Selamat hari apalah itu, mau Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.
Happy reading!
╰(⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)╯
"Aku ke U.A selain mau balas dendam, juga mau jadi pahlawan, mungkin... Tapi, pahlawan tidak selamanya memerlukan quirk, kan?"
Seperti di dunia nyata, pahlawan bukanlah hanya mereka yang memiliki kekuatan super. Tapi merekalah yang mau menyelamatkan orang tanpa pamrih, membagi ilmu seperti guru, melindungi keamanan seperti polisi, dan banyak lainnya.
Fuku memangku dagunya, "Tapi tetap saja, kau mau bagaimana?"
"Bagaimana apanya? Mungkin aku tanpa quirk, tapi fisikku bisa setara dengan para nomu, walau mungkin aku tidak bisa beregenerasi. Quirk atau tanpa quirk, aku tetap memerlukan sesuatu yang mendorong pergerakan ku dalam pertarungan."
Ah, benar juga!
Teknologi!
"Dengan teknologi, begitu?"
"Nah itu otak kau encer."
Usai aku mengatakan itu, aku mengambil kertas dan bolpoin. Karena keterbatasan peralatan yang ku gunakan di kostum hero sebelumnya, aku menambahkan beberapa item dan menjelaskan fungsinya kepada Fuku sambil duduk-duduk.
Aku bertanya kepadanya yang lagi memperhatikan tanganku yang sedang menulis beberapa barang yang ku perlukan, "Kau punya barang-barang seperti sepatu, hoverboard bekas, jam tangan, sarung tangan kain, masker kain, alat pengatur suhu, headphone, besi atau semacamnya yang memiliki ketahanan tinggi tidak?"
Dia terdiam. Sebelum akhirnya tepuk jidat sendiri, "Astaga, kau baru kembali dan sudah berpikir banyak hal. Apa kepalamu itu tidak meledak, hm?"
"Apaan pula?" Tanyaku, "Biarin kalo meledak, yang penting item pendukung tetep jadi."
"Memang apa saja fungsinya? Kelihatannya kau memerlukan barang-barang yang tidak berguna." Ucapnya.
Gak berguna dari mana woy!
Aku menghela napas dalam-dalam, lalu mulai menjelaskan apa yang tengah terlintas di kepalaku sekarang. "Dengarkan baik-baik, atau ku colok telinga mu itu." Awal-awal agak ngancam dikit gak apa-apa lah yaa, "Dari bagian kepala dulu, aku butuh headphone, selain sebagai pelindung telinga, headphone itu bisa memunculkan kacamata, sebagai alat komunikasi yang bisa memancarkan hologram, juga bisa membantu ku dalam hal pengintaian melalui suara, entah itu membantu membuat telinga ku semakin peka, atau menurunkan konsentrasi terhadap pendengaran untuk suatu hal. Kacamatanya ku harap bisa mendeteksi sensor panas, dan headphone-nya tidak mengabaikan fungsi asli seperti sebagai alat untuk mendengarkan musik.
Masker kain, bukan sembarangan. Maskernya bisa menyaring udara tertentu, bisa menyamarkan dan meniru suara, membantu menajamkan penciuman ku, bentukannya bisa menjadi satu dengan kostum ku.
Jaket hitam-biru milikku itu juga perlu ku tambahkan banyak item, seperti pengatur suhu, tahan peluru, memancarkan pelindung atau juga bisa memunculkan portal yang terhubung ke sini. Jadi aku bisa mengambil senjata dan yang lain kalau diperlukan. Juga ada kemampuannya untuk berkamuflase.
Sarung tangan, memiliki sensor gerak ketika aku menyentuh bangunan atau tanah, bisa memancarkan hologram yang bisa jadi alat komunikasi atau senjata, dan ketika aku menyentuh orang atau target yang lain bisa menempelkan semacam pelacak tak terlihat. Oh, kalau bisa juga memancarkan shield.
Jam tangan, mampu memancarkan hologram, portal dengan skala yang lebih kecil, bisa buat hacking, dan yaa.. banyak lagi cuma sulit ngomongnya.
Sepatu, bisa menjadi sepatu roda, dengan tambahan bisa menerbangkan penggunanya, juga bisa sebagai sepatu ice skating, tambahan bahan ringan namun kuat karena mungkin aku cukup mengandalkan kaki ku untuk menyerang, dapat memberi dorongan untukku dari angin atau air.
Hoverboard, sebagai pembantu agar pergerakan ku lancar dan tidak terhambat walau misal musuh memiliki keunggulan bisa terbang. Hoverboard bisa mematikan karena memberikan tekanan angin yang tinggi dari bagian bawahnya, itu yang ku harapkan.
Selain itu, aku juga butuh banyak besi, baja, aluminium dan yang lain untuk membuat senjata. Semisal anak panah, peluru, shuriken dan lain-lain."
CLICK
Sebuah suara terdengar, ternyata Fukuyama merekamnya mungkin agar tidak melupakan apa yang barusan ku ucapkan. Ia memijat pelipisnya, "Kau baru balik dan langsung bikin orang mikir melulu, barang mungkin beberapa ada, tapi seperti hoverboard dan bahan untuk membuat senjata aku tidak ada. Mungkin kau perlu mencarinya ke Hokkaido." Tuturnya.
"Lah? Ngapain pula jauh-jauh ke Hokkaido?"
"Agensi Iris dulu di sana, Iris sebelum kau juga pengguna teknologi, jadi mungkin kau bisa menemukan barang-barang yang kau butuhkan. Biar nanti, aku dan Iruna akan menyelesaikan sisanya."
Lah, masa aku kudu ke Hokkaido?
Aku lalu berucap, "Tapi kalau aku ke sana dengan wujud seperti ini, yang ada akan menimbulkan kekacauan kalau sampai ada yang mengenali ku."
Hari menjelang malam, kami sempat berdebat kapan akan pergi ke Hokkaido. Akhirnya, kami sudah bersiap dan segera menuju stasiun guna naik kereta sampai ujung pulau, biar nanti kata Fuku dia bakal terbang karena ini bulan baru jadi dia staminanya lebih baik.
"Apa tidak apa-apa kau meninggalkan pekerjaan mu sampai begini?" Tanyaku kepada Fuku, beberapa berita yang ku lihat di tv mengatakan kalau Fuku sempat cuti beberapa hari karena hal kemarin. Aku auto merasa bersalah.
Dia terkekeh, "Lagi pula, ada orang kepercayaan ku di sana. Tidak perlu khawatir, lagian dia juga dapat menyelesaikan masalah yang ada." Ucapnya.
Kami memasuki kereta, walau sudah lewat jam pulang kerja, tapi masih cukup ramai penumpang. Aku dan Fuku memasuki gerbong yang lumayan sepi, hanya ada beberapa orang saja. Tetapi, karena Fuku cukup menarik perhatian orang, maka aku cukup menjaga jarak dengannya, sehingga tidak akan ada rumor bertebaran dimana-mana yang kebenarannya belum pasti.
Yaa tebakan ku agak tepat, beberapa orang yang berada di dalam gerbong auto mengerubunginya sambil meminta foto. Terutama perempuan yang kelihatannya baru pulang kerja.
Kami berangkat sekitar pukul 7 malam, 2 jam setelahnya kami sampai si stasiun kereta yang lain. Tapi kami masih harus menaiki 1 kereta lagi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam-an.
Sekarang pukul 9 malam, setelah keluar dari kereta, kami sempat berdebat soal rasa kopi. Pada akhirnya milih sendiri-sendiri, kadang gaje emang ini dua kakak adik, aku ngaku.
Seraya menunggu kereta yang masih diperjalanan, aku dan Fuku duduk menunggu.
"Black Jack-san!"
Kami segera menoleh, terlihat beberapa petugas stasiun tengah berlari ke arah kami. Terlihat raut wajah mereka yang nampak panik, bahkan salah satu mereka nampak membawa rekannya yang terlihat terluka.
Fuku segera mendekati mereka dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi kepada mereka.
"Ada villain yang kabur dari penjara sekitar sini! Dia menghadang kereta selanjutnya! Beberapa penumpang terjebak, tolong selamatkan mereka!" Seru salah satu dari mereka.
"Baik, ayo." Ajaknya.
Hah?
Apa-apa?
Gue ikut?
Malah di seret...
╰(⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)╯
Heeee....
Hehe :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall 2 [Boku No Hero Academia × Reader]
Fanfiction[A/N : Diharapkan membaca book Fall dengan sampul yang hampir sama, atau mungkin kebanyakan dari kalian akan bingung dengan jalan ceritanya]. [Cover ganti] (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧ Semula ku pikir aku benar-benar tidak bisa kembali, tapi takdir yang mengikatku de...