Sosok Pengganti

1.4K 161 2
                                    

"Renjun ah, kau mau makan apa biar nanti ku pesankan."

"apa saja hyung." jawabnya lemas, Renjun hanya terus berbaring seharian di sofa sambil memeluk boneka moomin nya.

ia mengerucutkan  bibir saat melihat notifikasi tagihan untuk pembayaran hutangnya yang sudah lewat jatuh tempo. bahkan sudah banyak panggilan-panggilan peringatan untuk segera melunasi hutang-hutangnya itu.

"sepertinya pemasukan ku kali ini tak cukup untuk menutupi." gumannya.

"hidupku benar-benar hancur, aaaaarrrggg bahkan untuk makan saja harus menunggu Doyoung hyung."

Renjun berjalan ke arah dapur sambil mengambil beberapa camilan yang masih ia miliki. ia memakan camilan itu bersamaan dengan air putih yang ia minum cukup banyak agar perutnya terasa kenyang.

ding dong

Renjun menghela napas sambil bergerak malas turun dari sofa menuju pintu, ia belum makan dan tenaganya seperti terkuras habis.

alisnya mengerut saat melihat kurir mengantarkan makanan untuknya.

"mungkin doyoung hyung pesan?" asumsinya yang langsung membawa masuk makanan itu.

wanginya cukup mengiurkan dan kebetulan memang Renjun sudah sangat lapar saat ini. 

usai Renjun menghabiskan makanannya, doyoung datang membawa 1 box ayam goreng untuk Renjun dan cukup terkejut karena Renjun yang sudah selesai makan.

"loh kau sudah memesan makan?"

"bukannya... ini hyung yang pesankan untukku?"

Doyoung panik dan mengambil bungkusan sampah bekas makan Renjun. Ia menciumnya, mencoba mencari hal yang ganjil, namun terdiam saat bau makanan itu normal-normal saja.

"apa kau merasa mual Renjun? atau pusing."

Renjun menggeleng, yang ia rasa saat ini hanya kenyang karena makanan itu benar-benar enak.

"aku takut ada yang ingin berbuat jahat padamu."

"memang ini bukan hyung yang pesan?"

"aku tidak memesannya, lagi pula sengaja aku membeli ayam ini untuk bisa kau makan malam ini. aku tidak bisa menginap. kalau seperti ini aku jadi tak tenang."

"tidak apa hyung, buktinya aku tidak apa-apa."

Doyoung menghela napas membuang semua pikiran-pikiran buruknya. semoga saja memang tak ada hal yang buruk.

hingga malam tiba, doyoung pun akhirnya pamit untuk pulang. meski merasa sedih di tinggalkan sendiri, namun renjun tidak bisa memaksakan orang lain untuk tetap menemaninya. terlebih doyoung pun memiliki orang tua yang harus ia rawat.

"jangan sembarangan membuka pintu, liat dulu siapa yang datang."

"iya hyung."

"yaudah aku pulang dulu nanti saat sampai akan ku telpon."

Renjun mengangguk paham dan kembali terdiam setelah doyoung pergi.

"kenapa aku tidak lahir menjadi adiknya doyoung hyung saja..." keluhnya, rasanya ingin sekali tinggal bersama doyoung ketibang berada di tempat yang justru tak membuatnya bahagia.

"aku ingin minum soju, tapi bagaimana kalau diluar banyak wartawan... apa aku harus menunggu tengah malam agar bisa ke mini market?" monolognya.

Renjun menghela napas, sambil meratapi nasibnya.

"kenapa semuanya jadi terasa sulit buatku."

Renjun memilih kembali merebahkan diri di sofa sambil memeluk bonekanya. matanya sulit untuk dipejamkan, ia pun memilih menonton film di layanan streaming langganannya.

tak lama, bel pintunya kembali terdengar. ia melirik jam dinding yang kini sudah menunjukan pukul setengah 12 malam.

"siapa yang datang malam-malam seperti ini?" gumamnya namun tetap melangkah menuju pintu. ia kembali melihat screen pada door bell dan lagi-lagi ada kurir pengantar yang kini membawa beberapa botol soju dan camilan.

Renjun membeku menatap soju yang ia biarkan di atas meja.

"siapa yang mengirimnya? kenapa selalu kebetulan seperti ini?" ia hanya terus bermonolog, dan kembali menepis pikiran negatifnya.

dengan senyum riang ia membuka sebotol soju lalu meminumnya.

tanpa ia sadari sama sekali ada sosok lain yang mengintainya. menatap dengan senyum setiap gerak geriknya dari laptop yang terhubung langsung pada kamera kecil di mata moonin besar itu.

"manisnya kesayanganku, makan yang banyak manisku, terus beritahu aku apa yang kau inginkan."

.

.

.


"Selamat untuk Park Jisung dan Zhong Chenle." Semua terlihat bersorak untuk keduanya. Mereka sedang merayakan perilisan album dari Jisung dan lagu yang berkolaborasi dengan penyanyi ternama zhong chenle.

"Hyung, lagu kita menduduki posisi teratas!" ucap Jisung dengan riang.

"kerja yang bagus." balas Mark dengan senyum. acara ini diadakan di restoran yang ada hotel domhnall kingdom, agency mereka memang sering merayakan setiap acara di restoran itu.

"meski sedikit tertunda perilisannya namun cukup menuai kesuksesan." sambar yuta sebagai CEO dari agensi tersebut.

namun semua terdiam dengan kehadiran seseorang yang langsung bergabung dengan mereka. datangnya pria bertubuh tinggi dengan jas lengkap itu cukup membuat beberapa orang di sana saling berbisik.

"Jamal sshi." ucap mark pelan.

"aku datang hanya ingin ikut merayakan." ucapnya.

"tidak perlu seperti itu jamal sshi, aku belum sehebat kau."

"aku sama sekali tidak memujimu sejak tadi, aku hanya bilang ingin ikut merayakan. apa kau sudah merasa senang dan menang sebagai sosok pengganti?"

melihat pecakapan dingin dari keduanya yuta pun akhirnya mencoba mengahi.

"jamal sshi, terima kasih sudah mau bergabung. oh iya, untuk project selanjutnya saya sedang ingin mendebutkan seorang penyanyi, dia cukup punya karakter suara yang unik, mungkin cocok untuk membawakan lagu-lagumu." tuturmu.

Jaehyun hanya tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya.

"maaf yuta sshi, saya sedang dalam pekerjaan lain. di sini saya sebagai jung jaehyun. pemilik dari hotel ini, jadi mohon maaf saya tidak bisa menerima tawaran anda, lagi pula saya tidak bisa memberikan lagu saya untuk sembarang orang. silahkan nikmati pestanya. semoga semua bahagia."

Suasana menjadi canggung usai perginya jaehyun dari sana. yuta sedikit merasa bersalah karena benar-benar tak tau bila hotel ini justru milik jaehyun. jaehyun memang beberapa kali menanyakan perkembangan tentang kasus renjun dan bilang sedang mengusutnya.

namun karena cukup panik ia justru menawarkan mendebutkan artis lain.

Mark meremat punggung Jisung untuk memberinya semangat. karena sejak awal Jisung kurang setuju dengan adanya pesta ini, namun yuta bilang ini patut di rayakan. setelah di bujuk oleh Mark, akhirnya ia pun mau ikut.

kasus Renjun masih belum selesai dan masih menjadi incaran publik. mungkin yang dikatakan jamal benar adanya, kalau ia hanya sosok pengganti yang berhasil memuncaki posisi atas.

"jangan terlalu di pikirkan." ucap Mark, mungkin kata-kata itu berlaku juga untuknya karena jelas pikirannya kini pun ikut kalut.

meski ia senang lagunya berhasil di terima publik bahkan memuncaki tangga lagu, namun hatinya terasa kosong dan hampa.

ia tidak benar-benar sepuas dan se-bangga itu pada dirinya yang berhasil di atas keterpurukan orang lain yang tak lain adalah sosok yang mengisi hatinya saat ini.

"renjun ah... maafkan aku.."

TBC~

Be mine  [Jaeren] [DEWASA] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang