Renjun memutar-mutar kalung yang ia dapatkan tempo hari. Meski tak ada lagi yang mempertanyakan hilangnya sosok Renjun saat itu, namun tidak dengan dirinya yang masih merasa ganjil. Ia meraih ponselnya dari meja rias, mencari di halaman pencarian tentang sosok sesungguhnya sang produser terkenal yang misterius itu, namun nihil. Ia sama sekali menemukan tentang bagaimana sosok gambaran yang selalu di bilang jenius itu.
"Renjun ayo, 10 menit lagi kita take."
"Iya." Jawabnya. Perhatiannya teralih dengan pesan masuk di ponselnya menandakan pengeluaran dari kartu kreditnya secara berturut-turut berserta pengingat tagihan yang harus ia bayarkan. Sedikit mendengus, Ia memasukan ponselnya ke dalam tas berserta kalung berinisial Jamal itu lalu keluar dari ruangan.
"Terimakasih untuk kerjasamanya." Ucap Renjun ramah pada staff yang bertugas, ia pun langsung pergi ke ruang ganti untuk segera pulang. Hari ini ia ingin sekali makan sup yang hangat. "Hyung aku mau makan sup." Pinta Renjun pada Doyoung saat mereka berada di dalam mobil.
"Kau benar tak ada bosannya makan-makan seperti itu." Renjun tak merespon, tangannya sibuk mencari ponsel di tasnya dan cukup terkejut karena mendapat banyak panggilan tak terjawab.
"loh?"
"Kenapa?"
"Ada yang menelponku berkali-kali hyung."
"Siapa?" Tanya doyoung penasaran dan mendekatkan tubuhnya untuk mengintip kearah ponsel Renjun.
Keduanya saling menatap heran saat melihat pesan masuk yang sudah dibuka Renjun.
II+82140297xxx
Ini Jamal.
"ini Jamal si Jamal yang Jamal itu?"
Renjun mengangkat bahunya merasa tak yakin.
"Kau ingin menelponnya kembali?"
"tidak hyung, biar saja." Renjun mendadak ingat akan kalung yang ia pegang saat ini. apa mungkin Jamal menelponnya hanya untuk kalung itu. "hyung kita langsung pulang saja, aku agak lelah ingin langsung istirahat." dalih renjun yang sesungguhnya ingin kembali menelpon tanpa sepengatahuan managernya itu.
Sampailah Renjun pada apartmennya, ia langsung melesat ke kamar untuk kembali menelpon sosok yang mengaku jamal itu.
"Hallo..."
"Kenapa tadi gak di angkat!?"
astaga... aku dibentak
Renjun menarik napas sebelum kembali berujar, hal pertama yang ia simpulkan dari suara yang ia dengar adalah ; orang ini tidak tua seperti bapak-bapak. "AKU LAGI KERJA TADI MAKANYA GAK BISA ANGKAT TELPON, LAGIAN NGAPAIN TELPON-TELPON? ADA PERLU APA?" Renjun meledak-ledak.
"kau ingin membuatku tuli?"
"Kau yang bentak aku duluan. kau! dari mana dapat nomer ponselku?"
"dari boss mu, dan tak usah banyak omong kembalikan kalung yang kau ambil."
"kalung?" Renjun pura-pura tak paham yang dengan apa yang di maksud.
"iya kalungku."
"kalung yang mana? aku tidak tau." dustanya
"Kalung berlian yang sangat mahal."
"kalung berlian apa? itu cuma kalung ukiran yang ada nama jamalnya ya." Renjun menutup mulutnya saat menendengar kekehan remeh dari seberang sana.
"cepat kemabalikan. datang ke hotel kemarin lantai paling atas, atau ku bocorkan ke media kalau kau suka berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be mine [Jaeren] [DEWASA] ✓
Fanfiction[M] [Romance] Renjun bekerja sebagai penyanyi solo dan namanya sudah mendunia. Sosoknya yang tampak polos dan ceria membuat ia banyak di cintai, namun sosoknya cukup ambisius untuk mendapatkan yang ia mau, bahkan sikapnya dinilai cukup arogan bagi...