membencimu. Aku hanya.." Zhang Hao kehilangan kalimatnya. Dia melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Yujin. "Kau mau tau kenapa aku meminta adik?"
"Jawabannya karena aku kesepian. Aku ingin berbagi banyak hal pada seseorang. Tapi tidak ada yang mau bermain denganku." Zhang Hao menelan salivanya pahit, tersenyum getir. "Bukan karena kau ayah tidak menyayangiku. Tapi sejak dulu pun, ayah tidak menyayangiku. Ayah sibuk dengan kerjanya karena dia seorang ilmuwan."
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJIN
FanfictionGyuvin pernah punya adik, sebelum tragedi itu terjadi. Yujin yakin dia anak tunggal, sesudah tragedi itu membawanya ke ingatan menyakitkan. Kim Gyuvin dan Han Yujin adalah dua bersaudara, sebelum tragedi itu memisahkan mereka. CERITA INI UNTUK MEN...