Bab 4. Rama atau sinden

155 14 0
                                    

Sudut pandang Laras.

Kakak sepupu memang bisa diandalkan kalo menjadi leader perjalanan jarak jauh, dialah yang selalu mewanti wanti kami untuk selalu menjaga sikap jika berkunjung di daerah orang, maklum lah anak gunung.

Aku membuka pintu mobil. Tubuh ini sudah rindu dengan kasur yang empuk di kost yang ku tempati, tapi apalah daya malam ini aku harus tidur mobil yang sempit, di desa yang sangat sunyi lagi. Semoga saja Sinden yang dilihat Mayang tidak ikut tidur bersamaku.

"Mayang kamu oke kan? Nih jaket punyaku di pake biar engak dingin." Ucap Bisma dengan menyodorkan jaket yang selalu di pakainya.

"Iya makasih Bisma, tapi kamu engak ke dinginan kan?"

"Engak apa apa pake aja. Lagian kita kan." Ucap Bisma dengan memicingkan kelopak mata, tapi ucapanyalangsung dipotong Mayang. "Bisma." Ucap Mayang dengan melotot.

"Mayang lagi Mayang lagi, ada hubungan apa sih mereka berdua?" Batinku dengan sangat cemburu. Aku sangat menyukai Bisma sejak kami awal perkenalan, dia selalu mengerti apa yang kurasakan tapi Bisma tidak pernah peka terhadap perasaan cintaku.

"Ras mukamu kok cemberut. Nih jaket punya Rama. Katanya pake aja untukmu."

"Punya Rama engak ah. Dia nyebelin mending aku kedinginan dari pada pinjam punya dia. Jijik tau." Cemohku dengan sombong.

"Jaga batasanmu Ras." Bisik Mayang kepadaku.

Kutatap Rama dia juga menatapku . Kami saling adu pandang tapi Rama langsung memalingkan pandanganya seolah olah dia tidak dengar pembicaraan kami. Entahlah aku seperti keterlaluan padanya.

"Setelah kupikir pikir aku pake jaketnya Rama aja." Ucap dengan mengambil secara paksa dari tangan Bisma.

Aku langsung menutup mobil lalu memejamkan mata tapi entahlah mataku sangat sulit untuk terpejam. Mayang sudah terlelap tidur dikursi belakang. Para cowok masih ngobrol di depan tenda dengan sebatang rokok yang dihisap mas Arya.

Rama dan Bisma masuk tenda sementara mas Arya menuju kearah mobil. Aku langsung memejamkan mataku sebelum mas Arya mengomeliku karena belum tidur.

Satu jam berlalu. Kuputar badan kesana kemari tapi Rasa ngantuk belum juga tiba. Kutatap tajam kearah rumah rumah warga yang gelap ingin sekali aku keluar untuk mencari toilet. "May antar aku cari toilet dong, mau buang air kecil nih." Badan Mayang ku goyangkan tapi dia tidak merespon.

Aku teringat pesan Mas Arya untuk tidak keluar sendiri tapi mau gimana lagi Mayang tidak bisa dibangunkan dan aku tidak bisa menahana air kencing lebih lama. Ku dorong pintu mobil lalu mengambil jaket hitam yang dipinjamkan Rama untuku, memang karena aku lupa membawa jaket tebal dalam liburan ini, Jaket Rama masih saja wangi meski sudah dipakai Rama dari pagi. Udara benar benar sangat dingin diluar, angin sepoi sepoi menambah rasa takutku untuk melangkah ke rumah rumah tua itu. Kutatap tatap tenda cowok yang sepertinya mereka semua sudah terlelap. "Ya Allah semoga saja ada yang masih bangun untuk menemaniku."

Aku tak mungkin masuk tiba tiba ke tenda cowok, takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Kulangkah kaki meski berat aku harus membuang hajat kecil ini, lalu tiba tiba ada yang menarik tanganku dengan tenaga lumayan keras.

"Mau kemana Ras?"

Aku langsung membalikan badan. Ternyata seorang cowok nyebelin yang sering jahil kepadaku.

"Ternyata lo Rama, bikin senam jantung saja. Elo belum tidur Ram?"

"Entahlah dari tadi engak bisa tidur kepikiran setan mulu. Kamu mau kemana Ras?"

Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang