12. Selidik

21 0 0
                                    


”Kau sudah memanggil wanita itu?”

Evan menatap tajam Jefry dari balik meja kerjanya di kantor. Teman sekaligus asistennya itu duduk di sofa dengan waspada.

”Tentu saja. Dia ada di ruangan May.” jawab Jefry tegas.

”Oke...panggil dia!” perintah Evan dingin.

”Tapi...sepertinya ada yang aneh.” cetus Jefry sambil bangkit dari duduknya. Dia berjalan mendekati meja Evan.

”Aneh? Apanya yang aneh?” tanya Evan heran.

”Tidak ada ketakutan atau khawatir di wajahnya. Dia malah terlihat senang saat dipanggil ke sini. Bukankah itu aneh?”

Evan tampak berpikir sambil bersedekap.

”Mungkin dia tidak menyadari kesalahannya. Atauuu...dia sengaja melakukannya agar bisa–”

”Bertemu langsung denganmu!!” seru Jefry memotong kalimat Evan.

”Tapi kenapa? Kenapa dia mau bertemu denganku?” 

Jefry mendengus. ”Bos...kau pura-pura polos ya. Ya...jelas dia salah satu fansmu.”

”Huff...kuharap tidak.”

Jefry terkekeh. ”Kau mau bertaruh, bos?”

”Sudah cukup. Ini serius. Cepat bawa dia kemari!” perintah Evan lagi dengan kesal.

”Hah...baiklah.” balas Jefry cepat.

Jefry menekan tombol di telepon paralel.
Dia bicara dengan May dan memintanya mengantar wanita yang dimaksud.

Tak berapa lama, wanita itu sudah berdiri di tengah ruangan kantor Evan. Pria itu meneliti sosok wanita di hadapannya.

Usianya kemungkinan lebih muda dari Kiara dan cukup manis tapi dia berdandan terlalu berlebihan hingga menghilangkan kesan manisnya. Dan yang paling tidak Evan sukai saat dia masuk tadi adalah pandangan mata dan sikap tubuhnya. Dia terlihat...genit. Matanya menatap Evan dengan lapar.

Wanita itu terus menerus melempar senyum yang terbilang menggoda. Matanya melirik malu-malu namun penuh antusias. Melihat itu membuat Evan semakin merasa jengah. Dia sudah sering melihat wanita model begini baik di dalam maupun di luar kantor. Dia hanya bersikap biasa tapi tetap dengan pandangan yang dingin dan tajam. Keingintahuannya tentang tujuan si wanita itu menjadi semakin besar.

”Kau tahu kenapa dipanggil kemari?” tanya Evan dengan suara dalam.

”Hmm...tidak, Pak.” jawab wanita itu dengan malu-malu.

Jefry berdiri di belakang wanita itu menunggu momen kejutan yang akan mengoyak kepercayaan diri wanita muda itu.

Evan bangkit dari kursinya lalu berjalan pelan menuju wanita itu. Tubuhnya menjulang tinggi di depan si wanita yang mampu mengintimidasi siapapun. Tapi...tidak dengan si wanita. Dia menjadi semakin bersemangat. Ada rasa bangga yang terlukis di wajahnya.

”Sekali lagi aku tanya...kau tahu kenapa bisa berada di sini?”

Evan masih berusaha sabar walaupun tangannya sudah mulai gatal ingin mencekik si wanita. Dia merasa sangat marah atas apa yang telah dilakukan wanita itu.

Jefry sudah melihat seluruh isi rekaman CCTV sejak munculnya surat ancaman di meja kerja Kiara. Dan akhirnya muncul satu sosok yang selalu mondar mandir di dekat meja Kiara selama jam makan siang. Dia adalah seorang Cleaning Service, Tika. Seorang wanita muda yang baru bekerja di perusahaan ini selama 3 bulan. Walaupun dia berusaha bergerak mengendap-ngendap menghindari CCTV tapi mata Jefry masih lebih tajam. Ciri khas gerak tubuh dan warna pakaiannya mengarahkan pada si wanita itu.

Kisah KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang