Chapter 29

39 2 0
                                        

   Sepanjang malam Talisa tidak bisa memejamkan matanya ia terus terngiang-ngiang dengan penampakan arwah Nana siang tadi. Ia mendesak dirinya untuk cepat-cepat menyelesaikan kasus ini dan menjebloskan semua pelaku ke penjara supaya arwah Nana dan Kia bisa tenang.

   Talisa duduk di tepi kasurnya ia mengambil gawainya membuka aplikasi hijau, mencari kontak Levy dan menelponnya. Talisa menanyakan kepada Levy apakah dia tahu dimana alamat rumah Nana, sayangnya Levy mengatakan bahwa ia tidak tahu alamat rumah Nana, tapi Levy menyebutkan satau nama yang pasti tahu alamat rumah Nana dan pastinya bersedia menunjukkannya kepada Talisa. Dia adalah Rangga.

   "Gue takut kalau dia tau tujuan gue.."
"Itu lebih baik sa, gue yakin Rangga bisa jaga privasi. Gue rasa gak jadi masalah kalau Rangga tahu tentang hal ini karena dia bisa bantu kita, lagian Kia itu pacar Rangga dan pasti dia mau bantu kita dan jaga rahasia kita." Talisa membenarkan ucapan Levy, dia mengakhiri sambungan teleponnya kemudian menelepon Rangga.

   Talisa menyampaikan tujuannya menelpon Rangga, sesuai ucapan Levy. Rangga bersedia mengantar Talisa ke rumah Nana. Keesokan harinya setelah pulang sekolah Talisa menunggu Rangga dirumah, tanpa sepengetahuan Dea maupun Gavin, Talisa pergi bersama Rangga menuju Rumah Nana. Sesampainya di depan rumah Nana mereka terlihat keheranan Talisa turun dan mendekat kearah pagar ia memperhatikan halaman rumah Nana yang tampak berantakan tak terurus.

    Bunga bunga yang ditanam tampak kering, daun-daun kering kering dari pohon mangga yang memang ditanam dihalam rumah Nana gugur berserakan dihalaman rumput-rumput liar tumbuh tinggi menambah kesan bahwa rumah Nana seperti tidak berpenghuni. Apalagi teras rumah dan jendela-jendelanya kotor.

    Talisa berbalik menatap Rangga yang juga tampak bingung dengan keadaan rumah Nana, apakah orang tua Nana sudah pindah?. Itu adalah satu-satunya pertanyaan yang ada diotak mereka.

  "Ngga, lo serius ini rumah Almarhumah Nana?" Rangga mengangguk yakin, dia ingat karena dulu dia sering menjemput Kia dirumah Nana.

   Saat sedang kebingungan, mereka berdua dihampiri oleh seorang ibu-ibu berdaster yang baru keluar dari rumahnya yang berada tepat disisi kanan rumah Nana.

  "kalian cari siapa?"
"Oh, ini bu.. saya mau tanya rumah ini apa udah lama kosong?" Tanya Talisa
"Kalian siapa ya?"
"Kami teman sekolahnya Nana bu."
"Oh.. Teman sekolahnya Nana, orang tua Nana masih tinggal dirumah ini, wong Rida, kakak perempuan Nana sering datang kesini nganterin makanan buat ibu sama bapaknya. Tapi ya memang begini kondisi rumahnya kotor nggak terurus semenjak Nana hilang. Rida juga nggak punya waktu buat bersihinnya soalnya ya dia sibuk terus." Talisa manggut manggut mendengar penuturan ibu itu.
"Terus bu, apa ada orang selain Mbak Rida yang pernah datang kesini?"
"Dulu sih ada, bapak-bapak tua.. Dari penampilannya kayak dukun, tapi saya juga nggak tau dia siapa. Terus juga pernah waktu itu teman SMP Nana datang kesini, niatnya katanya sih mau berbela sungkawa tapi malah diusir dan disiram air kobokan sama Bu Dewi, terus besoknya dateng lagi teman Nana katanya sih teman deket waktu SD niatnya juga sama, mau berbela sungkawa. Tapi malah dimarahin dan dimaki-maki sama Bu Dewi. Pokoknya semenjak kepergian Nana, Bu Dewi jadi kayak orang senewen, kayak orang gila gitulah."

  Mendengar penuturan ibu itu, Talisa jadi berpikir dua kali. Ia memandang kearah Rangga yang juga melihatnya dengan tatapan putus asa. "Oh ya bu, Ibu tau ngga dimana rumah Mbak Rida itu?."

"Rida rumahnya ada didesa Sumberejo Rt 01/Rw 57. Kamu tanya aja rumahnya Rida istrinya Eko Susanto pasti semua pada tau, soalnya Eko itu anaknya Pak Rt." Talisa mengangguk paham ia mengucapkan terimakasih kemudian izin pamit pergi.

   Mereka keluar dari komplek perumahan Nana, Rangga melajukan motornya menuju sebuah Cafe yang lumayan sepi. Mereka duduk di kursi bagian pojok, sejak Talisa meminta diantar ke rumah Nana, Rangga sudah merasa penasaran. Maka dari itu ia mengajak Talisa mampir ke Cafe yang sedikit sepi untuk menuntaskan rasa penasarannya, setelah pesanan mereka datang Rangga dan Talisa menyantapnya hingga tandas, kemudian Rangga meminta Talisa untuk menceritakan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.

  "Ekhem.. Jadi gini.. Lo pasti tau kan gue pernah terjebak di toilet sekolah?" Rangga mengangguk
"Pada saat gue kejebak, gue didatangi oleh arwah Kia, dia minta bantuan gue untuk mencari pelaku yang sudah membunuh dia." Saat mendengar 2 kata terakhir Rangga mendelik terkejut.
"Bunuh? Kia udah meninggal?" Raut wajah sedih terukir jelas diwajah tampan Rangga, hening sesaat.. Talisa tidak melanjutkan ceritanya untuk memberi waktu Rangga meredakan kesedihannya. Beberapa saat kemudian Rangga meminta Talisa untuk melanjutkan ceritanya.

"Setelah kejadian itu, Silvia dicekik di depan toilet siswa oleh arwah Nana, setelahnya dia meninggal karena jatuh dari balkon. Terus Nandin kecelakaan sampai dia masuk rumah sakit. Terus gue lihat arwah Nana yang mengikuti Levy dan membuat Levy terjebak digudang hingga malam hari. Dari situ salah seorang pelaku cerita ke gue tentang rentetan kejahatan yang udah mereka lakuin." Talisa menceritakan semua yang ia dengar dari Levy kepada Rangga tanpa menyebutkan nama-nama pelakunya. Wajah Rangga terlihat merah padam, ia merasa sangat marah kepada siapapun pelaku yang sudah berbuat tega kepada Kia.

  "Kasih tau gue siapa yang udah ngelakuin semua itu ke Kia, gue bakal bunuh dia!!. " Ucapnya penuh emosi.
"Ngga.. Gue tahu lo pasti marah dan kecewa, tapi lo tenang dulu kalo lo gegabah semua rencana dan strategi gue bisa-bisa hancur. Kalo lo memang mau Kia mendapat keadilan dan jenazahnya bisa dimakamkan secara layak, lo harus bantu gue dan ikut rencana yang udah gue buat." Rangga terdiam, napasnya memburu tak karuan tangannya mengepal kuat diatas meja.

  "Gue mau bantu lo, kita harus cepat menangkap semua pelaku, gue nggak mau Kia terus-terusan gentayangan."
"Salah satu anggota gank yang tidak terlibat secara langsung dalam kematian Nana dan Kia juga akan membantu kita, dia akan mencari bukti yang sangat kuat. Dan bukti itu tersimpan disalah satu handphone pelaku." Rangga menautkan kedua alisnya, ia nampak bingung. Rangga membenarkan posisi duduknya kemudian menumpukan kedua sikunya diatas meja dan menautkan kedua telapak tangannya.

  "Anggota gank yang tidak terlibat secara langsung. Maksudnya?"
"Jadi gini, para pelaku ini merupakan anggota sebuah gank. Ya mungkin gank mereka tidak terlalu mencolok dan tidak banyak yang tahu. Dua anggota diantara gank itu sama sekali tidak terlibat dalam penganiayaan Nana maupun Kia. Mereka hanya membantu menguburkan jenazah Nana, dan hanya tahu rencana pembunuhan Kia."

*

*

*

*

Hi guys(≧∇≦)/

Thankyou yang udah baca, maaf kalau upload nya lama( '・ω・)
Jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan klik ⭐
Tulis kritik dan saran di kolom komentar💬

See you next time (☞ ͡ ͡° ͜ ʖ ͡ ͡°)☞

nʎxɹubǝɹʇɐ_ヾ('︶'♡)ノ


Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now