2. Seseorang Yang Sama?

162 52 43
                                    

Kabar kematian siswi SMA Bina Bangsa langsung tersebar luas di penjuru sekolah itu. Para murid dan guru ikut terkejut dengan kematian sosok Venya Zeeu yang memilukan. Siswi yang cukup berprestasi itu tiada karena dibunuh.

"Beneran? Ngeri banget!"

"Gue nggak bisa bayangin leher digorok hidup-hidup!"

"Pelakunya harus ketangkap!"

Banyak murid yang berkumpul di koridor hanya untuk membahas kejadian itu.

Kerumunan terbelah setelah sosok siswi berpakaian rapi dengan rambut pendek sebahu, tidak lupa kacamata yang selalu bertengger di hidungnya lewat.

"Dia pembunuhnya!" Teriakan itu mengejutkan semua orang. Siswi lain dari arah berlawanan langsung mendekati orang-orang yang sibuk berkerumun.

Plak!

Tamparan keras itu mendarat di pipi siswi bernama Anantha Gheania. Ia bingung kenapa sosok di depannya langsung menamparnya tanpa alasan.

"Cewek culun ini yang bunuh sahabat gue!" tampik Levant Geynia. Siswi yang paling berpengaruh di sekolah ini karena menjadi donatur terbesar selama pembangunan SMA Bina Bangsa.

"Hah? Dia yang bunuh?"

"Oh, gue tau. Itu cewek selalu di bully sama Levant, Venya, dan Varo!"

"Mungkin dia sakit hati, terus balas dendam?"

"Omo! Omo! Fakta mengejutkan!"

Bisikan dan cibiran langsung terdengar jelas di telinga Anantha. Ia ketakutan dan menggeleng kaku.

"Aku nggak ngelakuin itu!" lirih Anantha. Ia tak berani mendongak. "Venya tiada? Aku juga baru tau setelah sampai di sekolah."

"Ah, bacot!" Sosok bernama Varo Alveandra muncul di tengah-tengah kerumunan. Cowok berandal itu langsung mendekat ke Anantha dan sahabatnya—Levant.

Varo tanpa kasihan langsung memukul kepala Anantha. Cewek itu terjerembab ke lantai.

"Pembunuh harus di hukum!" teriak Varo. Ia sudah memegang gunting. Melihat itu Anantha semakin takut.

Murid lain hanya diam. Mereka ikut menonton tak mau mencampuri urusan keduanya. Walaupun kebenaran Anantha membunuh Venya belum jelas, mereka semua tetap percaya kalau cewek itu melakukannya karena sakit hati.

Alasan yang cukup logis.

"Jangan!" pekik Anantha setelah kepalanya dipaksa untuk mendongak oleh Varo.

Varo dengan senyum iblisnya langsung menggunting rambut Anantha secara brutal. Levant ikut memegangi Anantha agar tidak melawan.

"Aku tidak melakukan itu!" Anantha terus berteriak. Rambutnya berjatuhan ke lantai.

"Jelas-jelas lo bunuh Venya sahabat gue!" Levant hilang kesabaran. Ia berdiri dan langsung menginjak tangan Anantha kuat.

"Mamanya Venya bilang, polisi nemuin lo di samping jasad Venya yang berlumuran darah! Lo juga pegang pisau buat bunuh Venya!" murka Levant. Murid lain yang mendengar penjelasan itu terkejut.

Levant semakin menginjak tangan Anantha. "Sekarang lo mau ngelak dari bukti ini?"

Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Anantha. Ia hanya bisa memekik merasakan sakit di tangannya.

"Bajingan!" Varo kembali menampar Anantha yang menangis. Cowok itu tidak suka jika melihat cewek mengeluarkan air mata.

"Ini kurang, sebaiknya lo dapat lebih!" Levant dan Varo menyeret Anantha yang terus mengelak dirinya tak bersalah.

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang