prolog

901 59 1
                                    

Author Note:

haii, ini book pertama saya, mohon maaf jika ada kata yang tidak nyambung atau masih ada kata kata yang salah :D // status si pemula

Hampir keseluruhan cerita adalah ide milik saya dan menjadi hiburan semata! saya pikir sepertinya agak menyenangkan saja membuat cerita dgn imajinasi ini.

sedikit fakta lagi ini hanya sebatas cerita fiksi
silahkan membaca dan terima kasih

Happy reading!

Sinar matahari kini berada tepat di atas kepala tertinggi dilangit cakrawala. Menunjukkan waktu siang hari pada bagian bumi yang bertepatan dengan garis bumi khatulistiwa. Jarum jam telah bergerak kearah pukul setengah dua siang, bersamaan dengan bel sekolah yang berbunyi di SMA Negeri Maksmana hari ini, menandakan jam belajar di sekolah tersebut sudah usai.

Terlihat banyak siswa maupun siswi berseragam tampak keluar berhamburan dari ruang kelas, entah akan pulang ataupun mampir ke suatu tempat, para pelajar itu telah menyelesaikan tugas kewajibannya sebagai seorang penerus generasi muda bangsa.

bruk! bruk!

Suara buku yang berjejer dalam genggaman dua tangan tampak bertubrukan dengan permukaan datar meja. Dalam perpustakaan sekolah yang senantiasa terjaga kesunyiannya, seorang remaja laki-laki di meja penjagaan sedang terlihat merapikan beberapa tumpukan buku yang baru saja pada jam istirahat sekolah dikembalikan padanya.

"oke! buku novel udah ada ditempat yang bener, sekarang buku ilmiah lagi yang belum dirapiin." gumamnya sesekali sembari dirinya menghela napasnya lega, dia bersyukur karena tugas penjagaan perpustakaannya telah akhirnya selesai.

"Aldrich! lo udah selesai belom? katanya mau ke toko buku bareng buat beli buku latihan SNBT!" salah satu temannya memanggil nama remaja laki-laki tersebut 'Aldrich' dan terlihat duduk sambil menumpukan dagunya secara bosan.

Aldrich Gavril. Seorang remaja laki-laki berumur 18 tahun yang duduk di bangku SMA tahun ketiganya yang segera masuk dalam proses menuju kelulusan. Dia adalah siswa jurusan IPS yang dikategorikan sebagai siswa teladan dan berprestasi, terkenal dengan garis keras sifatnya yang cenderung selalu tampil ramah, dewasa, dan penyabar yang menjadi siswa favorit para guru maupun siswi di SMA Negeri Maksmana.

Hal ini bukan berarti dia menyukainya. Meskipun demikian kehidupan sekolahnya merupakan kehidupan yang sempurna tanpa ada orang yang mengganggunya, kenyataan pahitnya dia bukanlah termasuk "orang pilihan" Tuhan yang diizinkan untuk merasakan cinta keluarga selama hidupnya sepanjang waktu. Bagaikan dipukul oleh palu takdir, dia harus kehilangan kedua orang tuanya pada saat umurnya menginjak umur 14 tahun.

Sekarang Aldrich hanya dapat berusaha keras untuk bangkit kembali dari titik terendah kehidupannya yang sempat dia anggap hancur. Sehingga sejauh ini akhirnya dia rela melakukan apapun untuk tetap bertahan hidup seorang diri, seperti bekerja paruh waktu setelah sekolahnya selesai.

"Yaah... Aldrich, gimana nih? toko buku yang jadi tempat langganan kita yang biasa lagi tutup hari ini." ucapnya Ara. seorang perempuan remaja yang merupakan teman akrabnya Aldrich. Dia mengeluh tatkalanya keduanya telah sampai di sebuah ruko yang sedang tutup di pinggiran jalan raya.

"Ya udah gak apalah, kita cari aja di mall. lagian di toko langganan biasa yang ini juga gak lengkap jenis bukunya.". jawab Aldrich memberikan saran. Buku yang terjual di mall biasanya memiliki harga yang lebih mahal, akan tetapi sepertinya Aldrich tak terlalu mempermasalahkan harga buku tersebut.

"hah? beneran? yeaay!! oke, langsung gass kuy! sekalian gue juga mau main Timezone ama belanja skincare nih!" seru Ara. dia seketika mendengar ajakan sahabat laki-lakinya yang mengajaknya pergi mengunjungi Mall di salah satunya lokasi di Jakarta.

My PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang