pasar angker

154 16 0
                                    

****

Kami berlima siap siap ke telaga alas ini. Hatiku sangat senang aku akan menikmati liburan kali ini apalagi ada orang yang ku sayangi, tetapi disisi lain aku merasakan ada yang mengawasi kami dari tadi.

"Mbok kami jalan dulu, terima kasih sudah mau direpotkan kami. Saya juga titip mobil ya mbok nanti sekitar sore kami ke rumah ini lagi."

"Kalian jadi ke sana? Tempat lumayan angker, apalagi telaga dijaga sama seseorang. Kalian terus baca ayat kursi ditempat itu " Ucap si mbok dengan memberika tas kresek kepadaku.

"Ini apa mbok?" Tanyaku kepada si mbok.

"Nasi bungkus neng Mayang, si mbok sengaja kasih kalian  kerena di sana tidak ada warung, takut kalian kelaparan." 

"Serius mbok engak ada warung? Memang tidak ada warga sana yang jualan." Tanya  Rama dengan menelan ludah.

"Dulu ada den, semenjak ada teror dikawasan telaga tidak ada yang berani jualan disitu bukan hanya warung, warga dusun situ saja banyak yang pergi, tetapi Kalian tidak usah risau, selagi kalian menjaga peraturan kalian tidak akan kenapa kenapa." 

"Ras aku bilang apa, disitu angker kita balik aja yuk, sebelum terjadi kejadian aneh aneh ras." Bisiku kepada Laras.

"Jangan jadi penakut gitu dong May. Toh Tujuan kita kan cuman liburan biasa bukan menganggu mereka." 

"Kamu kalo dibilangin selalu gitu, awas aja kalo kita dapat teror sampai rumah." Ucapku dengan kesal.

"May jangan kenceng kenceng ngomongnya, kita harus jaga omongan ini di desa orang loh." Bisik Bisma.

Aku menghela napas "sabar Mayang, wajar kalo mereka menghinamu mereka kan belum pernah di teror bertubi tubi." 

 Ku tatap sekeliling, aku terkejut melihat seorang bapak bapak yang menatap Bisma dengan tatapan tajam. Kutatap kembali bapak bapak yang  diperkirakan umurnya 50tahun keatas, dia menyadari kalo aku juga mentapnya ia pun langsung pergi dengan senyuman tipis, membuatku bergedik ngeri.

"Semoga saja yang kulihat bukan hantu." Batinku dengan dada berdebar debar.

"Kalo boleh tau teror apa mbok?" Tanya Rama dengan serius.

"Maaf den Rama saya tidak berani mengatakannya takut di datengi saat malam hari." 

Wajah Laras langsung ketakutan, tubuhnya bergemetar  hebat setelah mendegar penuturan si Mbok. Ada apa dengan Laras biasanya dia paling tidak percaya kalo soal teror setan.

****

Kami terpaksa jalan kaki Karena mobil tidak bisa masuk ke arah telaga iyang kami tuju. Suasana desa pelosok ini benar benar asri udara yang masih sejuk dan warga sudah mulai bekerja di kebun membuatku teringat masa kecil aku dan Mas Arya selalu bermain di sawah, kadang kala dimarah pak tani karena merusak tanaman padi nya maklum pada saat itu yang kami tau hanya mengejar layangan yang putus.

Jantungku terus derdebar memikirkan kejadian semalam." Pokoknya nanti malam kita harus keluar dari alas ini." Ucapku kepada semua teman temanku.

"Tenang Ras nanti sebelum maghrib kita sudah cabut kok dari sini." Sahut Bisma.

"Kalian merinding engak? Padahal ini masih jam 9 pagi tapi jalanan setapak sepi begini." Gumam Rama dengan melihat sekitar. 

Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang