Bab 5. Hutan bambu

153 14 0
                                    

.....................

"Rama jangan tinggalin aku sendiri." Teriaku kepada Rama yang terus berjalan kearah hutan bambu.

Rama terus berjalan dengan sangat cepat. Aku sangat binggung dengan sikap Rama ini, hatiku ingin kembali ke kamar mandi tadi, tapi rasa penasaran ku pada Rama membuatku berjalan dengan sendirinya mengikuti Rama.

Hawa yang dingin menusuk sum sum tulangku. Rama terus melambaikan tanganya untuk menyuruhku untuk mengikutinya. Jalan setapak yang di sekitarnya hutan Bambu yang mengerikan. Aku merasakan seperti ada yang mengawasi dari arah hutan Bambu tapi aku tak pedulikan karena Rama ada didepan sana. Gerimis tiba tiba datang membuat suasana kian merinding.

"Rama ayo kita kembali ke mobil. Bisma sama yang lainnya pasti cemas sama kita." Teriaku dengan keras agar Rama membalikan badanya

Rama menoleh kebelakang wajahnya semakin kusam. Dia tersenyum tipis lalu memangilku untuk terus mengikutinya. Jantungku berdetak dengan cepat, aku ingin kembali tapi lagi lagi aku malah mengikutinya sampai di alas dengan tanah yang menurun dengan curam.

Tanah yang menurun dengan curam membuatku kesusahan melewatinya, apalagi diguyur gerimis membuatnya semakin licin dan berbahaya. Aku beberapa kali hampir tergelincir saat menuruninya. Rama terus berjalan dengan cepat seperti tidak merasakan curam nya medan tanah ini.

Sebuah rumah tua besar terlihat dari arah belakang. Rama memasuki dari rumah tua melewati belakang pintu rumah. Dia menatap dengan memangilku untuk menyuruh masuk.

"Laras sini masuk." Ucap Rama dengan lirih, tapi aneh bisa terdegar jelas ke telingaku dari jarak 100 meter darinya.

"Itu bukan Rama. Aku harus kembali cepat, mana mungkin Rama mengetahui seluk beluk alas dan rumah besar itu." Batinku yang ketakutan.

"Laras ayo kesini." Ucap sosok yang menyerupai Rama. Dia terus melambaikan tangan kepadaku. Tiba tiba kedua kaki berjalan dengan sendirinya ke arah pintu rumah,sosok Rama menyeringai mengerikan lalu masuk kedalam rumah tua itu.

"Ya Allah ada apa dengan tubuh ini? Mayang Bisma tolong aku."

Dadaku semakin cepat berdetak saat tubuhku sudah mendekati pintu. Nyayian tembang yang di nyayiankan seorang sinden seperti sedang mengumumkan kematianku, alunan musik gamelan seperti mengiringi kematianku.

"Laras masuklah mari menari bersama kami."

Keringat semakin deras bercucuran. "Ya Allah selamatkan hambamu yang penuh dosa ini." Doaku dengan air mata menetes. "Rama tolong aku!!!" lalu tiba tiba kedua tanganku ditarik oleh seseorang membuatku berteriak.

Pov Rama.

"Nih anak lama banget kalo buang air kecil, gak tau kalau aku juga takut." Ucapku dengan menunggu Laras dibawah pohon bambu. Angin yang sepoi sepoi menambah horornya suasana, kutatap langit yang mulai memendung yang akan seperti akan menurunkan hujan besok pagi.

Aku merasakan aneh pada tubuhku yang awalnya aku tidak mau buang air kecil sekarang kebelet buang air kecil kemudian ingin cepat cepat mengeluarkannya.

"Ah sial , mau kencing lagi." Gerutuku lalu terbirit birit masuk kedalam kamar mandi disebelah Laras.

"Rama apa itu kamu?" Panggil Laras kepadaku.

Entah mengapa terbesit dipikrankanku untuk mengerjai Laras. Aku memilih diam walaupun dari tadi Laras mengetok pintu toilet. Aku memang suka menjahili Laras apalagi sampai dia marah kepadaku rasanya ingin kucubit pipinya itu.

"Ram tunggu, jangan tinggalin aku ." Teriak laras ketakutan lalu berlari meninggalkan toilet.

Jantungku seakan berhenti mendegar teriakan Laras yang memangilku. Aku kan disini, terus yang dilihat laras siapa?

Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang