Bagian 19

6.5K 412 35
                                    

Happy reading.

Bagian sebelumnya..

Sang dokter yang melihat tuan mudanya tampak marah, ia segera membawa Alaska membawa ke ruang ICU untuk ditangani.

'sial aku lengah' batin Adelio frustasi.

Bagian sekarang...

Akhirnya anak ketiga, anak kembar Alaska dan teman-teman robert telah sampai rumah sakit, Robert, Edgar, dan Ernest segera mendekati kakaknya.

"Bagaimana keadaan ayah kakak?" tanya Robert, mimik wajahnya sangat pucat, tidak hanya dirinya, namun hampir semua orang yang sekarang menunggu Alaska kecuali Adelio.

Adelio menatap ke ruang ICU, matanya memanas, tangannya mengepal sangat kuat, menggigit bibirnya menahan amarah.

"Dokter itu belum keluar."

"SIALANN." marah Robert memukul tembok rumah sakit hingga retak tercetak kepalan tangannya.

Ketiga teman Robert tersentak melihat Robert yang sangat marah tidak seperti biasanya, sedangkan Kendrik dan Zeke saling memandang, lalu menganggukkan kepalanya bersamaan, untuk Maxwell dan Dylan terduduk di kursi rumah sakit, meskipun Maxwell dan Dylan tidak terlalu dekat dengan ayah temannya, namun melihat senyuman itu membuat mereka berdua terasa dekat.

Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan ICU, terlihat dari mimik wajah pucat dokter itu.

"Bagaimana keadaan ayah dok?" ucap Abian terlebih dahulu setelah ia melihat dokter yang baru keluar, ia segera menghampiri dokter itu lebih dahulu.

"Keadaan Tuan Alaska sedikit parah dan dirinya juga kekurangan darah lumayan banyak Tuan muda, untuk saat ini Tuan Alaska dinyatakan koma, kita berdo'a saja, semoga Tuan alaska bisa bangun lebih awal." ucap dokter dengan panjang lebar.

Tubuh keempat anak Alaska merosot, tak kuat menahan tubuhnya yang lemas seketika, apalagi sekarang mendengar ayahnya koma? kau bercanda kan?

"JANGAN BERCANDA, AYAHKU TIDAK SELEMAH ITU hiks, kau pasti bercanda kan? hiks." ucap Ernest menatap dokter itu dengan marah, meskipun begitu dirinya tidak bisa menahan air matanya.

"Maafkan saya Tuan muda."Ucap dokter itu menundukkan badannya pada orang didepannya.

Adelio yang tidak bisa menahan amarahnya, urat otot yang ada dilehernya terlihat sangat jelas, tangannya mengepal sampai berdarah akibat terkena kuku-kukunya yang tajam.

Bug

Bug

"Kak, jangan seperti ini." ucap Abian, memegangi tangan kakaknya dengan kuat, dokter didepannya terkena pukulan dari kakaknya, ia menatap tajam dokter itu.

"Pergi." ucap Abian dingin, dokter yang mendengar perintah itu undur diri dan berjalan meninggalkan semua dengan jalan tertatih-tatih.

"Sial, sangat tak becus." ucap Adelio, melepaskan tangan adiknya, tanganya menyisir rambutnya ke belakang, ia menatap tajam dokter itu.

Ernest mendekati kakak dan abangnya, ia memukul tangan kakak sulungnya, sambil menangis, air mata itu tidak berhenti.

bug

bug

bug

"Ba-bagaimana hiks dengan ayah kak?" ucap Ernest menatap kakaknya, matanya sudah memerah akibat air mata itu.

Sedangkan untuk Edgar, ia berpelukan dengan
Robert, mereka saling menyalurkan perasaan, mereka berdua juga tidak sekuat kakak dan abangnya.

dret...
dret..
dret.

My PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang