16. Perubahan Kiara

9 1 0
                                    


"Kenapa kau biarkan dia pergi? Apa kau sudah gila?" Bentak Evan pada May.

Teriakan Evan menggema di ruangan kantornya. May menatapnya dengan takut. Dia belum pernah melihat wajah Evan yang marah seperti itu. Bukan...bukan hanya marah tapi juga kekhawatiran terlukis di sana. Biasanya kemarahan Evan hanya ditampakkannya dengan wajah dingin dan mata yang tajam seperti pisau. Tapi sekarang dia terlihat sangat menakutkan.

"A–aku sudah berusaha mencegahnya tapi...ah kau tau...dia terlihat berbeda dari biasanya." Jawab May membela dirinya.

Evan menelengkan kepalanya. Dengan tubuh tinggi besarnya yang sedang berkacak pinggang dia seakan menantang wanita cantik di depannya.

"Jangan cari alasan, May. Ini semua sudah salah. Aku hanya pergi satu jam dan kau...kau sudah membiarkan dia pergi. Kau tau kan dia sedang tidak stabil. Bagaimana...dia...bisa–"

Kalimat Evan menggantung di udara. Kedua tangannya terentang dengan putus asa.

"Aku harus menjemputnya. Aku akan membawanya pulang sekarang juga."

May berusaha menjawab tapi Evan sudah bergerak dengan cepat ke pintu tapi itu tiba-tiba terbuka. Jefry muncul dengan wajah lelah. Dia melihat kedua orang itu dan menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Apa yang terjadi? Wajahmu terlihat marah." Tanya Jefry tanpa basa-basi.

"Hah...aku tidak punya waktu. Minggir!" Jawab Evan ketus dan langsung menepis tubuh Jefry ke samping.

"Dia akan menemui Kiara di lantai 4." Teriak may yang membuat Jefry tersentak. Dia langsung mengerti situasinya.

Jefry segera meraih tubuh Evan dan menahannya di dinding kantor.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" Evan meronta dengan kuat.

Jefry berusaha lebih kuat darinya. Dia tahu Evan jauh lebih bugar tapi yang akan dilakukannya saat ini mungkin akan berakibat buruk untuk Kiara.

May melihat Jefry kelimpungan. Dia ikut membantu memegang pria itu. Evan sangat kuat. Kedua temannya sampai ngos-ngosan.

"Kalian bersekongkol melawanku sekarang! Apa kalian sudah bosan kerja di sini?" Suara Evan terdengar mendesis seperti ular yang marah. Matanya memerah menahan marah.

"Jangan langsung kesana! Kita bisa melihatnya di CCTV. Kau harus tenang! Kiara sudah dewasa untuk memutuskan apa yang ingin dilakukannya. Kau lihat sendiri apa yang terjadi tadi pagi kan? Dia memukul wanita itu dengan keras. Tidak hanya sekali...tapi dua kali." Ucap Jefry tak kalah sengit.

Evan masih berusaha melepaskan diri walau tidak sekeras sebelumnya. Kata-kata Jefry mulai meresapi kepalanya yang panas.

"Berikan dia waktu juga ruang untuknya. Aku tau kau cemas tapi Kiara itu berbeda. Aku yakin saat ini dia masih shock tapi juga ingin mencari jawaban." Sambung Jefry lagi.

"Karena itu aku ingin menjemputnya. Dia tidak boleh sendirian." Ucap Evan tegas.

"Bos, kita lihat di CCTV aja dulu ya. Siapa tau dia baik-baik aja di sana. Dia wanita yang kuat. Kalau tidak, bagaimana dia bisa bertahan selama ini." Bujuk May dengan lembut.

"Kalau situasi tidak kondusif, baru kita kesana." Cetus Jefry sambil tersenyum kecil.

Evan menatap kedua temannya dengan tajam. Dia berusaha menenangkan dirinya. Kecemasan atas keadaan Kiara membuatnya panik. Entah apa yang sudah merasukinya. Sejak peristiwa tadi pagi hatinya sudah gelisah. Hubungan seks mereka setelahnya juga sangat intens tapi juga menyedihkan. Dia merasakan kerapuhan Kiara saat itu.

Melihat Evan sudah tenang, Jefry dan May melepaskan pegangan mereka dan mengikuti Evan ke dalam kantornya.

"Sambungkan dengan kamera di lantai 4!" Perintah Evan cepat.

Kisah KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang