chapter 1

9.1K 393 8
                                    

Paris.

Kota untuk mereka para pemimpi-kota dengan cahaya yang tak berkesudahan, dan kota bagi mereka yang suka merayakan cinta.

Sudut dari kota impian banyak orang ini begitu banyak membekaskan kisah-bahkan bagi mereka yang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki disana. Sudah menjadi hal yang lumrah ketika kebanyakan orang juga kerap menyimpan fantasinya masing-masing tentang bagaimana Paris dengan segala keindahannya.

Hari itu, saat dedaunan mulai menguning dan rintik hujan menghantarkan musim gugur. Duduk seorang perempuan yang terbalut dalam pakaian hangatnya. Hatinya masih tak berhenti takjub dengan kemegahan bangunan rumah elegan dan berarsitektur teratur yang tengah ia kunjung di salah satu kawasan kota Paris-Ile Saint-Loius.

Namun, disamping ketakjuban yang ia rasakan ada rasa gusar yang sedari tadi juga hinggap di hati serta pikiran. Kepalanya tertunduk, tangannya saling menggenggam satu sama lain saat tengah duduk di sofa dan berhadapan dengan sepasang suami-istri yang sejak satu bulan lalu memintanya untuk terbang ke Paris dan menemui mereka.

Tidak. Ternyata bukan cuma sepasang suami istri itu yang sedang ia hadapi. Jumlah orang di ruang tamu megah itu kini berubah sejak kedatangan 2 sosok manusia lain yang langsung duduk secara terpisah. Satunya tampak ramah, sedang satunya lagi begitu dingin dan tanpa ekspresi yang menyenangkan. Misterius.

Saat semua sudah berkumpul, pemilik bangunan megah itu mulai membuka suaranya, "Gracia, terimakasih sudah datang kesini." Suara itu adalah suara Kinal, Tuan besar dirumah bak istana ini.

Gracia mengangguk kecil dengan senyum ramah dan tak lupa gelagat canggung yang ia tunjukkan pada Kinal dan perempuan disampingnya-Veranda, istri Kinal.

"Sebelumnya, saya dan Veranda turut berduka cita atas kejadian yang menimpa kedua orang tua kamu sebulan yang lalu," imbuh Kinal. Disampingnya Veranda yang duduk dekat dengan Gracia menyentuh tangan perempuan yang pada malam hari ini datang bak tamu kehormatan itu.

Gracia tersenyum getir sambil menganggukkan kepalanya lagi sebagai respon dari perkataan Kinal. Sebetulnya, Gracia masih dalam suasana berkabung. Kepergian kedua orang tuanya yang terlalu mendadak sebulan lalu akibat kecelakaan pesawat itu masih membuatnya jadi manusia yang tak banyak bicara.

"Bobby dan Shania adalah sahabat baik kami. Mereka sangat baik semasa hidupnya. Bahkan saya bisa seperti sekarang ini juga karena jasa Bobby dan Shania-kedua orang tua kamu, Nak," tambah Kinal.

"Betul, Ayah dan Bunda kamu orang baik. Sangaattt baik. Tante yakin mereka akan ditempatkan di tempat yang istimewa diatas sana. Jangan terlalu berlarut menangisi mereka," celetuk Veranda sambil tangannya kini membelai lembut surai hitam perempuan bernama Gracia itu.

"Kamu selalu terlihat sangat cantik, Gracia. Mata kamu-mata milik Shania. Tante seolah sedang berbicara dengan dia sekarang," lirih Veranda menambah kesenduan di ruang tamu yang begitu megah ini.

"Terimakasih Tante, Om...." sahut Gracia dengan senyumnya yang masih getir. Perempuan itu sejatinya masih berusaha terlihat tegar meski hatinya juga tak ubahnya seonggok kayu tua yang sudah habis di makan rayap. Rapuh, renta, kosong, tak bertuan.



"-Papa sama Mama ngundang orang jauh-jauh dari Indonesia kesini cuma untuk berbelasungkawa? Kenapa nggak kalian aja yang datang ke sana kalau gitu? Yang benar aja...." celetuk seseorang yang duduk di seberang Kinal dengan nada dingin dan ekspresi jauh dari kata ramah itu.

"Shani!" tegur Veranda. Sementara orang yang dipanggil Shani itu hanya membuang muka seraya tak peduli akan perkataannya yang kurang sopan.

"Benar loh, Ma...Pa... Kalau cuma mau berbelasungkawa harusnya Papa dan Mama yang ke Indonesia. Buang-buang waktu dan tenaga orang itu nggak baik loh. Apa lagi dia masih dalam suasana yang berkabung. Ya nggak, Shan?" Satu lagi orang di ruangan itu nimbrung sambil mengendikkan dagunya pada sosok Shani yang masih betah melempengkan wajah pokerfacenya.

Stay, and Love Me! (Greshan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang