prolog

975 82 5
                                    

Cast :

Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

" Ciee Amay sama babang bian, kiw!"

" Berisik!"

Amaya mendelik sinis dengan tatapan penuh kebencian, dibalik maskernya dia mengejek Tian yang sedari tadi bersiul-siul karena dia dan Fabian duduk bersama.

Ingat, ini hanya karena tugas.

" Bian Lo bisa geseran dikit ga? " Ucap Amaya menggeser sedikit kursinya ke sisi meja agar tidak terlalu dekat.

" Bisa, nih buku Lo, Makasih." Jawab cowok bertubuh besar itu.

Amaya menerima buku catatan IPA yang sempat Fabian pinjam untuk menulis rangkuman tugas yang seharusnya dikerjakan sejak Minggu lalu, akibatnya jika buku ada di tangan cowok itu pasti akan kembali dengan keadaan lusuh.

" Buka bukunya pake urat apa gimana sih, penyok- penyok begini." Gumam Amaya, ditatapnya buku bersampul putih yang telihat sudah kusut itu.

Jam pelajaran terakhir akan terasa malas jika tidak ditemani mata pelajaran seperti Ipa, selain materinya yang membuat mata segar semua orang mendadak layu terkecuali murid-murid teladan, double combo dengan guru yang sangat tersohor di sekolah ini juga menambah rasa takut siswa terutama Amaya.

" May, anter gue ke toilet yuk?" Dea dengan sengaja menutup buku berjudul
Dear Nathan yang sedang dibaca oleh Amaya.

" Nanti aja pas istirahat," balas Amaya seraya melihat jam yang berada di dinding bagian belakang kelas ini.
" Lima menit lagi ko." Lanjutnya.

" kalau nunggu bel penuh tauu, sekarang aja lah, yuk!"

Dengan terpaksa Amaya bangkit dari kursinya lalu berjalan berdampingan dengan Dea, bukan masalah malas untuk bergerak tapi sekumpulan geng berandal yang biasanya berdiam diri di belakang akan membuatnya tidak nyaman saat menunggu Dea nanti, lagipula tidak mungkin dia ikut masuk ke dalam toilet kan.

" Tunggu disini ya, gue bentar doang ko." Kata Dea sebelum masuk kedalam toilet yang kosong.

Amaya bersandar di dinding dimana Dea sedang berada di dalam nya, pandangan perempuan berambut panjang itu terfokus kepada seseorang yang berjalan dari lorong kamar mandi pria, siapa lagi kalau bukan Fabian.

Setidaknya dia ada teman kan? Tepat di depan kantin yang masih sepi karena memang bukan waktunya istirahat, terdapat sekumpulan orang yang Amaya kenal. Sandi dan kawan-kawan nya.

" Dea cepetan dikit!" Kata Amaya sambil mengetuk pintu toilet beberapa kali.

Sesaat setelah itu Fabian dan Jefian melintas melewati nya, karena memang tidak begitu kenal dekat dia cuek-cuek saja.

" Sini gabung!" Teriakan itu terdengar oleh Amaya yang masih gelisah menunggu Dea keluar.

Dia berbalik dan melihat Sandi mendekati Fabian dan Jefian yang tertahan oleh sapaan ketua geng abal-abal itu.

" Tunggu bentar, kaca gue ilang." Dea membalas dari dalam tetapi tetap tidak membuka pintu toiletnya.

Dalam hati Amaya merutuki dirinya sendiri, kenapa dia harus kepo dan melihat ke belakang jika hasilnya dia menjadi bahan perhatian teman teman Sandi yang lainnya.

Dia ga akan kenal gue, kan gue pake masker.

Begitu lah pikir Amaya, selama dia tidak membuka maskernya di rasa akan aman apalagi selama ini dia belum pernah berinteraksi langsung dengan Sandi.

Pintu toilet terbuka dan Dea keluar dengan raut wajah sudah kembali seperti semula, " lega banget, Lo mau jajan dulu atau langsung ke kelas?"

" Ke kelas aja, gue bawa bekel nasi." Jawab Amaya singkat dan membawa Dea untuk berjalan lebih cepat lagi.

" Si bian mau-maunya temenan sama Sandi." Ujar Dea, sebetulnya dia hanya menyeletuk tapi itu membuat Amaya mengerutkan dahinya.

" Mereka Deket memangnya?"

" Bukan Deket lagi, sohibnya si Sandi kan Fabian." Balas Dea dengan malas.

" Gue baru tau, tapi kalau mereka Deket kenapa dia enggak gabung geng nya?"

" Soal itu gue kurang tau, tapi katanya sih Fabian nya yang nolak. Katanya ya, jadi belum tentu bener juga." Dea mengungkapkan satu fakta yang tidak kalah mengejutkan selain fakta bahwa Fabian adalah broken home.

Tadi pagi semua siswa melaksanakan upacara seperti biasa dan tidak ada yang salah, semua berjalan lancar sampai dimana semua siswa menundukan kepala saat pembacaan doa pada bagian meminta doa kepada ibu dan bapak tapi Fabian malah menyeletuk.

' kalau gak punya ibu bapak, gue berdoa buat ibu siapa?'

Sangat dark sampai membuat semua siswa terdiam karena bingung, antara kasihan tapi ingin tertawa karena Fabian mengucapkan itu dengan cukup keras bahkan sampai terdengar oleh guru yang berjaga di bagian belakang barisan mereka.

" Dia anak yatim piatu?" Tanya guru yang berjaga tersebut kepada Dea yang berbaris di bagian paling belakang.

" Enggak Bu, orang tuanya masih lengkap kok. Cuman dia memang anak yang tersisihkan, jadi ya begitu deh."
Jawab Dea.

*****
Hallo guys, enjoy ya.

*****Hallo guys, enjoy ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Zone - I'm To SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang