11. Target Terakhir

79 21 22
                                    

Sebelumnya ....

Ketiga polisi itu sudah sampai di apartemen Anantha. Salah satu dari mereka menekan bel yang ada di sebelah pintu utama yang tertutup.

Tidak ada respon dari dalam sana setelah menekan bel tiga kali berturut-turut.

Mereka saling mengkode sebelum akhirnya terpaksa mendobrak pintu yang terkunci entah dari luar atau dari dalam.

Keadaan di dalam apartemen Anantha sangatlah gelap. Mereka menggunakan senter dari ponsel untuk pencahayaan. Salah satu dari polisi itu mencari saklar lampu, lalu menghidupkannya.

"Anantha!"

Ketiganya terkejut setelah melihat Anantha dengan kondisinya yang sangat buruk. Cewek itu duduk di sofa dengan kaki dan tangan terikat dan juga tidak sadarkan diri. Kepalanya juga terluka dan pelipisnya berdarah. Mereka menduga karena pukulan benda tumpul.

Yang paling membuat mereka merinding adalah kedua luka di tangan Anantha yang infeksi karena tidak diobati.

"Panggil ambulan!" perintah ketua polisi menyuruh rekannya. Dia sibuk memeriksa keadaan Anantha.

"Baik." Salah satu rekannya yang masih mengamati sekitar langsung menelepon ambulance.

Sedangkan satu rekannya lagi sibuk mencari sesuatu di sekitarnya. Dia curiga ini ulah orang lain, tidak mungkin Anantha mengikat dirinya sendiri bukan?

Ponsel Anantha yang paling dicurigai. Dia langsung mengecek ponsel Anantha. Yang menjadi kefokusannya adalah pesan suara dari aplikasi chatting.

"Anantha mengirimkan lima pesan suara kepada Mamanya pukul 8 malam, Pak! Dan durasinya berbeda-beda," jelasnya langsung disimak ketua dan rekannya.

Pesan suara itu diputar.

"Ma, tolongin Anantha. Ada orang mencurigakan menekan bel di luar sana. Aku takut, Ma. Tolongin aku!"

Suara Anantha terdengar jelas di pesan suara yang ke satu. Polisi itu kembali memutar pesan suara setelahnya.

"Ma! Sekarang orangnya dobrak pintu!"

Durasi yang kedua lebih pendek, tapi terdengar jelas kalau Anantha ketakutan.

"Aku harus ngapain, Ma?"

Kali ini durasinya lebih pendek. Mereka bertiga membayangkan situasi saat itu.

"Ma! Pintunya terbuka! Orang itu masuk! Aku takut!"

Di pesan suara itu terdengar jelas napas Anantha yang memburu. Lalu pesan suara yang terakhir, yang durasinya paling panjang.

"Saya menduga yang terakhir itu tidak sengaja ditekan, lalu sengaja dikirimkan oleh sosok yang menyerang Anantha." Ketua menebak.

"Coba kita dengar dulu." Pesan suara kembali diputar.

Detik-detik awal tidak ada suara Anantha, hanya terdengar deru napasnya yang cepat.

"Pasti Anantha memegang ponselnya seperti ini." Rekannya mencotohkan bagaimana Anantha memegang ponselnya pada situasi saat itu.

"Ponselnya pasti digenggam erat, lalu didekatkan di depan mulut," jelasnya sembari mencotohkan.

"Anantha! Keluar lo! Gue mau bicara sama lo! Oh, lo nggak sembunyi ternyata. Ngapain lo duduk di sofa?"

"K-kamu siapa? Kenapa kamu mirip sama aku?!"

"Lo nggak tau kita itu kembar? Pantes lo disebut pembunuh juga, padahal itu ulah gue."

"Kenapa kamu membunuh mereka? Seharusnya kamu tidak melakukannya!"

My Shadow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang