18. Keluarga

50 1 0
                                    


Kiara membuka matanya perlahan. Sebuah wajah kecil dan manis terpampang jelas di depannya. Senyum cerah dan belaian tangan mungil di pipinya membuatnya tersentak.

"Ah...Layla!" Seru Kiara tertahan.

Layla, si gadis kecil, masih tersenyum lebar.

"Pagi, Mama! Layla pengen sarapan tapi maunya masakan Mama." Cetus Layla manja.

Kiara langsung duduk dan merapikan rambutnya yang acak-acakan. Dia pasti terlihat sangat berantakan walaupun subuh tadi dia sudah mandi. Betapa memalukan dia sebagai orang dewasa bangun kesiangan.

"Eh...maaf Layla, Mama bangun kesiangan. Ayo! Mama akan buatin sarapan. Tunggu sebentar ya!"

Kiara melihat jam dinding.

Jam 6.30. Kenapa aku kesiangan?

Dia ingat sehabis sholat subuh tadi dia merasa sangat kelelahan dan tidak bisa menahan kantuknya. Mungkin karena pengaruh emosinya kemarin yang terlalu menyita fisiknya. Evan menyuruhnya untuk istirahat lagi. Dan alhasil dia ketiduran. Dia merasa bersalah pada Layla karenanya. Seharusnya sarapan sudah siap saat Layla selesai mandi. Tapi...

"Tapi Layla, ini kan hari Sabtu? Sekolah libur. Kenapa Layla udah rapi? Mau pergi kemana?" Tanya Kiara beruntun.

"Idih, mama, nanyanya satu-satu dong!" Cetus Layla cekikikan.

"Layla gak kemana-mana kok. Cuma sekarang Layla udah biasa bangun pagi." Sambungnya lagi.

"Benarkah? Wah...Layla sangat hebat! Puji Kiara dengan menoel pipinya yang tembem.

"Layla suka liat Mama masak trus nganterin Layla ke sekolah."

Kiara terdiam di tempat. Dia menatap gadis kecil Evan. Layla masih tersenyum manis. Sungguh seperti malaikat kecil. Hati Kiara selalu meleleh tiap berhadapan dengannya.

Dengan hati berbunga Kiara turun dari tempat tidur dan merapikannya sekilas. Tanpa berkata apapun dia buru-buru ke kamar mandi. Wajahnya pasti terlihat sembab karena terlalu banyak menangis tadi malam.

Layla yang mengikutinya berdiri di pintu kamar mandi yang terbuka. Dia memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan Mama barunya.

Kiara membasuh muka dan mengeringkannya dengan handuk bersih. Dengan cepat dia merapikan pakaiannya. Dia sedikit gugup karena ada penonton. Gadis kecil itu berdiri dengan kedua tangan bertaut di belakang tubuhnya yang berayun-ayun. Dia terlihat sangat imut. Kiara tidak bisa menahan senyumnya.

Kiara berlutut di depannya lalu menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Mama cantik banget. Layla pengen deh kayak Mama kalo udah besar. Bisa gak ya?" Tanya Layla malu-malu.

Kiara menepuk pelan pipinya sendiri. Itu terasa panas. Pujian gadis kecil sudah bisa membuatnya merona. Wajahnya pasti seperti tomat sekarang.

"Wajah Mama seperti warna mawar pink tuh. Imut deh."

"Udah ah. Layla godain Mama terus.
Layla mau nasi goreng spesial Mama Kiara?" Tanya Kiara dengan suara lembut mengalihkan pembicaraan.

Layla mengangguk cepat dan pasti. Itu adalah sarapan kesukaannya. Kiara langsung mengetahuinya sejak hari pertama. Layla makan dengan sangat lahap saat dia membuat menu itu. Wajahnya berseri-seri dan  mulai bersenandung riang.

"Baiklah, sayang. Ayo!"

Kiara hendak menarik lengan kecil Layla tapi dia terlambat. Gadis kecil itu sudah duluan menarik jemarinya dan menuntunnya keluar dari kamar.

Ingin rasanya dia memeluk Layla dan berterima kasih atas semua kasih sayang yang dia berikan. Tapi Kiara yakin Layla tahu kalau dia menyayanginya.

Sesaat Kiara baru sadar kalau Evan tidak ada. Dia melihat sekitar kamar sebelum keluar dan menyadarinya. Kosong.

Kisah KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang