8. Tiada

87 34 23
                                    

Danial kini tengah bersantai di balkon kamarnya. Keadaan rumahnya selalu sepi membuat cowok tinggi dengan wajah tampannya itu bosan.

Sejak kedua orang tuanya pergi ke luar negeri untuk bisnis lain, Danial harus hidup sendiri. Kebutuhannya sudah diurus oleh kedua orang tuanya.

Langit yang sedikit mendung menjadi pemandangan yang Danial nikmati. Cowok itu menikmati rokoknya. Asap keluar dari hidung dan mulutnya.

"Varo lagi ngapain ya?"

Tiba-tiba pertanyaan itu timbul dari kepala Danial. Kematian sosok sahabatnya masih belum ia percaya.

"Bahkan gue belum jenguk dia di rumah sakit, tapi ... udah menemui Tuhan."

Danial menghela napas. Sejak kematian Venya hingga menimbulkan tanda tanya siapa pembunuh cewek itu, keadaan menjadi cukup mengerikan.

Apalagi setelah Danial ikut serta menindas Anantha, cowok itu merasa hidupnya terancam sekarang.

"Apa setelah ini gue jadi target pembunuh itu?" gumam Danial langsung merinding.

"Lagian demi ngerasain bibir Anantha, lihat tubuhnya, lo mau kerja sama dengan Levant?!" Danial merutuki dirinya sendiri. Bodoh, sungguh bodoh.

"Tapi ... nggak rugi juga, sih." Cowok itu terkekeh. Ia membuang sisa rokoknya dan menginjaknya.

Tujuan Danial hanya satu, ia ingin terbebas dari semua ini. Cowok itu tidak mau lagi disangkutpautkan menjadi penindas Anantha juga.

"Kok gue ... nyesel ngelakuin itu ke Anantha?" Danial bermonolog.

Mata Anantha penuh permohonan, raut paniknya dan teriakan memilukan tidak bisa dilupakan oleh Danial ketika ia menginjak harga diri cewek itu.

Danial merogoh ponsel yang ada di saku celana pendeknya. Ia memutar kembali video yang sudah disebarkannya.

"Cih."

"Seharusnya lo lakuin lebih, jangan cuma gini."

Tentu Danial merasa tidak puas, kenapa ia menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Levant.

"Ngapain juga gue mikirin Anantha? Apa yang udah gue lakuin, ya udah nggak perlu disesali."

Danial membuang jauh nama Anantha dari pikirannya. Ia kembali menikmati langit malam, angin pun menyapanya dengan lembut.

Ting!

Notifikasi di ponsel cowok itu mengalihkannya lagi. Danial mengambil benda itu dari saku celananya. Sebuah pesan nomor tak dikenal dari aplikasi chatting membuatnya dahinya berkerut.

"Siapa, sih?"

Danial yang penasaran membuka pesan yang baru saja masuk. Sebuah foto buram yang belum diunduh semakin membuatnya bingung. Ia mengunduh foto tersebut.

"Hah?!" Danial terkejut, karena foto itu adalah foto dirinya yang diambil dari pintu balkon di belakangnya.

Dengan perasaan campur aduk, Danial menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa di belakang sana.

Ting!

Notifikasi kembali berbunyi, Danial fokus lagi dengan ponselnya. Sebuah pesan langsung membuat jantung Danial berdebar.

Unknown : Kok panik? Aku ada di kamar kamu, loh.

Susah payah Danial menelan ludahnya sendiri. Ingin membalas pesan itu pun jarinya menjadi kaku.

Unknown : Kamar kamu berantakan, makanya aku rapihin.

Unknown : Ayo lanjutin kegiatan tadi pagi yang tertunda. Lo belum puas sama tubuh gue, 'kan?

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang