00:15 : Kehadiran Sosok Baru.

132 20 28
                                    

"Jaemin mau ke Indo, tauu." Velua berseru semangat pada kedua temannya.

"Ih, berarti ada si koko China itu dong?!" tanggap Coslyn tak kalah antusias.

Velua mengangguk. "Adaa, jangankan oppa Korea atau koko China, bule Kanada juga ada."

"Nonton, yuk?"

Nah, ini target yang Velua inginkan dengan menyebarkan racun mengenai kedatangan idolanya adalah agar dia memiliki teman untuk datang ke konser.

"Kuy lah. Lo gimana, Li?"

Berlian yang sejak awal menjatuhkan kepala di meja karena mengantuk itu membuka mata dan menatap kedua temannya yang melihat dengan binar harapan.

"Nggak ikut."

Bahu Velua dan Coslyn meluruh lemas. "Yah, kenapa?"

"Lo pada nggak sadar kalau konsernya barengan sama kita ujian semester, huh?"

"Oiya juga. Luvluv juga gak bakal kasih izin karena bakal pulang malam banget."

Velua semakin cemberut menerima fakta jika dia dan kekasihnya masih belum bisa bertemu meskipun sudah satu negara.

"Lo semalam begadang sampai jam berapa, deh? Udah molor aja jam segini." Mengalihkan topik, mereka lebih berminat untuk menanyakan keadaan Berlian yang sudah seperti orang tidak tidur berhari-hari

"Setengah empat."

"Suhu," celetuk Coslyn menggelengkan kepala tak habis pikir. Dia jam segitu mah sudah berkelana terlampau jauh di dunia mimpi.

"Ceritanya bagus banget tau sampai gue nggak sadar kalau udah pagi," curhat Berlian masih dengan mata terpejam. Dia benar-benar dalam kondisi ngantuk berat.

Velua menatap Berlian dengan prihatin, ya dia juga pernah sih begadang sampai lupa waktu saat menonton drakor.

"Tidur aja, nanti kalau ada guru gue bangunin."

Setelahnya tidak ada lagi suara Berlian yang menyahuti. Gadis itu adalah definisi kaum rebahan yang sesungguhnya. Bahkan dalam hitungan detik dia bisa langsung pulas di mana pun tempatnya.
.
.
.

Dojang
Freya, Sabeum Rey, +62,+62...

Sabeum Rey
Latihan hari ini jamnya maju jadi jam 3, ya
Soalnya saya nanti mau ada urusan

+62 897 3456 7897
Iya, beum

+62 8586 1245 6458
Siap, beum🙏🏻

_________

Berlian terperanjat dari tempat tidur setelah membaca grup latihannya. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 3 lebih membuatnya buru-buru menyambar handuk dan bergegas mandi. Yah, salahnya juga, sih pulang sekolah langsung lanjut membaca dan menghidupkan mode pesawat pada ponselnya.

Kurang dari 10 menit, dia sudah bersiap dengan ala kadarnya dan menyangklong tas berisi pakaian ganti.

Ting

Freya
|Li, jemput ya :( di bengkel deket pertigaan toko roti Kasih Bunda.
|Motor gue mogok lagi nih :(

Oke, tunggu |

______

"Ma, Lian berangkat latihan dulu."

Jane yang sedang menonton TV melihat putri sulungnya yang sudah rapi dengan pakaian latihan. "Loh, loh kok tumben lebih awal, kak?"

"Iyaa, jadwalnya ganti. Adek-adek mana?"

"Masih tidur siang di kamar. Kalau gitu kamu hati-hati, ya naik motornya. Jangan ngebut."

"Masa anak pembalap nggak ngebut?"

"Kak?!" panggil Jane sebagai bentuk peringatan.

"Iya-iya, mana sini salim."

Setelah mencium tangan Jane, Berlian langsung berlalu menyisakan Jane yang masih menatap punggung si anak hingga hilang di balik pintu.

"Mama."

Tatapan Jane beralih pada Zircon yang berjalan menghampirinya dengan wajah yang masih kentara mengantuk.

"Eh, anak ganteng mama udah bangun, sini sayang. Matanya jangan dikucek gini dong, nanti merah." Jane mengangkat Zircon untuk duduk di pangkuannya dan mengelus punggung si putra.

"Tatak udah puyang?"

"Udah tadi, tapi pergi lagi buat latian. Kenapa, Sayang?"

Bibir Zircon melengkung ke bawah, sedih. "Yahh, padahal atu pengen banget main sama tatak."

"Iya, nanti kalau udah pulang bisa main sama kakak, ya. Krystal mana?"

"Masih bobo."

"Bangunin gih, setelah itu mandi biar pas kakak pulang langsung main, deh."

Zircon mengangguk. Beringsut turun dari pangkuan Jane untuk kembali ke kamar dan membangunkan kembarannya.
.
.
.

Berlian sudah sampai di dojang dan kini dia beserta anggota lainnya membentuk barisan sembari menunggu Reynald datang.

"Guys, sorry saya telat. Saya briefing sepupu saya dulu tadi. Jadi gini, karena nanti saya ada urusan latian setelahnya bakal lanjut sama sepupu saya, ya? Tenang. Dia juga ahli di bidang ini kok."

"Sini kami, hei." Reynald melambaikan tangan memanggil sepupunya yang berjalan lambat. Berlian awalnya tidak peduli dengan siapa pun nanti yang akan melatihnya, tapi semua itu sirna saat melihat sosok yang berdiri tepat di sebelah Reynald. Ya Tuhan, semesta sesempit ini kah? Dari milyaran manusia kenapa harus dia?

Sedangkan sosok yang sedari tadi memindai semua anggota dengan tatapan datarnya itu kemudian menarik sudut bibirnya membentuk seringaian saat bersitatap dengan Berlian. Jika tahu ada gadis itu sebelumnya dia akan senang hati menerima tawaran sepupunya tanpa harus melewati segala bujuk rayu.

"Kenalin diri kamu."

"Gue Zander Lourencius, minimalisir kesalahan saat latihan karena gue gak akan mentolerir kesalahan untuk kedua kalinya."

Benar, dia adalah Zander. Seseorang yang masuk ke dalam list hitam Berlian. Sosok yang lebih dari kata menyebalkan karena terlalu menganggu dan pemaksa.

Berlian yakin, setelah ini hidupnya akan jauh lebih merepotkan karena Zander tidak akan berhenti berbuat masalah padanya.

"Long time no see, Sia," bisik pemuda itu saat berada di samping Berlian.

....
Lunas, ya.

Hayo siapa yang ngira itu tadi Arexon

Oke, see you all.

Another Side : Berlian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang