"Jujur sama aku, Ra! Apa bener anak kamu itu darah daging aku?! Apa bener Doyie itu anak aku?! HAH?!!!!"
Nara tak bisa menjawab apapun, dia hanya membisu di tempatnya berdiri.
"Jangan diem aja, Ra! JAWAB AKU!" Doyoung mengguncang bahu Nara dengan ke...
Annyeonghaseyo yeorobun, selamat datang di cerita pertama gue! Semoga kalian suka yaa ^,^
Jangan lupa follow dan kasih vote di tiap Chapter ♡♡♡ Kasih komen juga biar kita bisa ngobrol. Enjoy 😊😊😊😊😊
========================================
Di samping kursi kemudi Jaemin yang sedang menyetir, Nara termenung memikirkan peringatan dokter untuknya. Bahwa dia tidak boleh tertekan apalagi sampai stres, bahwa dia tidak boleh banyak menangis, bahwa dia tidak boleh banyak bersedih. Karena hal itu semua dapat dirasakan bayi yang ada di dalam kandungannya. Jika sekali lagi Nara mengalami tekanan hingga pendarahan, bisa dipastikan anaknya akan lahir prematur.
Nara diam-diam menarik nafas panjang. Selama ini dia memang banyak menekan dirinya sendiri. Dia yang sejujurnya porak-poranda dengan segala keputusan yang dia ambil, hingga tiba-tiba seluruh hidup nya berubah dalam sekejap. Harus berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa. Nara masih belum bisa menerima kenyataan ini sepenuhnya. Dan sekarang Nara lelah, Nara rindu, Nara terluka.
Wanita itu mengelus perutnya, dia merasa bersalah telah menyeret buah hatinya ke dalam kesedihan yang dia rasakan. Nara bertekad akan menjadi ibu yang lebih baik untuk anaknya. Jaemin memperhatikan sang istri.
"Sayangg, kamu mau makan sesuatu?" Suara Jaemin membangunkan Nara dari lamunan.
"Hmmm?" Nara sempat kaget, "Emmmm, gue mau dimasakin lo aja."
"Kalo gitu gimana kalo kita barbeque-an aja malam ini? Itung-itung sekalian ngerayain kepulangan kamu dari rumah sakit."
"Boleh." Nara mengangguk.
"Yaudah kita mampir belanja bentar ya." Jaemin membelokkan mobilnya ke pusat perbelanjaan terdekat.
***** New York.
"Lo ngapain, Bang?" Mark yang terbangun dari tidurnya dan berniat mengambil air minum di dapur keheranan melihat Doyoung yang sibuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Buat topokki." Lelaki itu sibuk menguleni adonan.
"HAH!!" Mark kaget. "Tengah malem gini?!"
Doyoung melihat jam.
"Oh ya? Udah tengah malem ya? Gue kira masih jam 10'an tadi."
"Ngapain sih, Bang? Kaya besok ga ada waktu aja."
"Ho'oh, besok ga ada waktu! Besok gue ada jadwal pribadi."
"Yahh, kan bisa beli aja kalo gitu."
Doyoung menggeleng.
"Gue pengen buat sendiri."
"Harus banget gitu malem-malem gini?"
"Ho'oh, ga tahu kenapa gue pengen banget makan topokki."