TDW - Part 3

760 62 30
                                    

Happy reading (⁠┛⁠✧⁠Д⁠✧⁠)⁠)⁠┛⁠彡⁠┻⁠━⁠┻







Levi sontak menoleh kearah hutan saat merasakan kehadiran seseorang. Tak melihat siapa-siapa di sana, ia kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tak jauh dari sungai itu Eren duduk bertengger di batang pohon. Emerald setia memperhatikan gerak-gerik sekecil apapun yang dilakukan oleh Levi. Ia tak berani mengalihkannya sedikitpun. Ia takut kehilangannya...lagi.

Jantungnya terus berdebar kencang. Sensasi ini mengingatkannya pada pertamakali dirinya bertemu dengan istrinya. Sama persis, Eren menjadi rindu masa-masa tersebut.

Levi beranjak dari tempatnya. Sudah dua jam lamanya ia berada di situ, sungguh melelahkan dan membuat punggungnya sakit. Levi merenggangkan otot-ototnya sebelum membawa keranjangnya dan melangkah menjauh. Akan tetapi saking lelahnya, ia sampai tak menyadari ada sebuah kerikil tajam di bawah kakinya.

" Hati-hati." gumam Eren. Dengan gesit ia menghancurkan batu kerikil itu dengan api hitamnya hingga menjadi debu.

Eren menghela napasnya lega. Setidaknya kaki Levi tidak terluka. Melihatnya pergi dari tempat itu, Eren segera membuntutinya. Memastikan Levi aman dari gangguan sekecil apapun. Eren tersenyum tipis, senyuman yang jarang muncul setelah kematian sang istri. Kelakuan Levi masih sama saja, tidak ada yang berubah di matanya. Eren ingin segera memeluknya dari belakang dan bercanda gurau dengannya.

Akhirnya tiba di hari dimana ia bertemu dengan reinkarnasi istrinya. Setelah empat ribu tahun lamanya dirinya menunggu kehadirannya. Menunggu dalam kesendirian dan kesepian yang seolah-olah mencekiknya. Akhirnya ia bisa melihat sosoknya kembali...

Eren tidak bisa menggambarkan sebahagia apa dirinya sekarang ini.

" Aku pulang, Reiner...! "

Senyuman Eren seketika luntur begitu menyaksikan adegan dimana seorang pria memeluk Levi. Mereka berdua tampak saling menyukai satu sama lain. Eren menatap tidak suka kearah pria berambut pirang itu.

" Kau tidak terluka kan? Tidak ada musuh di sana kan? "

" Tsk Reiner, kau terlalu berpikiran yang tidak-tidak. Di sana sangat aman, aku tidak melihat siluman sama sekali."

Reiner tersenyum lega, " Syukurlah...jika mereka berani menyentuhmu. Akan ku pastikan dia tersiksa sebelum ku bunuh! "

Levi menggeleng-gelengkan kepalanya, berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Reiner sendirian di depan teras. Menyadari kepergiannya, pria itu segera menyusul si raven masuk ke dalam rumah dengan cepat.

Eren menggeram rendah. Asap berwarna hitam mengelilingi tubuhnya dan tak lama kemudian ia berubah menjadi seekor ular bertanduk seperti naga. Dunia siluman banyak yang menyebutnya ular naga. Dalam bentuk ular, Eren bergerak menuju dalam rumah, menyelinap masuk tanpa ketahuan.

" Hari ini kau membuat masakan apa? "

" Umm sup biji bunga teratai, mungkin."

" I-itu lagi?! "

Levi menggerucutkan bibirnya, " Lalu kau ingin makan apa? Aku tidak suka beli di luar, kebersihannya belum terjamin."

" Yasudah sup biji bunga teratai tak masalah. "

" Apa kau bosan memakannya? "

Reiner terlihat kelabakan mendapati pertanyaan seperti itu. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Ti-tidak. Hanya saja err...lupakan, itu tidak perlu dibahas. Aku tetap menyukai masakanmu." Levi hanya mendengus geli sebagai respon.

Tak terasa hari telah berganti malam. Levi sedang membersihkan sarung bantal dan juga sprei kasurnya. Tiba-tiba sebuah tangan memeluk perutnya, Reiner menaruh hidungnya di tengkuk leher sang kekasih.

The Dragon's Wife [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang