14. Kacau

19 0 0
                                    


Semua mata tertuju pada Kiara. Tubuh lembut itu bergetar hebat dengan wajah pucat. Mata coklatnya tak berkedip menatap Rasika yang kini tersenyum licik. Rasa puas yang sangat nyata tercetak dalam senyumannya.

Tangan Kiara mulai berkeringat dan mengepal erat. Evan yang melihat kondisi Kiara segera berlari memeluk tubuhnya. Dia merasakan tubuh yang gemetar dan basah oleh keringat. Napas Kiara terdengar cepat dan memburu.

”Kiara, tenanglah!”

Kiara hanya diam dan ini membuat Evan semakin takut.

”Kiara sayang, aku di sini. Kau dengar aku?” panggil Evan dengan berbisik di telinganya.

”Wow...kejutan yang luar biasa. Aku senang kita berkumpul di sini semuanya. Halo Zaiga sayang. Sudah lama kita gak ketemu. Terima kasih karena kau...tidak merindukanku.” seru Rasika sarkas.

”Apa yang kau lakukan di sini Rasika. Apa arti semua ini?” tanya Zaiga yang masih berdiri di dekat Kiara dengan perasaan bingung. Dan dia semakin bingung melihat seorang pria lain yang memeluk Kiara dengan posesif.

”Oh...kau penasaran, sayang? Aku hanya bersenang-senang!!” jawab Rasika setengah memekik senang sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.

”Kau masih gila seperti dulu.” cetus Zaiga.

”Hahahaha...kau benar. Aku gila karena kalian!!!” teriak Rasika histeris.

Kondisi yang sedikit riuh membuat tempat itu yang semula sepi kini memancing beberapa orang datang dengan rasa ingin tahu. Sudut bangunan perusahaan Evan yang tak terlihat kini mulai didatangi beberapa orang. Sebagian dari mereka bahkan para pegawai Evan. Rasa ingin tahu membuat mereka bertahan dan saling berbisik seakan mereka penasaran mengapa bos mereka ada di sana.

Kiara masih terdiam dan matanya menatap Rasika nyalang. Rasa tak percaya dengan yang dilihatnya. Semua orang yang dikenalnya ada di sini kecuali seorang wanita muda berpakaian cleaning service perusahaan mereka.

Apa yang terjadi? Kenapa dia ada di sini? Kenapa Mas Evan juga di sini? Aku...aku merasa sakit. Semuanya terasa dingin. Ibu...tolong aku! Ibu...ayah...tolong aku! Sakit sekali...sakit...oh...sakit sekali, ibu!!!

Jeritan hati Kiara tak ada yang mendengar. Kedua tangannya perlahan memeluk tubuhnya sendiri dengan kikuk. Kulitnya terasa sakit saat tangannya meremas dan rasa sakit itu terasa hingga ke tulangnya. Keningnya mengernyit menahan rasa itu. Keringat dingin semakin membasahi bajunya.

Evan semakin kalut melihat kondisi Kiara. Dia memeluk tubuh istrinya dengan erat tapi suara rintihan kesakitan Kiara membuat dia mengangkat tangannya menghindar.

”Ackh...sakit...sakit sekali!!” Kiara merintih pelan.

Hati Evan terasa perih mendengarnya. Kemarahan dan kesedihan bercampur.

”Kiara, di–dimana yang sakit?” tanya Evan berbisik putus asa.

”Semuanya...semuanya...Ibu!! Tolong aku! Ibu...sakit sekali!!”

Evan bertambah kalut dan pedih. Tangannya berusaha memeluk tubuh Kiara dengan pelan. Trauma itu kembali menghantui Kiara. Rasa sakit yang tak nyata menyerangnya setelah melihat kehadiran Rasika. Mata Evan perih dan panas menahan air matanya. Dia melihat kekacauan yang diributkan Rasika dan Zaiga. Kedua orang itu masih berdebat dan saling menyalahkan tanpa perduli keadaan sekitarnya yang semakin memancing keramaian. Amarahnya kini sudah di ambang batas.

Evan melirik kearah Jefry yang kini sudah berdiri di sampingnya. Pria itu tampak tenang tapi di matanya terlihat kekhawatiran dengan keadaan Kiara.

”Bos.”

Kisah KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang