Alfarez memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Nindya. Setelah sarapan bersama keluarganya tadi, Alfarez langsung berpamitan untuk ke rumah Nindya. Dengan memakai mobil karena membawa beberapa makanan untuk Nindya dan mama nya.
Alfarez mengetuk pintu rumah Nindya dengan agak kesusahan karena menenteng 2 kresek makanan di tangan kanan dan kiri nya.
Nindya yang di dalam rumah mendengar ketukan pintu segera membuka pintu tersebut, sedikit membuat Nindya terkejut karena ternyata itu adalah Alfarez.
"Kok nggak bilang mau kesini?" tanya nya, sembari mempersilahkan Alfarez masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya Alfarez merasa sedikit canggung dan malu karena mengingat chat yang tadi pagi di kirimkan oleh adiknya itu. Ya meskipun itu memang bukan dirinya yang mengirim, tapi pasti Nindya mengira itu adalah dirinya.
"Emmm, sorry. Ganggu ya?" Alfarez menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Sungguh, Alfarez benar-benar gugup kali ini.
"Enggak, lo kenapa sih? kayak gugup gitu? Nindya terkekeh pelan melihat gelagat Alfarez yang tidak seperti biasanya.
"By the way sorry ya nin, chat yang tadi pagi itu bukan gue, itu adik gue yang iseng banget. Pasti lo ngira nya gue ya?"
Nindya tertawa mendengar penuturan Alfarez, pantas saja gelagat Alfarez tidak seperti biasanya, mungkin dia merasa malu karena kejadian tadi pagi.
"Santai aja kali Al."
Alfarez terdiam memandang Nindya, cantik. Itu yang ada di dalam pikiran Alfarez.
Mereka lanjut mengobrol kecil, dengan Nindya yang tidak lupa memberikan suguhan untuk Alfarez.
Saat sedang asik-asiknya mengobrol, Dania keluar dari kamarnya, membuat mereka berdua mengalihkan perhatian mereka.
Nindya beranjak dari duduknya, menghampiri Dania untuk memapah mamah nya itu untuk duduk di ruang tamu. Di ikuti oleh Alfarez, kemudian menyalimi tangan Dania.
"Kok nggak bilang sih ada tamu." Dania duduk di kursi sebelah Nindya, menyandarkan punggungnya di sofa. "Jadi Alfarez ini yang pernah ngasih boneka ke kamu ya sa?" lanjut Dania tiba-tiba.
Fyi Nindya biasa di panggil Sasa oleh orangtua nya. Mula nya, Sasa adalah panggilan Nindya saat kecil, diambil dari nama belakangnya, NasthuSa, Sasa.
Nindya kecil yang pada saat itu kesusahan untuk memanggil dirinya dengan nama Nindya, akhirnya Papa nya yang mengajarkan Nindya untuk memanggil dirinya dengan nama Sasa.
Saat beranjak dewasa jarang sebenarnya Nindya di panggil Sasa lagi, akhir" ini saat Dania memanggil dirinya dengan sebutan Sasa, Nindya selalu saja langsung teringat dengan Papa nya itu.
Nindya yang mendengar penuturan Dania, kaget sendiri dibuatnya. Tapi detik selanjutnya, Nindya langsung menjawab pertanyaan Mama nya itu. "Iya ma," jawabnya dengan berbohong.
Alfarez yang mendengar itu pun bingung, tapi melihat raut wajah Nindya yang mengkode dirinya untuk meng'iyakan saja, akhirnya hanya tersenyum tipis.
"Berarti kalian ini udah kenal lama ya, tapi kok Alfarez baru kesini sih," ujar Dania lagi. "Oh apa jangan-jangan pacarannya baru sekarang ya?" lanjutnya, dengan kekehan ringan.
"Apa sih ma, kok nanya nya gitu sih?" tukas Nindya.
"Belum tante, doain aja. Anaknya tante ini agak susah ya," ungkap Alfarez, dengan kekehan ringan di bibirnya.
Dania yang melihat kedua anak muda di hadapannya itu hanya mengulas senyum, menganggukan kepalanya pelan setelah mendengar jawaban dari Alfarez.
"Boleh tuh sa, mama restuin kok. Biar kamu ada yang jagain juga," ujar Dania. Kemudian beranjak dari duduknya untuk memasuki kamar. "Ya udah mama istirahat lagi ke kamar ya, kalian di lanjut aja."
Setelah kepergian Dania, mereka berdua sama-sama terdiam entah sedang memikirkan apa. Alfarez meminum air yang berada di hadapan nya, yang tadi di suguhkan oleh Nindya. Lalu berdehem kecil.
"Al, sorry ya. Jadi bawa-bawa nama lo gini," tutur Nindya. Tidak mungkin juga Nindya menyebutkan nama Rafaell, pasti mama nya itu akan bertanya-tanya. Berasal dari mana lah, ketemunya dimana lah, yang pasti bakalan membuat Nindya ribet, dan nanti bakal kelimpungan sendiri.
Alfarez yang mengerti arah pembicaraan Nindya menganggukan kepalanya singkat. "Gapapa, kalo boleh tau emang bonekanya dari mantan lo ya? oh atau pacar lo?" jawab Alfarez, dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.
Nindya menggeleng cepat, "Bukan, itu dari temen aja."
"Ohh, cowok?"
"Iya."
Keduanya sama-sama terdiam kembali, Nindya sebenarnya tidak enak meng-iya kan pertanyaan mama nya itu tentang boneka. Tapi, ya bagaimana lagi. Nindya juga sebenarnya takut Alfarez marah, meng-iya kan pernyataan yang tidak benar. Padahal Alfarez sendiri sudah bilang tidak apa-apa.
Sedangkan yang berada di pikiran Alfarez sekarang adalah, berarti Nindya sedang dekat dengan pria lain. Itu berarti kesempatan Alfarez untuk mendekati Nindya hanya sedikit.
"Itu udah lama kok, waktu gue kelas 1 SMA. Udah lost contact juga sekarang sama orang nya," celutuk Nindya tiba-tiba.
Entah mengapa Nindya malah berkata demikian, Apalagi melihat respon Alfarez yang biasa saja, dan menganggukan kepalanya singkat.
Padahal di dalam hati Alfarez dia kesenangan mendengar ucapan Nindya tadi. Itu berarti ada kesempatan untuk mendapatkan Nindya.
"Nindya, kalo boleh tau, sekarang lo ada lagi deket sama cowok gak?" tanya Alfarez tiba-tiba.
"Ada," jawab Nindya dengan cepat.
Raut wajah Alfarez seketika berubah saat mendengar jawaban Nindya, "Siapa?" tanya nya lagi.
"Lo," jawab Nindya, dengan kekehan di bibirnya.
Sial, Alfarez yang mendengar jawaban Nindya reflek mengulas senyum di bibirnya.
Nindya yang melihat raut wajah Alfarez yang tiba-tiba kesenangan, tersenyum juga melihatnya. Nindya tahu, dan Nindya juga sadar bahwa Alfarez memang memiliki perasaan kepadanya, apalagi saat di taman waktu itu, bahkan Alfarez sendiri yang bilang.
Meskipun di hatinya masih tersemat nama Rafaell disana, tapi Nindya ingin mencoba untuk membuka hatinya kepada Alfarez. Toh tidak ada salahnya juga kan. Apalagi kedekatan mereka berdua akhir-akhir ini membuat Nindya nyaman di dekat Alfarez.
******
Boleh mampir ke tiktok aku ya gais @luvsbellsie
Jangan lupa vote, komen dan follow cerita ini yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAFAEL
Teen FictionSingkatnya Nindya yang akhir-akhir ini menjadi sorotan di sekolah karena Alfarez yang gencar mendekati Nindya secara terang-terangan. Dan Nindya yang tetap menunggu Rafaell kembali, laki-laki yang Nindya temui secara virtual dan tiba-tiba menghilang...