9. Terlibat

90 28 13
                                    

"Seorang remaja ditemukan tewas bersimbah darah di apartemennya dengan keadaan mengenaskan. Polisi menduga remaja itu tewas karena dibunuh."

Televisi di ruang keluarga Levant menyala, menampilkan berita terbaru hari ini.

Levant dari arah dapur sedang menyeruput kopinya langsung duduk di sofa. Ia menyimak pembawa acara yang sedang membacakan berita tersebut. Hari Minggu menjadi hari favorit Levant, karena sekolah libur dan ia bisa bersantai seharian.

"Polisi menduga pelaku pembunuhan remaja laki-laki ini adalah pelaku yang sama dari kasus yang sebelumnya yang belum terpecahkan."

Levant hampir tersedak kopinya sendiri. Ia melihat jelas apartemen yang disorot oleh kamera di acara tersebut adalah apartemen Danial.

"Danial? Jangan-jangan...."

Levant langsung mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Danial, tetapi tidak ada jawaban.

"Pihak keluarga berharap pelaku pembunuhan ini tertangkap, dan harus mendapatkan hukuman yang setimpal."

Jantung Levant berdegup kencang. Tangannya gemetar karena terkejut dengan kabar ini. Ia tidak bisa percaya kalau Danial juga akan menjadi korban.

"Tenang ... lo harus tenang, Levant." Cewek itu berusaha menenangkan dirinya. Ia mengambil remote televisi, lalu mematikannya.

Ponsel Levant bergetar, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Setelah membaca nama kontak si penelepon, raut Levant berubah menjadi tegang.

"Anantha?"

Dengan perasaan campur aduk Levant menjawab panggilan telepon. Ia mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Hahahaha." Tawa itu mengejutkan Levant.

"Kenapa lo ketawa?!" balas Levant berusaha memberanikan diri.

"Lo puas bunuh Danial?! Lo emang bener-bener gila, Anantha!" teriak Levant sudah terlanjur kesal dengan ulah sosok di seberang sana.

"Puas, dong. Danial mati, tinggal lo yang belum," jawab sosok itu setelah menetralkan napasnya karena tertawa tadi.

"Gimana kalau lo mati sekarang?" ledek sosok di seberang sana. Ia terkekeh pelan.

Levant semakin kesal. Ia juga ketakutan. "Lo gila! Gue bakal laporin lo ke polisi!"

Ancaman Levant membuat sosok itu tertawa lagi. "Silakan. Gue nggak takut."

"Bangsat! Anjing lo Anantha!"

"Eits! Ingat! Gue bukan Anantha!" Ucapan nada tinggi itu mengejutkan Levant. "Lo namain kontak gue Anantha? Ganti!"

Dahi Levant berkerut. Memang benar kontak sosok itu ia namakan Anantha.

"Ganti 'kembaran Anantha'." Sosok itu kembali tertawa, Levant semakin muak mendengarnya.

"Banyak bacot lo!" sembur Levant. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan mondar-mandir.

"Maksud lo apa melakukan semua ini, hah?! Ngapain lo bunuh mereka semua?!" Levant naik pitam, suaranya meninggi.

"Lo emang biadab, Anantha! Lo harus dihukum mati!" lanjut Levant terus membengsku sosok di seberang sana.

"Gue nggak bunuh mereka! Gue cuma pengen penindas dan orang yang tidak berbuat adil di dunia ini tiada!"

"Lo tau 'kan, kalau bumi udah kebanyakan manusia? Gue mau mengurangi manusia biadab yang nggak pantas hidup!"

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang