00:10 : PDKT

163 20 5
                                    

Ada satu alasan mengapa Arexon malas pulang ke rumahnya. Bukan karena ketidakharmonisan keluarga, tapi karena dia selalu merasa kesepian. Dia adalah anak tunggal. Tidak punya adik untuk dijahili ataupun kakak sebagai sandaran untuk berkeluh kesah. Dia tidak kekurangan kasih sayang, namun rasanya tetap saja ada setitik rasa dia menginginkan saudara yang tidak pernah dia dapatkan karena ibunya yang tidak dapat lagi mengandung dan mereka tidak berniat mengadopsi anak. Katanya, punya anak 1 seperti Arexon saja sudah teramat membuat pusing.

"Mama ke mana, Bi?" tanya Arexon yang baru sampai rumah dan mendapati ruang tamu yang kosong. Yang mana biasanya di jam-jam seperti ini ibunya akan menonton tv.

"Eh, den Arex sudah pulang. Nyonya lagi di rumah kaca, den. Aden mau makan siang dulu?" Bi Ranum menyambut kedatangan tuan muda mereka yang baru pulang sekolah.

"Boleh, Bi. Arex laper, minta tolong ya, Bi siapin makanan, Arex ke atas dulu ganti baju."

"Siap, den."

Di perjalanan menuju kamar, langkah Arexon terhenti sejenak untuk melihat ibunya yang sedang bersantai di rumah kaca. Bergegas ke kamar dan berganti baju untuk menemui sang ibu.
.
.
.

"Ma."

Aneth menoleh, melihat putranya di ambang pintu seperti itu membuat kilas balik masa lalu berputar di otaknya. Tidak terasa ternyata putranya yang dulu rewel meminta adik sekarang sudah tumbuh besar dan menjadi pemuda yang tampan.

"Sini, prince." Aneth tersenyum dan merentangkan tangan, menyambut kedatangan putranya dengan pelukan hangat.

"Ada masalah?"

Arexon menggeleng, meraih tangan sang ibu menuju kepalanya memberi kode untuk dielus.

"Arex kangen mama."

Dengan gemas, Aneth menjewer telinga putranya main-main. "Makanya sering pulang, masih inget jalan pulang nggak sih, huh?"

"Iya-iya, maaf. Nanti Arex bakal sering pulang."

Aneth menghembuskan napas. Lelah sekali dirinya mengingatkan Arexon untuk sering pulang. Dia tahu putranya cukup kesepian di rumah dan lebih sering untuk berkumpul bersama teman-temannya. Tapi, tetap saja, ibu mana yang tidak khawatir jika anaknya terlalu sering berada di luar rumah.

"Udah makan?"

"Belum, bentar lagi."

Keheningan melanda kedua anak ibu itu yang hanya diisi elusan Aneth pada rambut Arexon.

"Ma...."

"Hm?"

"Gimana kalau Arexon suka cewek?"

Aneth menaikkan kedua alisnya. Cukup terkejut karena ini pertama kali putranya membahas soal asmara.

"Ya bagus, dong kalau kamu masih suka cewek."

Arexon mencebik. "Bukan gitu, ih. Maksudnya itu Arexon lagi suka seseorang."

Aneth tertawa kecil. "Iya-iya, lagi suka siapa, sih prince mama, ini?"

"Ada lah. Dia cewek keren, bisa bela diri dan yang penting gak centil. Bayangin, Ma, bayangin, masa orang seganteng Arexon ditinggalin pas ngajak kenalan?"

Aneth berdecak kagum. "Hebat, ada yang berani nolak pangeran mama ini? Berarti kamu kurang ganteng. Katanya dia juga bisa bela diri? Keren dong dia bisa lindungi kamu."

"Kebalik gak, sih, Ma? Arex yang harus lindungi dia?"

Tawa Aneth semakin menggema. "Bawa ke sini, mama mau kenalan sama ceweknya. Dia pasti spesial sampai-sampai kamu bisa suka dia."

"Arex gak tau apa Arex emang suka dia atau sekedar kagum aja."

"Loh, kok gitu? Pastiin dulu perasaan kamu sebelum mengejar orang, ya, Sayang biar jatuhnya nggak jadi harapan kosong."

"Iyaa."

"Emang kalian ketemu di mana, sih?"

"Di jalan."

"Hah? Gimana-gimana? Di sirkuit atau gimana?"

"Bukan. Arexon waktu itu gak sengaja nyipratin dia pakai air kubangan hujan."

"Astaghfirullah, Rex??"
.
.
.
Selesai menjemput adik-adiknya dari tempat les, Berlian mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur terlentang sembari memejamkan mata. Ini masih pukul 8 malam dan dia sudah segabut ini. Dia sedang malas untuk membuka aplikasi yang berisi makhluk-makhluk fiksi.

Ting

Masih dengan mata terpejam, Berlian meraba kasur sekitar untuk mengambil ponselnya yang baru bergetar dan mengeluarkan notif.

+62 858 79xx xxxx
Hi, gue Arexon

Sejenak Berlian mengabaikan pesan masuk dari cowok yang beberapa kali terakhir muncul di hidupnya itu. Tak lama bunyi notif kembali muncul dan seolah mengetahui isi pikirannya tentang dari mana cowok itu mendapat nomornya.

+62 858 79xx xxxx
Hi, gue Arexon

Gue dapet nomor lo dari Carka
Save, ya ^^

Harusnya Berlian sudah bisa menebak karena keduanya adalah teman. Sepertinya Carka terlalu lancang dengan memberikan nomornya pada orang lain tanpa seizinnya. Awas saja cowok itu besok.

Sedangkan di sebrang sana Arexon menunggu balasan dari Berlian yang sudah dibaca pesannya dari tadi.

Diamond
Online

Arexon :
Lo sibuk? Chat gue ga dibalas

Diamond :
Apa?

Senyum Arexon muncul hanya karena balasan singkat seperti itu.

Arexon :
Lo lagi apa?

Diamond :
Balas chat lo

"Ya, gak salah, sih," gumam Arexon.

Arexon :
Nama lo Berlian, kan?"

Diamond :
Bukan

Bisa lo berhenti basa-basi dan to the point aja?

Arexon menggaruk kepalanya. Ketara sekali, ya dia berbasa-basi. Ini pertama kalinya dia melakukan pendekatan dan ternyata mencari topik obrolan itu susah.

Arexon :
Sorry, lo gak nyaman, ya?
Gue gak tau harus obrolin apa

Diamond :
Ya, diem aja
Gue juga ga kenal lo

Arexon tercengang melihat balasan itu.

Arexon :
Seriously? Setelah kita beberapa kali ketemu?

Diamond :
Ya, memang lo pikir kita sedeket apa?

Sepertinya setelah ini Arexon akan meminta temannya untuk mengajarkan cara mendekati perempuan dengan benar.

...

Capek

Another Side : Berlian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang