masa lalu

125 13 3
                                    

TEROR SINDEN PASAR ANGKER.

Follow  dan beri vote dulu sebelum membaca.


"Apa maksdunya mbok?" Tanya Laras.

"Neng Laras, Kita duduk ke warung makan si mbok dulu biar enak ngobrolnya." 

Kami berjalan masuk ke warung Si Mbok yang ramai orang makan. Mereka mempersilahkan kami duduk, beberapa warga ada yang menatap ketidaksukaan mereka dengan kehadiran kami.

"Bisma mereka kok kaya gak suka kita datang ke sini lagi ya?" Bisik Rama yang duduk tepat di belakangku.

"Mungkin mereka punya dendam kali sama kamu, elo kan orangnya resek."

"Gwe juga tau tempat kali kalo resek sama orang Bis."

Diriku menoleh ke belakang dengan mata yang membulat jari telunjuk di bibir mengisyratkan mereka untuk diam.

"Diem, mereka bisa dengar pembicaraan kalian dan tersinggung." Desis ku dengan pelan.

"Maaf nih bapak bapak ibu ibu kalau kami ada salah dengan kalian, namun di sini kita akan lama kok cuman ada beberapa urusan." Ucap Mayang dengan hati hati.

"Urusan dengan siapa? Laksmi atau dengan dukun sesat itu." Celoteh salah satu warga yang dari tadi menatap sinis.

Mayang terdiam mendegar jawaban yang tidak mengenakan di telinga kami. Tenang  Arya jangan panik agar para warga tidak semakin marah kepada kami karena sesuatu yang aku tidak ketahui. Seseorang muncul dari  tengah tengah keramaian dengan memakai baju batik dan celana panjang, ia menenangkan para warga yang semakin ramai berdatangan ke warung makan mbok Darmi.

"Para warga yang mau ke ladang boleh tinggalkan rumah ini, biar saya mengurus masalah Laksmi. Silahkan!" Ucap bapak bapak dengan nada lembut dan sopan.

Semua warga mulai meniggalkan warung si mbok Darmi dengan sukarela walau masih banyak yang mengunjing tentang kehadiran kami.

"Jadi itu anak kota yang datang tempo hari lalu yang membuat petaka desa kita." 

"Iya itu Mereka teh, tidak takut apa  balik ke desa setelah masuk ke pasar itu."

Gunjingan tersebut sangat terdengar jelas di telingaku.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Dadang, kebetulan saya kepala desa di sini. To the point aja kalian mau apa ke sini lagi? Desa ini sudah kena getah karena kalian." 

"Ada sesuatu yang harus kami urus pak." Jawab Rama dengan sopan.

Mbok Darmi keluar dari dapur membawa teh hangat dan beberapa gorengan tempe yang masih hangat. 

"Jadi gini den Rama, setelah kalian pulang dari telaga itu desa ini semakin angker saja, banyak warga desa melihat ataupun mendegar pertunjukan Grup sinden yang pernah melegenda di desa ini, bukan hanya itu saja setiap malam desa ini seperti pasar dadakan kami mendegar orang berdagang tawar menawar  atau yang lainnya. Bener kan pak Kades?" 

"Iya bener apa yang di katakan Darmi. Aku tahu kalian ada masalah dengan sinden itu sebaikanya kalian segera urus masalah kalian dan cepat pergi tinggalkan desa kami, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian."

Ku buang napas dengan berat. Aku  mengeluarkan selendang merah dari dalam tas ku, mbok Darmi dan pak Kades langsung terkejut dan wajah mereka  menunjukan ketakutan bergedik ngeri.

"Kami ingin mengembalikan Selendang ini ke tempat asalnya pak Kades. Saya mohon beri kan kami petunjuk untuk bisa mengembalikan benda ini lagi, kami sudah lelah dengan teror Sinden itu."

Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang