Selain Tuan Putri, Cinderella adalah julukan yang biasa didapat Berlian selama di SMA Gentara. Bukan karena kisah hidupnya, melainkan karena penampilan keduanya yang sama. Menggelung rambut dengan poni yang menutupi dahi. Entah apa alasan Berlian selalu berpenampilan seperti itu dalam kondisi apa pun. Namun, bedanya Berlian tidak selemah Cinderella yang mudah ditindas. Layaknya Lalisa Manoban yang identik dengan poninya, keduanya memiliki aura girl crush yang begitu kuat. Jangankan untuk menyenggol, sekedar membicarakan Berlian saja mereka akan berpikir ulang.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di SMA Gentara hanya ada sekali kejadian di mana kakak kelas Berlian yang kala itu dia baru kelas 10 dengan angkuhnya memerintah Berlian dan Velua untuk memesan makanan sedangkan mereka hanya duduk saja. Keduanya yang tidak ingin menuruti memilih menolak membuat mereka adu debat dan menarik perhatian sekantin. Berlian yang terlanjur kesal benar-benar menginjak kaki si kakak kelas yang awalnya ingin menjegal dirinya berujung senjata makan tuan hingga patah.
"Lain kali beli sendiri, kaki dan tangan lo utuh kecuali sekarang kaki lo benar-benar gue patahin dan lo ga bisa jalan. Baru nyuruh orang dengan minta tolong, Senior."
Meski setelahnya dia harus dipanggil kepala sekolah karena melakukan tindak kekerasan yang mengakibatkan korbannya harus melakukan pemulihan lebih dari satu bulan lamanya. Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani mengusik Berlian Thesia Gewira.
"Yang mana Velua?"
Kembali ke masa sekarang. Berlian, Velua, dan Coslyn yang sedang menikmati makanan harus terganggu karena kedatangan manusia tak diundang.
"Gue." Velua menjawab dengan tenang, sudah menebak apa topik yang ingin dibicarakan.
"Jadi lo pacarnya Carka?" Tampak gadis yang datang dengan kedua anteknya itu menatap Velua memindai. "Apa, sih yang diliat Carka dari lo? Cantikkan juga gue, pinteran gue, tajir gue. Bilang sama gue apa yang lo punya dan gue gak punya?"
Velua hanya mengenditkan bahu tak acuh sedangkan Berlian sudah gumoh sendiri dengan kejadian seperti ini yang sudah seperti rutinitas. Sebenernya Berlian juga bingung, apa sih yang mereka lihat dari Carka? Wajah juga lebih tampan ketua basket sekolah, ya kecuali masalah uang. Carka memang manusia yang sangat loyal.
"Carka buta apa milih cewek kayak lo?"
"Iya, kali."
"Bisa lo putusin Carka? Gue gak rela dia lebih milih lo dan putusin gue yang baru jadian sama dia kurang dari seminggu."
"Urusan gue?" Sekali lagi Velua menjawab tanpa minat.
Geram dengan respon Velua, gadis itu mengangkat tangan bersiap melayangkan tamparan jika tidak dihalau Berlian.
"Don't you dare," peringatnya dengan nada tajam dan mata yang memincing kesal. Kenapa, sih kalau adegan labrak melabrak akhirnya selalu main tangan jika kesal.
Gadis itu semakin berang karena dihentikan. "Lepas! Lo siapa? Jangan ikut campur urusan gue sama dia. Ohh atau lo temen si jablay ini?"
Mata Berlian semakin memincing kesal. Dia melepaskan cekalan membuat gadis bernama Devine yang terus memberontak sedikit terdorong hingga menabrak meja di belakangnya.
Devine yang tidak terima balik menyerang, namun dengan sasaran yang salah. Satu sekolah juga tahu kalau Berlian paling tidak suka jika tatanan rambutnya berantakan dan justru Devine melakukan kesalahan itu, menjambak rambut Berlian hingga mahkota sepunggung itu tergerai membuat mereka terpana sesaat oleh kecantikan Berlian yang jarang terumbar.
Mata Berlian berkilat marah membuat Velua dan Coslyn kalang kabut panik. Memelintir tangan yang sudah lancang hingga si pemilik memekik kesakitan. "Lo – berani-beraninya lo rusak rambut gue?!" Berlian berjalan maju dengan napas yang memburu.
"Jangan sok jagoan. Lo bukan apa-apa. Kecantikan yang lo banggakan bahkan gak sebanding dengan apa yang Velua punya. Harta yang lo agung-agungkan bahkan gak sekedar dari hasil penggelapan dana. Watch your mouth kalau gak mau bongkar aib sendiri. Gue gak mengancam dan hanya sekedar mengingatkan lo untuk gak bertingkah, Devine Albertus."
Setelah mengatakan hal yang membuat Devine menciut takut, Berlian berjalan dengan aura suram membuat mereka menyingkir memberi jalan.
Itu adalah secuil dari keganasan Cinderella dari keluarga Gewira. Dia asik, tapi jangan pernah diusik.
.
.
.Berlian menormalkan deru napasnya yang memburu. Mengangkat tangan yang tremor untuk kembali mencepol rambutnya yang masih terurai.
"It's okay, Berlian. Tenang, lo cuma perlu tenang dan semua akan baik-baik aja."
Berlian terus menyugesti dirinya sendiri sebelum akhirnya kedua temannya datang dengan raut yang begitu khawatir.
"Li, u okay?" Velua yang pertama bertanya.
"Gak pa-pa."
"Tapi tadi dia...." Coslyn tidak melanjutkan ucapannya takut menyinggung yang tidak seharusnya. Meski baru mengenal, Coslyn cukup tau diri untuk tidak merengsek masuk terlalu dalam sebelum diizinkan.
"Gak masalah, gue cuma gak suka rambut gue berantakan." Berlian berujar tenang, menyembunyikan tangannya yang masih sedikit gemetar.
Velua dan Coslyn memeluk Berlian dan menepuk bahu itu. "Lo bisa cerita ke kita berdua tanpa sungkan ya, Li? Di sini lo yang paling tertutup dan jarang cerita kalau gak dipancing."
"Iya, gue bakal cerita apa pun, santai." Tapi, nanti.
"Harusnya lo tadi biarin gue aja yang lawan itu orang. Gue udah gedek banget pengen remukin wajah sok cakepnya," ucap Velua mengalihkan pembicaraan dengan bersungut-sungut kesal.
Mereka mengurai pelukan dan memilih duduk di bangku halaman belakang sekolah yang sepi itu.
"Tapi, tadi Lian juga udah kereeeen banget. Harusnya Lian tadi tonjok aja bibirnya yang nyinyir itu," timpal Coslyn tidak kalah kesal.
"Gue gak suka liat kalian terluka."
Velua dan Coslyn saling memandang dan mengerjap lambat sebelum Velua kembali memeluk Berlian dengan gemas. "Aaaa, Liannn kenapa lo sweet banget, sih? Kenapa gak lo aja yang jadi pacar gue, ih?"
Berlian bergidik, melepas paksa belitan tangan Velua dan menoyor kepala gadis itu yang membuatnya cemberut. "Gue masih normal, geblek."
Di situ perseteruan mulai terjadi dengan Coslyn hanya mendapat bagian ngakak hingga ketiganya terciduk guru BK karena ketahuan membolos.
....
Holla, guys. Apa kabar?
Ini cerita gue rasa-rasa makin ke sini makin ke sana. Hope u like that, deh guys.
Thank you. See, ya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side : Berlian
Novela Juvenil"Balikin sepatu gue!" "Gak mau." "AREXON!" **** Bagi Berlian mengenal Arexon adalah sebuah kesialan. Akan selalu ada hal tidak menyenangkan yang terjadi bila sudah bersangkutan dengan ketua geng Sigra's tersebut. Namun, bagi Arexon bertemu dengan Be...