Bagian 23

12.3K 868 34
                                    

Happy reading.

Bagian sebelumnya..

Alaska yang melihat mata anak kecil itu ia mengerutkan dahinya, menatap bingung anak di depannya.

"Siapa?" ucap Alaska

Bagian Sekarang..

Alaska segera tersadar, ia menggendong anak kecil yang terlihat seluruh pakaiannya sangat basah kuyup, ia membawa anak itu ke dalam, tak peduli identitas anak yang di gendongannya.

Sedangkan anak kecil yang kini berada digendongan Alaska, malah menyamankan dirinya dalam dada Alaska.

Sesampainya di dalam mansion, Alaska membawa anak kecil itu ke kamarnya miliknya, dan memandikannya, bocah kecil itu tidak terganggu sama sekali dengan kegiatan yang dilakukan alaska, ia hanya diam menikmati semuanya.

Setelah memandikannya Alaska menggantikannya baju yang lebih kecil, untungnya dirinya punya baju yang kecil dan sedikit pas untuk anak kecil yang sekarang tengah memandanginya.

Alaska yang baru menyadari jika anak didepannya tengah memandanginya dengan lekat, tatapan anak itu terlihat ingin memakannya, bukannya dirinya masih manusia?

"Jangan diam saja sayang, kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Alaska mengelus kepala anak kecil didepannya.

Sedangkan anak kecil itu memandangi tangan Alaska yang tengah mengelusnya, ia menikmati elusan itu sampai tidak menanggapi ucapan Alaska, ia berlari masuk dalam pelukan Alaska.

Alaska tentu terkejut dengan pelukan tiba-tiba itu, namun ia tetap meladeni dengan memeluk balik bocah itu.

Sedangkan dibalik pintu kamar Alaska, ada seseorang yang melihatnya, matanya berkilat emosi memandang pemandangan ayahnya yang berpelukan dengan anak kecil tak dikenal itu.

"AYAHH!" Teriaknya berlari menuju Alaska dan memeluk tubuh ayahnya dari belakang, memandang sengit bocah didepannya, terlihat umur mereka yang tidak berbeda jauh.

"Ernest? bagaimana kamu bisa bangun? ini masih tengah malam." ucap Alaska.

Pov Ernest.

Aku terbangun dalam tidurku, melihat sekitarku terlihat semua orang masih nyaman dalam tidurnya, dan aku baru menyadari dimana ayah?

Tempat tidur ayah kosong, aku pun berlari berkeliling mencari ayah di sekitar mansion, namun tidak dapat menemukannya.

Sampai jalan satu-satunya aku menuju ke kamar milik ayah, dapat aku lihat ayah yang mencoba menenangkan bocah di depannya, jika dilihat umurnya tak beda jauh denganku.

Detik berikutnya aku tersentak, ayah yang di peluk tiba-tiba oleh bocah itu yang terlihat sangat nyaman dalam pelukan ayahku.

"AYAHH!"

'Sial, tidak bisa dibiarkan.' batinku, mengepalkan tangan menahan emosiku, aku berlari menuju ayahku dan memeluknya dari belakang, supaya anak itu melepaskan pelukan ayah.

Pov end.

"Lepaskan ayahku sialan!" ucap Ernest berusaha melepaskan pelukan ayah dari anak itu, namun anak itu tidak berniat melepaskan pelukan Alaska.

Alaska terkejut dengan ucapan anak bungsunya, ia melepaskan paksa pelukan bocah asing di depannya, Ernest menatap puas awalnya, sampai pada Alaska berbalik menatap ke arahnya, dapat Ernest lihat tatapan mata ayahnya sekarang tengah marah padanya.

"Siapa yang mengajari kamu bicara begitu hmm?" ucap Alaska menatap Ernest lembut namun dibalik matanya terlihat ketegasannya.

"Ay-yah Ernest gak sengaja." ucap Ernest terbata-bata, karena dirinya yang terlalu emosi melihat anak didepannya, ia tidak sengaja mengucapkan kata kasar, itu keluar secara tiba-tiba.

My PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang