13. Reuni??

36 0 0
                                    


VZZZ VZZZ

Tika meraba saku celananya. Ponsel terus bergetar dan dia menjadi lebih gugup.

Oh...kumohon jangan sekarang!

Hati Tika menjerit dan sikapnya semakin mencurigakan. Masih belum sepenuhnya sadar dari shock mendengar kata-kata Evan tentang siapa sebenarnya Kiara, kini getaran ponselnya membuat dia semakin depresi. Dia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang bakal dia terima karena sudah mengusik istri bosnya.

Evan melihatnya dengan penuh selidik. Wanita muda di depannya sungguh tidak pintar menyembunyikan kesalahannya. Sudah jelas bunyi getar ponselnya terdengar karena ruangan kantor Evan sangatlah hening. Ruangan itu memang dirancang kedap suara agar tidak mengganggu kegiatan apapun di dalamnya.

VZZZ VZZZ

”Kau tidak melihat ponselmu?”

Suara dingin Evan benar-benar menusuk telinga Tika. Dia menoleh cepat pada bosnya tapi dengan cepat pula menghindar.

”Ee...a...eee...ah...ituuu bukan apa-apa, Pak.” jawab Tika gugup.

Evan mendekat dan berbicara sangat dekat di depan wajahnya.

”Apa aku harus meminta May merobek saku celanamu?” tanya Evan dengan suara dalam.

”Ee...ti–tidak, Pak. Sa–saya bisa sendiri.”

Dengan cepat Tika mengambil ponselnya dari saku celana. Beberapa pesan masuk tertera di layar. Jantungnya berdebar sangat kencang melihat nama pengirimnya.

Oh...tidaaaaak!?!?

Evan yang juga ikut melihat layar ponsel Tika tiba-tiba mendesis. Kebetulan yang sangat menguntungkan.

”Buka!” perintah Evan pada Tika dengan mengedikkan wajahnya ke arah ponsel.

Perlahan Tika membuka pesan itu dan memperlihatkan isinya pada Evan. Dan setelah membacanya pria dingin itu bergerak ke pintu lalu membukanya. Jefry yang sedari tadi berdiri menunggu di luar kantor menjadi tegang.

Evan berjalan keluar melewatinya sembari membetulkan posisi kacamatanya.

”Bawa dia dan ikuti aku!”

Mendengar perintah singkat dan tegas itu membuat Jefry mengerti. Dia segera menarik Tika agar mengikutinya. Wanita itu tidak bisa berkata-kata. Wajahnya sudah sangat pucat.

”Kau seharusnya berpikir ribuan kali untuk main-main di perusahaan ini dan berurusan dengan bosmu.” cetus Jefry pada Tika sambil berjalan di belakangnya.

Tika hanya bisa menunduk. Kesal dan juga patah hati menyertai langkahnya. Bos yang sangat dipuja para wanita di perusahaan ini sudah memilih salah satu dari mereka. Tapi yang dia tidak sangka adalah Evan memilih wanita yang tidak pernah mereka duga. Wanita yang selalu tenang dan tidak mencolok.

Apakah tipe Pak Evan itu seperti Ibu Kiara? Kalau tahu begitu, aku gak perlu banyak berdandan dan melakukan permainan ini. Ahh...wanita sialan itu sudah menjerumuskan ku. Kenapa dia menyuruhku melakukannya? Apa urusannya dengan Ibu Kiara? Jangan-jangan dia sudah tahu kalau Ibu Kiara itu istri Pak Evan. Arggghh!!!!! Sialaaaaaaan!!!!

Tika terus mendesah sepanjang perjalanannya mengikuti langkah Evan yang berjalan tegap dan menawan di depannya. Wajah pria itu terlihat tenang tapi rahangnya mengeras menahan amarah. Beberapa pasang mata melihat mereka bertiga dengan raut wajah penuh tanya tapi juga iri karena Tika bisa berjalan di dekat bos mereka. Ingin rasanya Tika berteriak minta tolong tapi apa daya...dia sudah terjebak.

***

Kiara melirik jam di tangannya. Sudah pukul 10 pagi. Beberapa kali dia melihat ke counter kafe berharap pesanannya sudah siap. Hari ini giliran dia membeli minuman untuk seluruh karyawan di Lantai 4. Sebuah tradisi yang sulit diubah. Tapi dia selalu menikmati kegiatan ini karena jadi punya kesempatan untuk keluar kantor dan duduk sebentar di kafe. Walau letak kafe itu tidak terlalu jauh dari kantor tapi dia suka melakukannya.

Kisah KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang