"Bapak harap kamu bisa mempertimbangkannya, selain Alan, kamu gelandang bertahan terbaik yang sekolah punya."
Agni keluar dari ruang Pak Arya dengan kepala tertunduk. Sepasang matanya menatap kedua kaki yang terbalut celana abu-abu panjang. Terdengar helaan napas panjang yang mengiringi langkahnya menuju kelas.
"Agni!"
Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Laki-laki itu menoleh, Anjani berlari kecil menghampirinya sambil menenteng tas bekal berwarna biru.
"Nggak makan siang?" tanyanya.
Anjani mendengus, "seharusnya gue yang tanya, lo udah makan siang? Gue cari di kelas gak ada, taunya di sini, istirahat tinggal sepuluh menit nih."
Anjani memandang ke sekeliling, "habis dari mana?"
Agni menggeleng seraya tersenyum, "yuk makan! Gue laper, itu bunda masak buat gue 'kan?"
"Tau aja lo, bunda masakin tumis daging sama sayur, kesukaan lo kan?"
Agni mengangguk, lalu mengajak Anjani menepi mencari tempat duduk. Di dalam sana, kepalanya begitu berisik karena pergulatan batin dan pikiran.
Tepat dua bulan yang lalu, Agni mengalami cedera ligamen lutut anterior ketika bertanding pada liga sepak bola nasional. Hal tersebut membuatnya harus melalui operasi dan beberapa rehabilitasi. Meskipun rehabilitasinya sudah selesai, ia masih perlu melakukan pemulihan dengan olahraga ringan di rumah.
Seperti pada atlet umumnya, cedera pada alat gerak adalah mimpi buruk. Bukan hanya risiko performa yang menurun, tidak menutup kemungkinan akan terjadi cedera yang lebih parah sehingga tidak jarang banyak atlet harus pensiun dini setelah cedera.
"Bunda takut ada cedera yang lebih parah dari ini, gak tega juga lihat kamu direhabilitasi kayak gitu, janji sama Bunda ini yang terakhir ya?"
"Agni."
Agni sedikit terkejut ketika tangan Anjani menepuk lengannya. Perempuan itu memandangnya dengan kedua alis terangkat.
"Tadi lo ngomong apa?"
Anjani menggeleng, "nggak ngomong apa-apa, ada yang ganggu pikiran lo?"
Agni menggeleng, "nggak ada."
"Kalau ada sesuatu, lo bisa cerita ke gue, setidaknya gue bisa jadi pendengar yang baik."
"Dih, kenapa tiba-tiba puitis gitu?"
Anjani menatap Agni kesal, "dahlah aku selalu salah di matamu, lebih baik aku pindah ke kulkasmu saja."
"Bilang aja mau nggasak es krim di freezer," ujar Agni.
"Itu tau."
Mereka berdua pun tertawa.
--
18/04/2024 - 24/05/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Maybe
TeenfikceAgni akan selalu menjadi kemungkinan untuk Gathari. Bukannya tidak mau tahu kebenarannya, tapi sewajarnya manusia akan merasa kecewa jika harapannya tidak menjadi kenyataan. Copyright 2023 by Renata Sayidatul