19. Akhir Segalanya [END]

122 16 25
                                    

Di saat kebingungan melanda, seseorang membelah kerumunan para murid. Langkah sepatunya terdengar, kedatangannya mengejutkan semua orang di sana. Dia adalah siswi bertubuh mungil dengan rambut acak-acakan yang sama persis dengan Anantha.

Levant, Varo, dan Venya mendelik sempurna. Mereka terkejut sekaligus kebingungan dalam satu waktu.

Bukannya mereka sudah membunuh sosok itu? Kenapa dia bisa hidup lagi seakan punya banyak nyawa?

"Kalian salah membunuh orang."

"Gue yang melaporkan kalian semua ke polisi. Gue tahu semuanya."

Sosok itu menghadap mereka dan ketiga polisi tersebut. Dia menatap satu per satu orang di depannya dengan remeh.

Senyum miringnya terbit setelah menyadari ada Hendra selaku kepala sekolah SMA Bina Bangsa yang kebusukannya terungkap hari ini.

"Dunia ini memang penuh orang jahat. Ini baru beberapa yang tertangkap, pasti banyak orang di luar sana yang mempunyai kebusukan yang sama."

"Anantha!"

Amarah menyerang Levant. Ia muak dan benci jika sosok yang mirip dengan Anantha itu mulai berbasa-basi.

Levant memberontak, tetapi polisi tidak melepaskannya. Usahanya berhasil setelah bisa melepaskan cekalan polisi itu. Dengan tangan diborgol, Levant menghadap sosok itu.

Sosok itu menatap remeh lawan bicaranya. "Apa? Lo mau marah dan nggak terima Anantha hidup lagi?" serangnya.

Ingin sekali Levant menghajar Anantha jika kedua tangannya tak diborgol seperti ini.

Sosok itu mencondongkan tubuhnya ke depan untuk membisikkan sesuatu di telinga Levant.

"Kalian salah membunuh orang. Seharusnya kalian bunuh gue, bukan cewek bodoh dan lemah itu. Karena gue masih hidup, gue akan balas semua dendam yang sudah tertulis di buku Anantha."

Bisikan itu membuat Levant merinding seketika. Amarahnya hilang, tubuhnya menegang sesaat.

Sosok itu menjauh dari Levant dan melirik dua orang di belakang sana yang terdiam.

"Hukuman dari pengadilan tidak cukup, harus ada hukuman lain untuk membalas semua ini," ucapnya enteng. Senyum kemenangannya terbit kembali.

"Nyawa harus dibalas dengan nyawa karena kalian sudah membunuh kembaran gue."

Dia memberi kode para polisi untuk segera mengatasi tiga orang tersebut. Mereka mengangguk dan langsung menyeret Levant dan kawan-kawannya, tidak lupa juga Hendra.

"Bajingan lo Anantha!"

"Anjing lo! Gue akan bunuh lo! Lo harus mati!"

Levant berteriak keras dan terus memberontak tidak terima dibawa oleh polisi.

"Seharusnya lo yang mati! Bukan gue!" balas sosok itu dengan teriakan lantang.

Mereka tak terlihat lagi setelah melewati belokan di koridor. Sosok itu menghela napas jengah. Dia berbalik dan membaca raut terkejut dan heran semua murid di sekolah ini.

"Kalian bingung?" tanyanya datar, "sama, gue juga bingung kenapa alur di buku itu kembali diteruskan. Padahal ... Anantha sudah tiada."

"Sebenarnya siapa yang menulis alur baru di buku itu?" tanyanya bermonolog.

"Tidak mungkin Anantha, 'kan? Dia benar-benar sudah tiada."

Sesuatu yang harusnya terhenti kembali disambung. Aneh sekali jika dipikir dua kali.

Sosok itu mendongak setelah menyadari sesuatu. Satu per satu orang-orang di depannya menghilang dan menyisakan bayangan hitam. Tatapannya kosong. Dia tidak lagi terkejut dengan semua ini.

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang