Sesuatu yang indah cenderung akan hilang dengan mudah. Alurnya selalu begitu. Jika yang indah terus abadi, hidup tidak bisa berjalan sesuai dengan hukum yang ada. Hukum yang mengatur tentang datang dan perginya manusia untuk menciptakan kehidupan baru. Ia rasa, hukum itu kebal terhadapnya sekarang.
"Kenapa ya manusia itu suka bikin bingung manusia lain? Gak bisa gitu yang pasti-pasti aja, capek," keluh Gathari sambil menenggelamkan wajah dalam lipatan tangannya yang ada di atas meja. Terdengar helaan napas putus asa setelahnya.
"Itu namanya lo berharap lebih," Kalinda melirik sahabatnya itu sekilas lalu kembali melanjutkan kalimatnya, "kalau lo nggak berharap, pasrah sama yang di atas, lo gak bakal capek."
Kibasan tangan di udara menandakan Gathari sudah lelah, tidak ingin mendebat jawaban Kalinda barusan. Semakin lama ia hanya merasa semakin tidak jelas, bertanya-tanya dan menerka isi perasaan orang lain yang tidak pernah bisa ia jawab sendiri.
"Itu ada Agni," sontak Gathari mengangkat kepalanya, seakan rasa sedihnya sirna begitu saja ketika mendengar ucapan Kalinda.
Perempuan itu mengerutkan keningnya saat tidak mendapati laki-laki yang namanya disebutkan tadi, "mana?"
"Nah itu yang namanya berharap," ujarnya lalu tertawa. Gelak tawa Kalinda sontak membuat air wajah Gathari berubah masam. "Emang pengen digetok pake bakiak bergerigi ya lo."
--
12/02/23 - 17/02/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Maybe
Teen FictionAgni akan selalu menjadi kemungkinan untuk Gathari. Bukannya tidak mau tahu kebenarannya, tapi sewajarnya manusia akan merasa kecewa jika harapannya tidak menjadi kenyataan. Copyright 2023 by Renata Sayidatul