"Untung tempat kuncinya masih sama ya," ujar Gathari sembari mengambil segerombol kunci yang tergantung di dekat pintu. Lalu mereka pergi menuju kelas Gathari.
"Dari mana lo tahu kalau tempat kuncinya di situ?"
"Dulu buku gue juga pernah ketinggalan, tapi bedanya ada Pak Makrus waktu itu, jadi gue disuruh ambil kuncinya sendiri."
Agni mengangguk, "buku lo lumayan sering ketinggalan ya."
Gathari menoleh seraya tersenyum, "bisa dibilang begitu."
Perempuan itu membuka kelasnya dengan kunci yang ia bawa. Setelah terbuka, Gathari bergegas mengambil buku tulis yang ada di kolong meja.
"Syukurlah masih di tempatnya," ujarnya sambil membuka buku tersebut.
Gathari melihat ponselnya, kurang setengah jam lagi sampai dropbox tugas ditutup.
"Bentar ya, gue ngumpulin tugas dulu," ujarnya pada Agni yang bersandar pada ambang pintu.
Perempuan itu segera memotret sejumlah tugasnya dan menjadikannya dalam satu file, lalu dikumpulkan pada dropbox yang sudah tersedia.
"Yuk gue udah selesai, lo tadi mau ngambil apa?"
Agni teringat, "botol minumnya Anjani ketinggalan."
Entah kenapa mendengar nama Anjani disebut membuat Gathari sedikit iri. Begitu perhatiannya Agni pada perempuan itu.
"Ketinggalannya di kelas?"
"Iya."
Gathari segera mengunci kembali kelasnya, tidak lupa sambil membawa bukunya yang tertinggal tadi.
Sesampainya di kelas Anjani, Gathari segera membuka pintunya.
"Biar gue yang ambil," ujar Agni yang dijawab anggukan oleh Gathari.
Laki-laki itu masuk ke dalam kelas, tetapi ketika kembali tangannya kosong.
"Mana botolnya?"
Agni tampak berpikir sejenak, "kayaknya udah diambil."
"Oh oke, ada yang mau lo ambil lagi?"
Agni menggeleng, "gak ada."
Gathari mengangguk lalu kembali mengunci pintunya. Setelah itu mereka mengembalikan kunci dan keluar dari sekolah.
"Makasi ya dan tolong jangan bilang siapa-siapa tentang ini juga" ujar Gathari lalu terkekeh di akhir kalimatnya.
Agni mengangguk, "setelah ini mau langsung pulang?"
"Iya, udah sore."
"Pulangnya naik apa?"
"Naik angkot."
"Mau bareng gue?"
"Emang rumah kita searah?"
"Rumah lo dimana?"
"Di Perumahan Griya Tawang blok B."
Agni tersenyum seraya memakai helmnya, "gue blok A."
Gathari terkejut, jadi selama ini rumah mereka dekat? Ia baru mengetahuinya.
"Ya udah ayo!"
Gathari terdiam, "Beneran gak pa-pa? Takutnya ngerepotin."
"Anggap aja bantuan sesama tetangga," ujar Agni seraya tersenyum. Ganteng banget Ya Allah batin Gathari.
Ketika Gathari akan naik ke motor, tangan Agni dengan sigap membuka kedua pijakan kaki motornya.
"Udah siap?"
"Udah."
Agni melajukan motornya membelah keramaian jalan raya sore itu. Sementara Gathari masih tidak percaya apa yang dilaluinya hari ini bersama Agni. Ini semua seperti sebuah mimpi. Sampai ia teringat dengan celana training hitam yang ia kenakan.
"Agni, celananya aku cuci dulu ya, besok aku kembalikan," ujar Gathari sambil memiringkan kepala di sebelah kiri laki-laki di depannya.
"Iya."
--
07/04/2023 - 12/04/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Maybe
Teen FictionAgni akan selalu menjadi kemungkinan untuk Gathari. Bukannya tidak mau tahu kebenarannya, tapi sewajarnya manusia akan merasa kecewa jika harapannya tidak menjadi kenyataan. Copyright 2023 by Renata Sayidatul