Sebelum membaca follow akun wattpadku ya dan beri vote.
_______
"Tempat tinggal macam apa ini?" Gumamku dengan terbata bata.
Sebuah rumah yang luas dan besar dengan banyak nya pintu kamar yang tertulis angka berwarna merah yang berurutan. Ku dekati angka paling awal satu lalu kusentuh kemudian angka itu hilang.
"Astaga, Bau amis darah." Ucapku dengan merinding.
Sontak diriku langsung mundur beberapa langkah. Sebuah tulisan tiba tiba muncul di kamar yang baru ku sentuh angkanya.
"Rebeca." Lalu satu persatu sebuah nama muncul di depan pintu masing masing.
"Aku paham sekarang ini bukan hanya tempat tinggal hantu sinden itu saja, namun rumah semua orang orang pasar itu." Batinku dengan napas napas memburu dengan cepat. Kususuri semua tempat dengan membaca nama nama yang di depan pintu.
"Ini kamar 15 namanya Paijo ku bunuh karena telah bungkam atas kematianku. nenek tulip terbunuh karena dia nenek ku, aku sangat menyayangi nya." Ucapku dengan membaca tulisan yang berwana merah itu.
"Di mana sih Laksmi nyembunyin Arya?" Gerutuku dengan kesal.
Aku tidak mungkin buka satu persatu kamar bisa gawat kalo ada pocong atau apalah, arwah siapalah pasti wujud mereka tidak utuh.
Sebuah tangga terlihat di ujung rumah Laksmi yang aneh dan menyeramkan. Ku teringat bahwa Arya ada paling atas sendiri.
Kunaiki satu persatu anak tangga kemudian kejanggalan mulai terlihat. Langkah kaki yang kasar terdengar menaiki anak tangga di belakangku.
"Siapa itu?" Ucapku dengan menoleh ke belakang namun tidak ada satupun orang di belakang hanya ada kegelapan yang mencekam.
Lantai 2 ternyata lebih gelap yang membuatku terpaksa menyalakan senter di ponsel. Suara tangisan dan jeritan mengikuti langkahku menyusuri rumah yang seperti Labirin yang tidak berujung.
"Kenapa mereka menangis di saat begini sih, buatku merinding saja." Gerutuku dengan kesal.
Keringatku terus mengalir dengan derasnya. Kunaiki anak tangga lagi, semoga saja ini Lantai paling atas. Suara derapan langkah kaki terdengar lagi di belakang namun bukan hanya satu melaiankan aku merasakan seperti ada 2 orang yang mengikutiku. Tiba tiba aku merasakan seperti ada yang menarik bajuku kebelakang tetapi setelah ku menoleh kebelakang tetap saja tidak ada orang.
"Tolong, Laksmi maafkan aku tidak akan mengulangi lagi kesalahanku. Laksmi kembalikan sukma ku lagi di kebun karet." Ku menoleh ke arah salah satu kamar di lantai tiga.
"Baron. Sang Dalang pembunuhan diriku." Kataku tetapi tubuhku terus merinding kejanggalan terasa nyata sekali. Aku langsung berlari menuju Lantai keempat.
Jantung seperti memompa dengan cepat. Kamar putri Laksmi. Suara musik jaipong terdengar dari kama hantu Sinden itu, alunan musik yang sedikit aneh membuat semua orang pasti kalang kabut jika mendengarnya langsung.
"Aku harus cepat cepat keluar dari rumah sini. Ini sudah mulai petang Aldo." Batinku yang mulai tersadar ternyata di sini aku menghabiskan banyak waktu di rumah inu.
Sebuah Kamar terlihat di paling ujung di lantai lima. Kudekatinya dengan kaki sangat berat sekali seperti ada sesuatu yang memegangi tapi ku tak peduli demi temanku Arya ku singkirkan rasa takut.
"Arya Pratomo, tepat malam nanti akan menjadi akhri hidupnya karena aku ingin hidup abadi dengannya." Ucapku dengan lirih membaca tulisan yang terpampang dengan jelas di depan pintu.
Kuketuk pintu dengan memangil nama Arya tapi dia tidak ada suara balasan.
Ku gedor gedor pun ternyata hanya sia sia, aku langsung berinisiatif mendobrak pintu dengan keras.
"Arya!"
Kulihat Arya duduk dipojokan dengan mata kosong menghadap kedepan.
"Arya ayo kita pergi!" Ucapku dengan mendekati nya.
"He... Aldo elo datang kesini." Kata Arya yang kaget dengan kehadiranku.
"Udah dramanya nanti, kita pergi sebelum waktu sandekala tiba. Ayo!"
"Tapi kita harus bakar Selendang merah dan mahkota punya Laksmi, itu satu satunya cara agar dia tenang."
"Elo jangan bodoh Arya. Sudah kamu lupain Lastri biarkan saja warga sini yang ngelakuin itu, Itu bukan tugas kita." Ucapku dengan terus menggeret Arya keluar dari rumah Laksmi.
"Sebentar Do, dia pasti akan mengikuti kita sampa rumah lagi." Arya menarik pundaku untuk berhenti.
"Selagi kita tidak membawa barang barang Laksmi dia tidak akan mungkin mengikuti kita lagi." Ucapku dengan menoleh kebelakang.
"Kok elo tau semuanya si Do?"
"Anu.... itu? Ah sudah kita keluar saja." Ucapku dengan berkelit kelit.
Aku dan Arya tidak tersadar bahwa kami berhenti tepat didepan kamar Laksmi yang paling besar. Suara alunan musik juga masih terdengar menakutkan dari kamarnya.
"Tuan putri ini sudah selesai. Silahkan boleh keluar." Tiba tiba musik jaipong berhenti bau kembang melati tercium sangat menyengat di hidung.
"Ayo kita keluar." Ucapku dengan menarik paksa Arya. Aku sempat melihat pintu kamar laksmi terbuka saat akan turun di tangga menuju lantai tiga.
***
Kuterus baca ayat kursi dan mengikuti Aldo keamana pun ia pergi. Suara jeritan tangisan terus terdengar di rumah Laksmi.
"Aaaaaaaaa......... jangan tinggalkan, bawa kami kami keluar juga."
Jantung terus berdebar dengan kencang mendegar jerita itu. Aldo terhenti saat menuruni tangga menuju di ke lantai satu. Keringatnya terus mengalir deras, aku tidak bisa melihatnya karena tertup dengan tembok di tengah tengah tangga.
"Arya elo masih pake kan gelang dari Ki Darma?" Tanya Aldo dengan terbata bata.
"Masih, ada apa sih Do? Elo jangan nakut nakutin gwe gitu dong." Sahutku.
"Di lantai satu banyak sekali anak buah Laksmi. Arya elo jangan takut."
"Iya iya. Kita kan sudah sering melihat mereka di gunung."
"Tapi ini suasana jauh berbeda Arya. Kita baca doa saja."
Kubaca ayat kursi terus menerus tanpa henti di dalam hati. Sebuah gerombolan orang berdiri di atas lantai satu tubuh mereka sangat kurus sekali dan bau bangkai tercium dari badan mereka. AKu membelakangi Aldo saat menembus orang orang orang itu, mataku melotot saat tak sengaja melihat ada beberapa yang berwajah rata.
"Tenang Arya, kamu pasti bisa." Batinku.
Akhirnya aku berhasil keluar dari dalam rumah Laksmi. Di luar sangat ramai sekali, namun mereka seperti manusia pada umumnya, badan mereka utuh walau bau kemang melati tercium dari badan mereka. Tiba tiba suara teriakan terdengar dari rumah Laksmi paling atas hingga membuat semua orang melihat keatas rumah.
"Arya kamu pergi kemana?" Teriak Laksmi dengan nada sangat marah.
Semua orang menatapku dan Aldo dengan tajam. "Arya ayo kita pergi, semua orang orang tua ini sudah mulai mencurigai kita." Bisik Aldo.
"Tangkap Arya hidup hidup dan bawa seluruh teman temanya. Sebelum mereka keluar dari Alas ini." Teriak seorang laki laki yang keluar dari rumah dengan nada sangat marah.
Bersambung.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Jangan lupa tap vote dan tinggalkan komentar untuk mendukung cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror sinden (Liburan Telaga Tengah Alas)
HororSebelum membaca follow akunku, beri vote dan komentar setiap babnya. kisah tentang lima mahasiswa ketika liburan ke sebuah desa terpencil. desa yang masih kental dengan hal hal mistis dan tata krama yang benar benar harus dijaga. tetapi seorang maha...