EPS 10

1.5K 236 34
                                    

orphanage

Ada hal yang selalu dia yakini. Dia yakin, bahwa Kakaknya adalah pahlawan untuknya. Bahwa Kakaknya selalu ada setiap dia dalam masalah, setiap sesuatu yang menyakitinya, Kakaknya akan selalu ada. Menghalau rasa sakit dirinya sendiri, demi melindungi adiknya.

Itu yang Yujin yakini sampai detik ketika nafasnya mulai terengah akibat menghirup karbondioksida di bawah reruntuhan posko. Seluruh tubuhnya penuh luka. Tidak ada yang bisa menyakitinya ketika kakaknya ada di dekatnya, tapi saat ini, rasanya segala hal bisa menyakitinya.

Dalam hatinya, Yujin terus mengadu sakit pada kakaknya. Dia berharap agar kakaknya cepat kembali menolongnya. Namun selama apapun dia menahan diri agar tetap sadar, kenyataan bahwa dia sendiri di bawah reruntuhan ini, terlalu menyakitinya.

Yujin tidak pernah ingin keyakinannya memudar. Tapi seiring waktu yang terlewat, seiring harapannya masih mengharapkan hal yang sama, dalam waktu yang lama, keyakinan itu teriris perlahan-lahan.

Pada akhirnya dia sendiri. Ditinggalkan dalam kegelapan dan rasa sakit.

"H-hyung.." sebut Yujin susah payah. Bibirnya sudah kaku penuh luka iris dan berdebu. Matanya terpejam perlahan, dengan nafasnya yang semakin terengah tidak menerima karbondioksida. "Hyung.. Yujin mohon.."

Mungkin, ada banyak hal yang Yujin ingat sebelum kematian menjemputnya. Masa-masa ketika dia sangat mengagumi kakaknya yang hebat, kakaknya si pahlawan pribadinya, dan kakaknya yang kuat bertahan dari penyakit untuknya. Masa itu tidak sepenuhnya buruk walaupun kakaknya sakit, karena ada Yujin yang menemani dan menjadi kekuatan serta alasan untuk Gyuvin bertahan.

"Uhuk!" Yujin memegang dada dan lehernya yang terasa sakit dan berat. Anak itu mencoba menggerakkan kakinya, namun tidak berhasil karena tertimpa tenda posko yang ditahan sesuatu yang berat di atasnya. Matanya melihat sekitar, semuanya gelap. Tidak ada siapapun disini.

"To.." dia menarik nafasnya yang berat, "long.." lirihnya dengan vokal yang sekuat tenaga dia keluarkan.

Tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada yang menjawabnya, dan tidak ada tanda-tanda seseorang yang bisa membantunya.

Pada akhirnya, tubuh itu berhenti bergerak. Matanya mulai terpejam seiring nafasnya yang berat, mulai perlahan-lahan tenang seolah akan berhenti.

Keyakinan akan penyelamat akan datang, sudah hilang. Air mata anak laki-laki yang dipenuhi luka, dan dimandikan debu-debu itu meluruh setetes. Tangannya mengerat, mencoba berdamai dengan kematiannya.

"Adik! Jangan main jauh-jauh!"

Ingatan itu..

"Adik, kau tidak apa-apa kan? Kau baik-baik saja kan? Kan Hyung sudah bilang, jangan jauh-jauh mainnya."

Entah kenapa sangat..

"Hehe.. kan ada Hyung di dekatku!"

Menyakitkan.

Yujin tidak pernah ingin keyakinannya menghilang. Yujin selalu ingin mempercayai bahwa kakaknya adalah pahlawannya. Yujin selalu ingin meyakini dirinya sendiri bahwa
semuanya akan baik-baik saja. Dan Yujin tidak pernah ingin membenci kakaknya.

Faktanya, dia ditinggalkan.

Karena itu, Yujin memejamkan matanya. Untuk terakhir kalinya, Yujin tetap berdoa dengan vokal yang lirih, "Tuhan.. Yujin tidak mau membenci kakak, Yujin masih ingin menyayangi kakak.."

Dan mata itu tertutup dengan doa di dalam hatinya, "Karena itu Tuhan.. kasih Yujin satu kali lagi kesempatan untuk hidup sekaligus hilangkan ingatan Yujin.."

BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang