14. Pacaran?

41 21 6
                                    

Setelah kejadian dimana Alfarez menjenguk mama Nindya, kedekatan mereka berdua semakin terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian dimana Alfarez menjenguk mama Nindya, kedekatan mereka berdua semakin terlihat. Dimana Alfarez yang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Nindya juga sekarang sesekali suka ikut menongkrong bersama Aya, Aruna, Naya, Freya dan teman-teman Alfarez.

Selalu tersemat senyuman Nindya setiap hari karena adanya Alfarez, sekarang juga Nindya jarang sekali mengingat Rafaell karena hari-harinya yang selalu ia lalui bersama Alfarez.

Nindya benar-benar mengijinkan Alfarez untuk masuk ke hatinya. berminggu-minggu Alfarez mendekati Nindya, dia lakukan sebisa mungkin untuk membuat Nindya nyaman di dekatnya.

Di beberapa Minggu itu pula, Alfarez dan Nindya sesekali jalan di hari Sabtu atau Minggu.

Setelah sepulang sekolah tadi, kini mereka berdua sedang berada di taman yang pertama kali mereka kunjungi waktu itu.

"Nindya, boleh gue nanya sesuatu?" celetuk Alfarez tiba-tiba. Ia mengalihkan pandangan nya kepada Nindya.

"Nanya apa?" Nindya juga mengalihkan pandangan menjadi menatap Alfarez, yang akhirnya mereka berdua menjadi bersitatap.

"Waktu minggu kemaren gue jemput lo ke rumah buat jalan, lo ada ketemuan dulu sama cowok?" jelas Alfarez langsung.

Nindya yang mendengar ucapan Alfarez menjadi bingung seketika, "Hah? enggak kok," jawab nya, menggelengkan kepala pelan. "Emang kenapa?" lanjut Nindya.

"Gue liat cowok itu keluar dari halaman rumah lo."

"Gue nggak ada kedatangan tamu di hari itu, lagian juga siapa? gue nggak ada deket sama cowok manapun kecuali lo," terang Nindya.

Alfarez menggeser duduknya menjadi lebih dekat kepada Nindya, memposisikan dirinya menjadi duduk berhadap-hadapan. "Nin, gue tahu banget ini kecepatan karena kita baru deket beberapa minggu ini. Tapi yang harus lo inget lagi, dari awal gue udah bilang kalo gue suka lo kan? gue nggak mau keduluan cowok lain, apalagi waktu hari minggu gue liat ada cowok keluar dari halaman rumah lo itu, ya meskipun lo juga udah bilang kalo hari itu nggak ada tamu, tapi gimana kalo itu penggemar rahasia lo?"

Alfarez memegang tangan Nindya, "So, Anindya Nasthusa, mau kan lo jadi pacar gue?" Alfarez menatap lamat mata Nindya menunggu jawaban, dia akan terima apapun keputusan Nindya.

Nindya kaget? tentu saja, karena memang ini terlalu cepat baginya. Dia memang mencoba membuka hatinya untuk Alfarez, dia nyaman di dekatnya. Tapi, apakah harus secepat ini? bahkan Alfarez maupun Nindya belum tahu menahu soal bagaimana sifatnya masing-masing.

"Al, sorry." Nindya melepaskan tangan nya dari genggaman Alfarez, mengalihkan pandangan nya kedepan, enggan untuk menatap Alfarez.

"Bahkan kita belum tahu satu sama lain gimana, lo nggak tahu gue gimana kan Al?"

"Tell me all about you."

Nindya menolehkan kepalanya sebentar ke arah Alfarez, kemudian menghadap kembali ke arah depan, sembari menghela nafas berat.

"Hal pertama apa yang harus gue ceritain ke lo Al?"

"Apapun."

"Banyak yang harus lo tahu dari gue Al, lo yakin pilih gue? bahkan gue hidup di keluarga biasa-biasa aja, nggak kayak lo sama temen-temen lo itu." Nindya menatap ke arah langit, sedikit demi sedikit matahari akan tenggelam yang akan di gantikan dengan bulan. Lagi-lagi dia ditemai oleh senja, dan satu orang yang akhir-akhir ini membuat nya nyaman. "Setahu gue, mantan pacar lo yang sebelumnya itu model kan? beda kelas kali sama gue Al," Nindya tertawa pelan karena ucapannya sendiri.

"Mau sekelas model pun lo bahkan lebih cocok buat gue. Nin, gak semuanya harus kita liat dari materi kan? gue lebih suka liat kesederhanaan lo, lo yang selalu apa adanya, lo yang selalu tenang, semua tentang lo gue suka," tutur Alfarez.

"Gue nggak punya keluarga yang utuh, gue cuma punya nyokap," ujarnya tiba-tiba.

Alfarez yang mendengar itu terdiam seketika, dia tahu bahwa orang tua Nindya telah bercerai dari Naya. Dia sempat bertanya-tanya tentang Nindya kepada sepupu nya itu.

"Ya terus kenapa?" tanya Alfarez.

"Hidup gue nggak sesempurna itu Al," ujar Nindya.

"Nggak ada orang yang sempurna di dunia ini Nin, kita berdua sama-sama punya kekurangan masing-masing. Gue terima semua kekurangan lo. Gue cuman butuh jawaban lo iya atau engga."

Nindya termenung mendengar perkataan terakhir Alfarez, Nindya benar nyaman di dekat Alfarez. Tapi kalau suka, Nindya rasa ia belum menyukainya.

Apa kalau Nindya tolak Alfarez, Alfarez akan menjauhi dirinya? apa hidup Nindya akan kembali seperti biasa, flat. itu yang ada di pikirannya.

"Gue butuh waktu, ini terlalu mendadak banget." Nindya beranjak dari duduknya yang lesehan dekat pohon, "Gue mau pulang, udah mau malem. Kasian nyokap gue sendiri di rumah."

Lagi dan lagi Alfarez menghela nafas berat. Ia juga beranjak dari duduknya mengikuti Nindya ke arah parkiran motor. Alfarez sedikit berlari kecil untuk menyamai langkah Nindya yang lumayan cepat, "Nin."

"Kenapa Al?"

"Lo menghindar."

Nindya tidak menjawab pernyataan dari Alfarez, dia terus saja berjalan beriringan dengan Alfarez setelah Alfarez mengikuti langkah cepat nya.

"Gue cuman butuh jawaban iya atau enggak," lanjut Alfarez.

Nindya menghentikan langkahnya di dekat pagar pintu keluar dari taman. Dia berhenti sejenak, mengatur nafasnya karena tadi sedikit berjalan dengan cepat.

"Gue masih nunggu seseorang," ujar Nindya.

Alfarez yang mendengar itu terdiam, sedikit bingung arahnya kemana. Tapi, beberapa detik kemudian ia baru paham maksud dari ucapan Nindya.

"Siapa?" tanya Alfarez.

"Ada, lo nggak perlu tau."

"Mantan lo?"

"Bukan."

"Orang yang ngasih lo boneka?"

Nindya langsung terdiam mendengar ucapan Alfarez, "Diem nya lo gue anggap ini bener."

******

Nindya merebahkan diri nya di kasur, menghela nafas nya kasar, kemudian memejamkan matanya sebentar.

Nindya sedang berpikir, apakah keputusan nya ini sudah benar atau tidak?

Pada akhirnya saat di taman tadi, Nindya malah menerima Alfarez untuk menjadi kekasihnya.

Awalnya Nindya memang tidak ingin menerima Alfarez, tapi Alfarez sendiri yang meyakinkan Nindya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Sebenarnya alasan lain Nindya yang masih menyukai dan menunggu Rafaell, Nindya juga tidak mau menerima Alfarez karena Nindya merasa tidak pantas, apalagi Alfarez yang banyak penggemar itu sudah di pastikan Nindya akan menjadi bulan-bulanan Penggemar Alfarez yang tidak suka Nindya.

Kemarin-kemarin saja saat dirinya berangkat dan pulang bersama Alfarez, banyak pasang mata yang menatap Nindya tidak suka. Bagaimana jadinya jika orang-orang tahu Nindya dan Alfarez sudah resmi berpacaran?

"Maaf Al, gue nerima lo bukan berarti gue udah suka, gue nyaman di deket lo tapi gue belum suka lo, gue masih pengen nunggu Kak Aell." Nindya beranjak dari tidurnya setelah istirahat beberapa menit untuk membersihkan diri. "Semoga ini emang keputusan yang tepat," ucap Nindya.

******

Kalo kalian di posisi Nindya kalian bakalan gimana?

Jangan lupa buat vote dan komen yaa, mampir juga ke tiktok ku @luvsbellsie

ANAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang