4. 'Dia' Muncul Kembali

124 46 36
                                    

Amplop berwarna coklat yang berisi uang dilempar saja oleh wanita berpakaian formal. Dia hendak pergi, tetapi Anantha malah memanggilnya.

"Mama."

Wanita bernama Bella itu menoleh. Raut wajahnya yang datar berubah karena Anantha memanggilnya dengan sebutan yang paling ia benci.

"Jangan panggil saya Mama!" berang Bella tidak terima.

"Tapi-"

"Kamu bukan anak saya!" murka Bella. Ia mendekati Anantha, kemudian Bella menamparnya keras.

Cewek itu terkejut. Dalam satu hari ia mendapat dua tamparan sekaligus, dari Levant dan juga Mamanya.

Anantha tidak berkutik. Ia memegangi pipi kirinya yang berdenyut nyeri.

"Saya tidak sudi punya anak bodoh, tidak punya prestasi seperti kamu!" cela Bella menusuk hati Anantha.

"Kamu beban di keluarga! Kamu yang paling bodoh dan tidak berguna!" serang Bella tidak ada hentinya.

Sebenarnya Anantha pun tidak tahu alasan lain selain kenapa ia sangat dibenci oleh Mamanya. Mungkin yang dikatakan Levant dan Varo benar. Anantha bodoh sampai mamanya pun tidak menganggapnya sebagai anak.

Menyedihkan.

"Kalau Mama benar-benar tidak peduli sama aku, kenapa masih mengirimkan uang bulanan ini? Kenapa Mama masih memberikan tempat tinggal apartemen ini?"

Lagi-lagi pertanyaan Anantha membuat langkah Bella terhenti. Bella kembali menghadap Anantha.

"Seharusnya Mama tidak melakukannya," lirih Anantha berani menatap netra hitam Mamanya.

"Kamu seharusnya bersyukur saya masih menaruh kebaikan kepada kamu, walaupun saya benci sama kamu!"

Bella melirik sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Kedua tangan Anantha terluka. Satu karena pisau berkarat dan yang satu karena melepuh karena rokok.

"Cih." Bella berdecih keras. "Udah bisa nyakitin diri kamu? Bagus! Lakuin aja sampai kamu mati!"

Tanpa mengatakan apalagi, Bella langsung keluar dari sana. Wanita berumur tiga puluh lima tahun itu kesal bahkan amarahnya memuncak karena melihat wajah Anantha.

"Mama." Anantha kembali terduduk lemas di lantai. Ia kembali menangis. Amplop berisi uang itu tidak diliriknya sama sekali.

Bukan uang yang Anantha harapkan. Ia ingin Mamanya memberikan kasih sayang. Anantha ingin merasakannya sekali saja.

Sejak kecil Anantha sudah tidak dipedulikan oleh Mamanya. Yang mengasuh gadis itu adalah suruhan orang tuanya.

Pengasuh itu pun sering melakukan kekerasan kepada Anantha, tetapi kedua orang tuanya tidak peduli soal itu.

Banyak orang tidak tahu tubuh Anantha dipenuhi luka benda tumpul yang dilakukan oleh pengasuhnya. Luka itu tertutup rapi dengan baju Anantha.

Kini luka bertambah di kedua tangannya. Rasanya Anantha ingin menyerah untuk hidup. Beberapa kali ia berniat untuk mengakhiri hidupnya.

"Nggak! Jangan lakuin hal bodoh itu, Ana." Anantha menghapus jejak air matanya.

"Hidup harus terus berjalan apapun rintangannya. Ya, aku harus tetap hidup." Senyum palsu Anantha menjadi topeng terbaiknya. Ia tidak suka dikasihani dan dianggap lemah oleh orang lain.

Mulai sekarang Anantha harus bisa melawan orang-orang yang menindasnya. Ia harus melakukan itu.

•••

Musik keras disertai lampu yang menyilaukan mata menjadi sambutan utama setelah Levant dan Varo masuk ke dalam clup.

Kedatangan Levant langsung menjadi pusat perhatian pertama. Lekuk tubuhnya terbentuk sempurna karena dibalut oleh dress merah di atas lutut. Belahan dadanya pun terpampang nyata.

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang