Siang ini, sekolah terasa begitu ramai. Entah perasaan Gathari atau memang semua siswa tampak berkeliaran di luar kelas.
"Lagi ada apa sih? Kok kayak rame banget," tanyanya sambil melahap sandwich buah yang dibawakan Kalinda.
Sahabatnya itu menoleh, "mau ada festival sekolah."
"Oh, kapan?" tanya Gathari tanpa melepaskan pandangannya dari Kalinda yang sibuk mengupas jeruk.
"Minggu depan mulai pendaftaran," jawab perempuan itu.
Gathari mengangguk, beberapa saat ia tersadar, seperti melihat ribuan kembang api yang memancar di langit.
"Beneran mau ada festival sekolah? Kok gue gak tau?!" serunya begitu keras hingga rasanya telinga Kalinda berdenging.
Sambil melahap sebuah jeruk, Kalinda mengangguk, "buat jelasnya lo bisa lihat pamflet di mading atau nunggu Gibran buat bahas di kelas, gue juga gak gitu ngerti mekanismenya."
Gathari buru-buru melahap sandwichnya lalu beranjak, "ayo ke mading!"
Kalinda menoleh dengan tatapan tajam, "gak ngerti jeruk gue masih separuh?"
Bagi Kalinda, haram hukumnya menyudahi makan ketika perut belum kenyang dan makanan masih tersisa.
"Iya dah habisin dulu, tapi cepetan," jawab Gathari.
Melihat sahabatnya begitu antusias, Kalinda juga tidak tega mematikan api semangat itu, diambilnya jeruk yang masih separuh lalu dibaginya menjadi dua, "bantu gue habisin."
Setelah menghabiskan jeruk, Gathari dan Kalinda bergegas pergi ke mading yang ada di dekat koridor kelas 11.
Pandangannya terkunci pada pamflet berjudul Archfestiva di depannya. Kedua matanya berbinar melihat rentetan perlombaan yang akan diadakan dalam festival kali ini.
"Gas debat, Cak." Gathari sontak menoleh ketika mendengar suara itu. Di sampingnya berdiri Agni yang disebelahnya ada Cakra.
Tampaknya mereka berdua ingin mengikuti cabang lomba debat. Kabarnya, tiga siswa yang terpilih dalam cabang lomba ini akan mewakili sekolah dalam kompetisi debat siswa tingkat nasional.
"Gas debat, Thar, gue dukung lo di pihak pro maupun kontra," ujar Kalinda. Entah sengaja dikeraskan agar Agni dengar atau tidak, tetapi Agni benar menoleh pada kedua perempuan yang berdiri di sampingnya. Tingginya bahkan tidak sampai dagu Agni.
"Mau ikut lomba debat juga?" tanyanya pada Gathari.
Kalinda memiringkan kepalanya, "pasti, dia pernah juara satu debat nasional waktu SMP dan tahun kemarin masuk lima besar pembicara terbaik."
Gathari sontak mencubit lengan Kalinda dan memaksakan wajahnya untuk tersenyum kecil. Improvisasi yang sangat mengejutkan.
Agni menoleh pada Cakra, "saingan kita ternyata berat, Cak."
"Harus kerja keras kita."
Gathari hanya bisa tersenyum kecil sambil sesekali melirik tajam pada Kalinda.
"Bisa diem gak si lo."
"Gak, gak bisa."
--
21/04/2023 - 28/08/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be My Maybe
Roman pour AdolescentsAgni akan selalu menjadi kemungkinan untuk Gathari. Bukannya tidak mau tahu kebenarannya, tapi sewajarnya manusia akan merasa kecewa jika harapannya tidak menjadi kenyataan. Copyright 2023 by Renata Sayidatul