07. Datang tiba-tiba

134 105 27
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf 😉

Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa harus Nindya sih rez."
Pertanyaan yang baru saja Arya lontarkan membuat Alfarez menatapnya tajam. Saat ini Alfarez dan ketiga temannya sedang berkumpul di sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari tempat sekolahnya. Seperti biasa, setiap dua atau tiga kali dalam satu Minggu mereka akan berkumpul entah itu di rumah Alfarez atau Emil ataupun di sebuah cafe seperti ini.

"Kenapa sih ta lo kayak yang nggak suka gitu kalo Arez suka sama Nindya?" ucap Iden, sambil melirik ke arah Arya dan Alfarez bergantian.

Fyi Arya ini biasa di panggil jipta oleh teman-teman dekatnya, jipta adalah nama panjang Arya, yaitu Arya Prajipta.

"Beda level," jawab Arya dengan entengnya. "Dari awal Aya ngenalin Nindya ke kita, gue udah nggak suka sama dia."

Alfarez memainkan ponselnya, memperdulikan pertanyaan Arya kepadanya dari pada akhirnya dia harus beradu mulut dengan Arya. Tapi, ketika Arya mengucapkan kalimat beberapa detik yang lalu itu, kalimat yang menurut Alfarez seperti merendahkan Nindya, Alfarez tentu tidak terima.

"Gue nggak perlu minta persetujuan lo buat suka sama seseorang kan? emang masalah kalau gue suka sama Nindya? Gue bukan kayak lo yang nilai seseorang dari derajatnya." Setelah mengatakan itu Alfarez langsung pergi dari hadapan teman-temannya.

Iden dan Emil menyalahkan kepergian Alfarez kepada Arya. Mereka berdua juga tidak bisa mencegah, karena Alfarez itu keras kepala. Sedangkan Arya dengan santainya malah mengedikan bahunya acuh dan menyantap makanan yang sedari tadi tersedia di depannya.

Alfarez memilih untuk pergi dari sana karena tidak ingin membuat keributan, dia tidak suka jika ada salah satu temannya yang merendahkan orang lain, baik itu Nindya atau siapapun itu. Dia tau maksud dari apa yang Arya katakan 'Beda level' tadi.

Dia mengendarai motornya dengan sangat kencang, entah mengapa dia malah mengendarai motor ke arah rumah Nindya. Setelah membutuhkan waktu selama 10 menit dia sampai di pekarangan rumah Nindya dan memarkirkan motornya itu.

Alfarez merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Dia membuka room chat dengan Nindya kemudian mengirimkan pesan untuk pertama kalinya.

Nindya

Nin, gue ada di depan rumah lo
16.45

Setelah mengirimkannya pesan dia memasukan ponselnya kembali ke dalam saku, dan menunggu Nindya di atas motor. Sebenarnya Alfarez juga tidak yakin Nindya akan keluar menemuinya, tapi tidak ada salahnya untuk menunggu kan?

Setelah beberapa menit menunggu, Nindya tidak kunjung keluar. Bodoh juga memang dirinya menunggu Nindya, lagi pula siapa dia yang harus Nindya turuti untuk bertemu?

"Ternyata susah ya dapetin lo nin" ucapnya dalam hati.

Diujung sana terlihat ada seorang ibu-ibu yang seperti akan menghampiri dirinya, Alfarez turun dari motor tersebut kemudian tersenyum untuk menyapa ibu itu.

"Temennya Nindya ya? kenapa nggak masuk."

Alfarez langsung menyalimi tangan ibu itu setelah dia pikir bahwa itu memang ibunya Nindya, terlihat juga dari wajahnya yang memang sedikit mirip dengan Nindya. Akhirnya Dania menyuruh Alfarez ikut bersamanya untuk masuk dan langsung memanggilkan Nindya.

Dia mengedarkan pandangannya untuk melihat sekeliling rumah Nindya. Di pikirannya, meskipun rumah ini kecil tapi jika terlihat rapih dan bersih membuatnya nyaman.

Alfarez duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, dia menunggu Nindya yang sedang di panggil oleh ibunya. Pesan yang Alfarez berikan kepada Nindya sudah terkirim, tapi entah Nindya tahu dan mengebaikannya atau dia memang tidak membuka ponselnya.

Nindya berjalan mendekati Alfarez saat Dania memanggil dirinya bahwa ada salah satu temannya yang datang. Sebenarnya Nindya tahu bahwa itu Alfarez, dia juga sudah membaca pesan yang di kirimkan Alfarez, tapi dia memilih untuk tidak peduli.

"Ngapain lo kesini?" tanya Nindya dengan melihat Alfarez tidak suka.

Saat Alfarez ingin menjawab pertanyaan Nindya, tetapi melihat ibunya Nindya yang datang ke arah mereka membuat dia mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Nindya.

Dania membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan yang dia bawa kemudian meletakkannya di atas meja. "Ayo diminum dulu," ucap Dania.

Alfarez menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih. "Tante, saya mau ajak Nindya buat main keluar sebentar boleh?" izin Alfarez dengan tiba-tiba yang membuat Nindya membulatkan matanya terkejut.

"Boleh," jawab Dania kepada Alfarez, "Tapi jangan lebih dari jam 10 ya," lanjutnya lagi.

"Tapi ma-"

"Nggak apa-apa kamu pergi aja, lagian juga emang nggak bosen diem di rumah terus?" sela Dania.

Akhirnya mau tidak mau Nindya meng-iyakan ajakan Alfarez, karena Dania juga sudah memperbolehkannya. Ya hitung-hitung ini bentuk terima kasih nya kepada Alfarez karena sudah membawa dia ke uks waktu itu dan sudah mengantarkannya pulang kemarin.

Nindya izin untuk berganti pakaian terlebih dahulu dan meminta Alfarez untuk menunggunya sebentar. Setelah menunggu kurang lebih 5 menit, Nindya kembali dengan memakai celana jeans hitam panjang, dengan baju pendek berwarna coklat crop dan di baluti switer berwarna krem. Nindya menggerai rambutnya seperti biasa, dan memoles sedikit make up di wajahnya.

Alfarez beranjak dari duduknya setelah melihat Nindya datang dan sudah siap. Nindya berpamitan kepada ibunya diikuti oleh Alfarez, "Nindya pergi sebentar ya ma, nggak akan lama," ucapnya, yang hanya di balas anggukan oleh Dania.

Mereka berdua berjalan keluar rumah dengan Nindya yang jalan di depan dan di ikuti oleh Alfarez di belakang. Saat tepat berada di motor, Alfarez langsung menaiki motornya, sedangkan Nindya dia malah berhenti sebentar tidak langsung menaiki motor Alfarez.

"Lo belum ganti baju?" tanya Nindya, sambil meliriknya dari atas sampai bawah.

"Gue belum pulang ke rumah, habis nongkrong bareng temen langsung kesini."

Alfarez masih memakai pakaian sekolah, dengan celana abunya dan seragam yang dia tutupi dengan jaket.

Nindya menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kemudian dia langsung menaiki motor Alfarez setelah Alfarez membelokan motornya dan kemudian motor itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Nindya.

Di perjalanan, Alfarez selalu saja bertanya-tanya kepada Nindya yang menurut dia pertanyaan nya itu tidak penting, sampai-sampai dia juga malas untuk menanggapinya.

"Lo kok ngomong terus sih, ini lagi di jalan nggak boleh ngobrol, nanti kalo ada apa-apa gimana kan gue juga yang kena," ucap Nindya dengan suara yang sedikit keras karena bisingnya jalanan.

Tanpa Nindya tahu Alfarez tersenyum simpul di balik helm full face nya, "Mumpung lagi sama lo, kapan lagi kan lo mau gue ajak jalan," jawab Alfarez

Nindya mengabaikan perkataan Alfarez, kemudian bertanya, "Sebenernya kita mau kemana sih?" yang memang sedari tadi Nindya juga tidak tahu akan di bawa kemana oleh Alfarez.

"Taman, habis itu ke pasar malam" jawab Alfarez.

ANAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang