5. Drama Baru

115 40 28
                                    

"Kamu ngapain ke clup sama Varo?!"

"Lihat, gara-gara dia kamu jadi kaya gini!"

Wanita dengan rambut pendek sebahu terus merutuki Levant. Cewek itu terbaring di ranjangnya. Kesadaran Levant sudah kembali, ia bingung sudah ada di kamarnya sendiri.

Mata Levant melotot mengingat kejadian di clup tadi.

Levant melirik kedua tangannya yang sudah diperban. "Luka ini...."

"Varo dan kamu di serang orang, Lev. Sekarang Varo di rumah sakit, kepalanya terluka parah," jelas Zarine—mama kandung Levant.

Dahi Levant berkerut, mencoba mengingat sosok berpakaian serba hitam yang menyerangnya.

"Dia ... Anantha," gumam Levant didengar oleh mamanya. "Anantha yang menyerang kita berdua, Ma!"

"Anantha siapa?!" Zarine kebingungan. "Pengawas clup hanya melihat kalian berdua masuk ke ruangan, setelah itu ...."

Zarine berpikir setelah ada keanehan yang dikatakan pengawas clup. "Tidak ada orang lain yang masuk."

"Cctv?" tanya Levant, tetapi dibalas gelengan kepala oleh mamanya.

"Di sana tidak dipasang Cctv," jawab Zarine.

Aneh sekali, mungkin sosok itu mengendap-endap masuk ke ruangan tanpa sepengetahuan siapa pun? Levant tidak habis pikir kesialan akan menimpanya.

Ada keberuntungan lain bagi Levant. Ya, sosok Anantha yang jelas-jelas berdiri di depannya dan membawa pisau berkarat itu. Levant jelas melihat wajahnya.

"Gue akan balas lo, Anantha. Lo udah melewati batas!" geram Levant.

"Anantha siapa lagi, sih?" Zarine menyahut karena bingung putrinya terus menyebut nama Anantha.

"Orang yang menyerang aku dan Varo, Ma. Aku jelas melihat wajahnya," jelas Levant tidak mau menceritakan semuanya kepada mamanya.

Cewek itu tidak mau Zarine dan Revan—papanya tahu sisi gelapnya. Mereka berdua pikir Levant anak yang baik, tetapi dugaan mereka salah. Levant adalah sosok penindas di sekolah, mem-bully siapapun orang yang berani kepadanya.

"Ya udah kamu balas dia pakai cara apapun. Gara-gara dia putri mama ini terluka," ucap Zarine sembari mengelus perban yang menutupi lengan Levant.

"Aku akan melakukan itu, Ma." Levant tersenyum senang.

"Dasar anak tidak tahu malu! Ngapain kamu ke clup bawa cowok?!" Revan datang tergesa-gesa ke kamar anaknya. Pria itu pulang lebih awal karena mendengar putrinya terluka. Seragam formal pun masih Revan kenakan.

"Astaga, Levant!" sembur Revan melihat penampilan putrinya yang sangat berantakan. Dress membentuk lekuk tubuh itu sobek di bagian paha, rambutnya pun seakan tidak disisir berminggu-minggu. Satu lagi, lipstik merah merona yang Levant kenakan belepotan.

"Mau jadi apa kamu?! Mau jual diri?!" teriak Revan hendak memberi pelajaran kepada Levant, tetapi Zarine melarang suaminya.

"Jangan lakuin itu, anak kita terluka." Zarine memperlihatkan tangan anaknya diperban. "Kamu nggak kasihan sama dia?"

"Jangan bela anak terus! Jelas-jelas dia salah! Kamu tidak tau Levant diam-diam pergi clup? Bukan hari ini aja!" jelas Revan membuat Zarine terkejut. Ia bahkan tidak tahu itu.

"Sial! Gue ketahuan," batin Levant karena papanya itu tahu rahasianya. Cewek itu sering keluar malam dengan alasan ingin belajar kelompok, tetapi Levant malah bermain ke clup.

"Anak ini sudah pandai berbohong. Dia bilang ingin belajar, dari rumah pakaiannya sopan. Tapi setelah keluar, dia mengenakan pakaian kurang bahan!" tukas Revan.

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang