Canggung

386 56 2
                                    

"Aku merasa sedang dipermainkan oleh nasib, tenggelam ke dalam mimpi, di dalam mimpi ada mimpi lagi, lagi dan lagi"
.
.
.

Toji melempar amplop coklat yang dibawanya, "kau tidak pernah muncul kepermukaan, orang-orang jadi berfikir untuk mengasingkan keluarga ini"ucapnya dalam senyum

Sukuna membuka berkas di dalamnya dan mendengus, melirik tajam sahabatnya yang terkekeh mengejek, "dari awal mereka memang tidak menyukai keluarga ini, hanya karna sekarang ada celah sedikit, mereka langsung tidak tahu malu!"

Toji menyeringai melihat foto pria berambut perak di atas meja, mengambilnya dan menyimpannya, "mereka pasti berfikir bahwa ini kesempatan terbaik untuk menggulingkan keluarga Ryomen, bahkan beberapa dari mereka itu pengikut setia keluarga ini selama bertahun-tahun, bukankah kau harus bergerak sekarang!?"

"..aku akan melakukannya disaat yang tepat" balas Sukuna tanpa melihat Toji, mengalihkan tatapannya ke jendela, Toji mendekat dan melihat kearah yang sama, tersenyum begitu melihat siapa yang dia amati, "aku rasa kau harus segera memberitahunya" melihat pria remaja berambut merah muda sedang berjalan melewati taman

"kau harus berbicara padanya, Yuuji berfikir kau membencinya, karna kau tidak mau berbicara dengannya, ckckck" geleng Toji penuh ejek,

Sudah seminggu Toji berada di mansion Ryomen, dan semakin terasa ketegangan diantara mereka semakin parah sejak terakhir kali, mereka berdua tidak lagi makan bersama, terlihat Yuuji sibuk menghindari Sukuna, Toji mengingat kembali saat kali terakhir mereka di ruang makan

Toji masih menatap kearah Yuuji terkejut,setelah punggung kecil itu menghilang, dia menatap Sukuna yang duduk hanya termenung di tempatnya, mendekati meja makan, Sukuna melempar kasar topengnya, wajahnya memerah marah

Toji mendekat dan duduk dalam diam, mengisyaratkan pada pelayan untuk menuang wine ke dalam gelasnya. Suguru ragu-ragu menatap tuannya yang sedang murka, sebelum akhirnya mendekat untuk menuang wine. Toji meminum winenya, melihat Sukuna yang masih mencak-mencak marah, namun perkataannya mampu membuat temannya ini terdiam

"Sukuna, Yuuji menangis!" Tubuh Sukuna menegang mendengar ucapan Toji, dan ucapannya menggantung di udara. Toji tidak mengatakan apapun lagi, hanya menatap balik sahabatnya dan merasakan amarah Sukuna perlahan redam, tersenyum semu dan menuangkan wine di gelas Sukuna, "aku.. tidak paham!" Ucap Sukuna, menenggak habis winenya

"Omega memang sulit dipahami, kau tidak akan mengerti mereka"balas Toji cepat, Sukuna menatap skeptis, "Aku pikir akan lebih mudah karna dia laki-laki!" ucap Sukuna, Toji menyesap winenya dalam diam

mata coklat terbuka spontan, menyentuh perutnya yang terasa sakit, Yuuji melihat jam di meja yang menunjukan pukul dua pagi, melihat telepon di samping mejanya lama, menggeleng, memikirkan semua pelayan pasti sudah beristirahat. Yuuji berjalan ke arah dapur dan membuka pintu dapur, melihat sekitar, tidak menemukan siapapun disana, melihat-lihat lemari makan dan mengambil beberapa makanan ringan, helaan nafas keluar dari mulutnya, karna sikap kekanakannya tadi, ia jadi tidak makan banyak, ".. sepertinya masa heat ku akan datang, belakangan ini aku sering lapar, aku harus nyetok obat lagi"

"..obat apa!?" ucap seseorang, Yuuji terperajat kaget, hampir menjatuhkan snacknya, menoleh ke belakang dan menemukan Toji berdiri disana tersenyum, Yuuji menatap canggung pria berambut hitam di depan pintu, "Fushiguro-san, anda membuat saya terkejut!!"

"Hahaha.. maaf mengagetkanmu, aku nggak akan melakukannya lagi" tersipu melihat tawa Toji yang menawan, entah mengapa aura yang keluar dari pria di depannya ini selalu membuatnya gelagapan, seperti saat bersama makhluk di dalam mimpinya

"Kenapa tidak minta pelayan?" Tanya Toji, mengikuti Yuuji keluar. Yuuji menggeleng, "mereka sedang istirahat, lagipula ini sudah lewat tengah malam, jam kerja mereka sudah selesai. Fushiguro-san sendiri, ada apa kesini?"

"Ah aku mau ambil air" memperlihatkan air botol yang sudah ditangannya, Yuuji beroh-ria, "Kau bisa memanggilku Toji, aku senang jika kau mau melakukannya"ucap Toji lagi

Yuuji menatap mata hijau Toji dan tersenyum mengangguk, itu bukan permintaan yang sulit, "..Tentu, Toji-san" dari kejauhan Yuuji bisa melihat pintu kamarnya, ternyata dia sudah hampir sampai, tidak terasa mengobrol dengan Toji sangat menyenangkan, Yuuji melirik bimbang, "T-toji-san, bisa saya tanya sesuatu?"

"tentu"

"emm.. itu, jadi.. apa Ryomen-san sakit parah sampai nggak bisa bicara? Apa wajahnya juga luka akibat kecelakaan, jadi dia nggak mau memperlihatkan wajahnya?" Yuuji merasa sepertinya tidak boleh bertanya tentang hal ini, namun entah mengapa ia merasa bahwa ia satu-satunya orang yang tidak tahu tentang hal ini

"...ya!?"

Yuuji menatap Toji tidak terbaca, dan menjadi murung, "Ryomen-san. dia tidak pernah bicara pada saya, dia juga selalu menutup wajahnya dengan topeng, saya pernah melihat artikel tentang kecelakaan keluarganya, saya hanya ingin tahu itu benar atau nggak..!?"

Yuuji menatap Toji gugup, takut kalau cerita ini sebenarnya sangat tabu, dan tidak etis untuk di bicarakan, "maksud saya.. itu, s-saya nggak bermaksud menuduhnya bohong, hanya saja.. saat itu anda bilang, bahwa anda bisa berkomunikasi dengannya, siang tadi saya juga melihatnya berbicara dengan wanita di taman, jadi saya pikir.. mungkin saja dia membenci saya, makanya dia sebenarnya nggak mau bicara dengan saya, mungkin karna saya bukan pasangannya yang asli" suara Yuuji semakin kecil dan menghilang

"Yuuji-san, aku mengerti apa yang ingin kau katakan, tapi bukan seperti itu" ucap Toji tenang, menatap lembut Yuuji, "Sukuna, dia juga sedang berjuang, dia memang penuh luka, tapi sekarang ini dia dalam masa pemulihan, karna ada anda, kondisinya semakin membaik" ucap Toji begitu mereka sampai di depan kamar Yuuji, empunya masuk setelah mengucap terima kasih

Toji pergi setelah Yuuji masuk ke dalam, berjalan menyusuri lorong dan tersenyum kecil saat merasakan aura tidak bersahabat dari arah depan, "aku hanya mengantarnya ke kamar, bahaya jika sendirian..!"

Melihat Sukuna berdiri menatap dingin ke arahnya, dengan kimono putih dan iris merah yang bersinar terang, di remang lorong, mengawasinya seperti serigala, Toji melewati Sukuna, "aku tidak akan mengambilnya darimu, dia milikmu!"

"Aku harap begitu, aku tidak akan segan bahkan jika kau yang mengambilnya!" ucap Sukuna, melengos pergi dari sana, meninggalkan Toji yang terdiam, melihat ke luar jendela dan menarik nafas dalam, iris hijaunya menjadi sayu, "Nasib yang kejam"


.
.
.
BERSAMBUNG

Marriage With Devil - Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang