"Entah kenapa, gue ngerasa tiap hari ketemu Agni, di sekolah, di jalan, dimana-mana ada dia. Tumbenan aja gitu akhir-akhir ini, aneh," ujar Gathari sambil memandangi langit-langit kamarnya.
Lalu dahinya berkerut, "kayaknya kita cuma ditakdirkan buat ketemu aja, selalu ada di sekitar tapi gak pernah tegur sapa, cuma saling lihat doang, feeling weird."
"Pernah nggak sih lo gitu juga, Lin?"
Gathari menoleh pada ponselnya yang ada di sampingnya. Samar-samar dia bisa mendengar suara dengkuran sahabatnya itu.
"Eh malah tidur."
Gathari mematikan sambungan teleponnya lalu kembali memandangi satu persatu bintang yang menempel di langit-langit kamarnya.
"Kenapa gue bisa suka sama dia ya?" Pertanyaan itu muncul lagi dan selalu membuatnya bingung.
"Apa ini cuma perasaan kagum aja?" Gathari menghela napas, "susah ya kalau gak ngerti sama perasaan sendiri."
Tiba-tiba pintunya terbuka, menampakkan laki-laki berkaus hitam dan bercelana pendek selutut dengan wajah yang terlihat kesal.
"Kebiasaan, ketuk pintu dulu, Bang, bikin orang kaget aja."
Bara, kakak laki-laki Gathari, berkacak pinggang, "lo pinjem earphone gue ya?"
Gathari melongokkan sedikit kepalanya untuk melihat meja belajar, "nggak, Gathari nggak ke kamar abang sama sekali hari ini."
"Duh, dimana ya?" kesal Bara.
Gathari beranjak dari tempat tidurnya, "coba cari di gantungan deket garasi, kadang bunda naruh barang yang ditemuin di sana."
Bara mengangguk, "bener juga, kebetulan belum gue cek."
"Makanya jangan asal nuduh dulu," ujar Gathari sambil bersedekap.
"Biasanya lo kan yang suka pinjem."
Gathari terkekeh, "iya juga sih."
"Ya udah, lanjutin halunya--"
"Eh Bang."
"Hmm."
Gathari terdiam sejenak, "dulu abang pernah cerita kalau Kak Citra suka sama abang duluan 'kan?"
Bara mengangguk.
"Gimana abang bisa tahu kalau Kak Citra suka abang?" tanya Gathari.
Bara menyandarkan diri di pintu sambil bersedekap, pandangannya menerawang ke atas untuk mengingat kejadian saat itu.
"Dia selalu ada di sekitar gue dan selalu melakukan hal-hal kecil yang ngebantu gue, tanpa sadar," Bara memberi jeda, "dan dia selalu duduk di tribun paling belakang waktu gue tanding."
Gathari mengernyit, "kok paling belakang?"
Bara terkekeh, "gue juga bingung, katanya takut ketahuan kalau suka gue."
Tanpa sadar Gathari pun tersenyum. "Lo lagi suka sama cowok ya?" tebak Bara tiba-tiba yang membuat perempuan itu salah tingkah.
"Nggak, mana ada, tadi cuma nanya aja, tiba-tiba kepikiran."
Bara tersenyum, "cari yang lebih baik dari gue ya karena adik gue yang satu ini sangat berharga."
Gathari melempar tatapan datar, "Hii geli telinga Gathari dengernya, dah abang keluar aja, udah selesai kan urusannya?"
"Iye iye."
Perempuan itu mendorong kakaknya untuk keluar, "dadah!" Setelah itu menutup pintu kamarnya.
"Fiuhh... hampir ketahuan."
--
05/03/2023 - 07/03/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Maybe
Подростковая литератураAgni akan selalu menjadi kemungkinan untuk Gathari. Bukannya tidak mau tahu kebenarannya, tapi sewajarnya manusia akan merasa kecewa jika harapannya tidak menjadi kenyataan. Copyright 2023 by Renata Sayidatul