08. Senja dan Pasar Malam

130 94 15
                                    

Saat ini Alfarez dan Nindya sedang duduk di sebuah taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Alfarez dan Nindya sedang duduk di sebuah taman. Mereka berdua duduk di bawah rerumputan hijau dengan Alfarez yang menyandarkan tubuhnya ke salah satu pohon yang ada di sana, dan Nindya yang duduk tidak terlalu jauh darinya, dengan menekuk kedua kakinya sedang menatap lurus ke depan. Nindya baru tahu bahwa ada taman sebagus ini, lain kali pasti dia akan berkunjung lagi kemari.

"Senja nya lagi indah nin," ucap Alfarez tiba-tiba, setelah mereka berdua sama-sama berdiam tanpa memulai obrolan.

Beberapa detik tak mendapat jawaban dari Nindya, Alfarez menatap Nindya yang sedang memandang senja di atas sana. "Bukannya lagi indah, tapi emang selalu indah."

Senyum Alfarez mengembang saat mendapat jawaban dari Nindya, dia pikir Nindya tidak akan menjawab obrolannya ini. "Lo suka senja?" tanya nya lagi.

"Suka, emang ada ya orang yang nggak suka senja?"

"Ada, sebagian orang ada yang nggak suka senja karena warna senja yang mencolok itu katanya bikin mata sakit, dan lagi sebagian orang nggak suka senja karena mungkin ada kenangan yang nggak menyenangkan di saat senja itu hadir."

Nindya menolehkan kepalanya ketika mendengar jawaban dari Alfarez, dia tertarik, suka dengan obrolan ini. "Kenangan yang nggak menyenangkan di saat senja hadir," Nindya mengulang ucapan Alfarez dan berdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa ada orang yang nggak suka sama senja cuman karena hal itu? suruh siapa bikin moment di saat senja muncul" lanjutnya lagi.

Alfarez terkekeh ringan mendengar jawaban Nindya, "Gue pernah baca di salah satu buku tentang orang yang dulunya suka banget sama senja tapi karena adanya kenangan yang menyakitkan itu dia tiba-tiba jadi benci senja, soalnya setiap senja itu hadir pasti dia akan keinget lagi sama kenangan yang nyakitin dia."

Alfarez mendekat ke arah Nindya, dia mensejajarkan duduknya di samping Nindya, "Lagian emang siapa sih yang nggak mau bikin moment di saat senja itu muncul? apalagi moment nya yang indah. Dari buku itu gue juga baca penggalan kalimat yang katanya, nggak ada yang mau bikin moment menyakitkan di saat senja menampakkan dirinya nin, tapi karena dia nggak tau kalo moment menyakitkan itu bakalan hadir disaat dia tengah bersama senja dan orang yang dia sayang, kalau dia tahu dia juga nggak akan bikin moment itu disaat senja muncul."

"Lo juga suka banget sama senja ya Al?" tanya Nindya

"Al?"

"Iya Al, Alfarez kan?"

Lagi-lagi Alfarez tertawa karena ucapan Nindya, biasanya tidak ada yang memanggil dirinya dengan sebutan Al, tetapi orang-orang biasanya memanggil dia dengan sebutan Arez.

"Nggak suka banget, tapi ya suka aja."

Nindya hanya menganggukkan kepalanya singkat dan kembali menatap lurus ke depan tanpa menjawab ucapan Alfarez.

Mungkin ada benarnya juga perkataan Aya dan Aruna waktu itu, tidak salahnya dia membuka hati untuk Alfarez, sembari menunggu Rafaell kembali kan? Eh.

"Nin tipe cowok yang lo mau itu kayak gimana?" tanya Alfarez, "Gue cuman mau tau aja," lanjutnya lagi, ketika melihat raut wajah Nindya yang terlihat bingung.

ANAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang