Jasad Levant yang tergantung menjadi tontonan para murid SMA Bina Bangsa di pagi hari ini. Halaman depan sekolah itu penuh oleh murid. Polisi pun masih sibuk menertibkan keadaan.
"Jangan memotret!" Beberapa polisi melarang beberapa murid untuk memfoto jasad Levant yang mengenaskan.
Sedangkan jasad Revan dan Zarine sudah diurus tim forensik. Beberapa tim masih sibuk di atap untuk menarik jasad Levant secara perlahan.
Darah yang mengalir dari leher dan kedua tangan Levant hampir mengering karena semalaman menetes. Trotoar di bawah terdapat bekas darah Levant dan kedua orang tuanya.
"Ngeri banget! Jadi mereka bertiga dibunuh malam tadi di sekolah ini?" bisik siswi merinding melihat jasad Levant ditarik dari atas.
"Gue malah heran sama pembunuhnya, kenapa dia milih di sekolah ini untuk melakukan aksinya?" timpal siswa lain mendapat pemikiran anehnya.
"Ini sekolah jadi horor, njir! Pasti arwah mereka bertiga gentayangan!"
"Sadis banget."
"Bener dugaan gue, kalau pembunuh emang balas dendam dan sakit hati karena di-bully oleh mereka bertiga."
Banyak respons lain setelah melihat semua ini. Beberapa dari mereka menyimpulkan sendiri, kenapa pelaku melakukan semua ini dengan sadis.
"Lebih baik untuk saat ini sekolah diliburkan!" perintah ketua polisi yang ikut menyelidiki.
"Penyelidikan tidak memungkinkan jika mereka semua menonton dan memotret semua kegiatan kami di sini!"
Para guru yang ikut menonton langsung membubarkan kerumunan. Mereka menyuruh anak murid untuk pulang awal karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk bersekolah.
Beberapa tim mulai mengurus jasad Levant. Sedangkan para polisi ambil tugas untuk menyelidiki pelaku yang sudah tertangkap di kantor polisi.
•••
Ruang interogasi yang diterangi cahaya remang menjadi pemandangan pertama setelah sosok itu masuk. Kedua tangannya masih diborgol, dia duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.
Tidak ada yang menarik di ruangan ini. Hanya ada dua kursi dan satu meja yang ada di tengah-tengahnya. Ruangan ini cukup pengap juga karena sangat tertutup.
"Kita mulai sekarang." Tim penyidik memberi aba-aba.
Kaca dua arah yang cukup lebar dilirik oleh sosok itu. Dia tidak bodoh, walaupun hanya ada satu orang yang ada di depannya, tetapi di luar sana banyak orang yang akan mendengar pernyataannya.
"Kenapa kamu melakukan ini, Anantha?"
"Sudah saya bilang jangan panggil saya dengan nama itu!" tegas cewek itu tidak terima. Posisi duduknya menjadi tegak, menatap tajam orang yang akan melemparinya berbagai pertanyaan.
"Lalu, siapa nama kamu?"
"Tanyakan saja kepada Mama saya," jawab cewek itu malas.
"Siapa Mama kamu?"
"Mama Anantha adalah Mama saya. Panggil dia ke sini."
Tim lain yang ada di luar ruangan itu saling lirik mendengar ucapan pelaku.
"Oh, pasti tidak bisa." Dia bermonolog, lalu terkekeh pelan. "Wanita itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya."
"Kenapa kamu membunuh mereka semua?"
Tatapan cewek itu berubah menjadi tajam. Dia sedikit mencondongkan badannya ke depan.
"Saya hanya ingin mereka mati. Karena mereka mental dan fisik Anantha tersakiti."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shadow [END]
Mystery / ThrillerSatu per satu orang yang mem-bully Anantha Gheania terbunuh dengan keadaan mengenaskan. Hal itu menjadi pertanyaan besar semua orang. Siapakah seseorang yang sudah melakukannya? "Aku memang sakit hati kepada mereka, tetapi aku tidak akan melakukan i...