Malam itu, Seungcheol dengan penatnya memutuskan untuk keluar istana. Ia berharap dengan menghirup udara malam, ia bisa menghilangkan keresahan dan kegelisahan yang ada dalam hatinya. Walaupun ia keras kepala, kejadian yang menimpa perdana menterinya sendiri menjadi peringatan baginya dalam mengambil keputusan.
Akhirnya ditemani oleh Mingyu, ia pun pergi ke Sungai Han. Awalnya ia merasa tenang ketika melihat sebagian rakyatnya masih memiliki waktu untuk bersantai di tepi sungai Han. Namun, ketenangan itu hancur saat mendengar komentar-komentar dan kritikan pedas mengenai keputusannya dan apa yang terjadi akhir-akhir ini.
"Yang mulia," panggil Mingyu dengan khawatir karena ia yang mendengar secara langsung kritikan itu. Tetapi Seungcheol memilih untuk tetap mendengarkan percakapan itu hingga akhir. Seketika ia merasa gagal menjadi seorang pemimpin negara. Bagaimana rasa serakahnya ternyata bisa membuat rakyatnya dirugikan?
Namun, tidak sampai disana saja keterkejutan yang ia dapatkan. Kini, ia kembali terkejut dengan sosok yang ia jumpai secara tidak sengaja disana. Sosok yang sejak beberapa hari sebelumnya memenuhi pikirannya. Sosok yang senyumannya diam-diam menjadi candu baginya. Hanya saja, Seungcheol menyayangkan karena takdir memertemukan mereka dalam keadaan seperti ini.
Seungcheol juga dapat melihat keterkejutan yang sama dialami oleh Jeonghan. Kini mereka bertatapan dan bingung untuk mengambil langkah selanjutnya. Haruskah ia menghampirinya atau berjalan ke arah lain seperti orang asing?
Seungcheol kemudian melihat Jeonghan menundukkan kepalanya dan hendak beranjak. Lalu tanpa sadar, Seungcheol memanggil namanya dengan pelan namun berhasil membuat sang empu berhenti melangkahkan kakinya dan menatap Seungcheol yang tengah mengumpulkan keberanian.
"Jeonghan-ssi, bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Seungcheol penuh harap.
Jeonghan terdiam cukup lama hingga Seungcheol berfikir mungkin Jeonghan tidak ingin bertemu atau memiliki urusan lagi dengannya. Namun, setelah beberapa detik, senyum teduh terulas diwajah Seungcheol karena mendapatkan anggukan sederhana dari Jeonghan. Dengan begitu, kini mereka berdua duduk tidak jauh dari tepi sungai dan menatap air yang bergerak itu dalam diam.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini, apakah pekerjaanmu di Prancis sudah selesai?" tanya Seungcheol berbasa-basi. Jeonghan menolehkan kepalanya hingga keduanya kembali saling menatap. Seungcheol sebenarnya malu untuk menunjukkan wajahnya sekarang karena ia pasti terlihat kacau. Tetapi, ia tidak bisa menutupinya lagi.
"Iya, untungnya saya bisa kembali lebih cepat kesini," jawab Jeonghan sederhana.
Seungcheol kembali terdiam, ia bingung menyampaikannya bagaimana tetapi ia benar-benar ingin mengetahui isi pikiran Jeonghan terhadapnya sekarang. "Jeonghan-ssi, mungkin kini dirimu penuh pertanyaan apakah aku tengah membuat Menteri Yoon dalam bahaya atau tidak, namun sejujurnya, aku tidak ingin membahayakan siapapun sekarang," jelasnya tidak sesuai dengan keinginan hatinya.
"Yang mulia," panggil Jeonghan berhati-hati, namun itu sukses membuat jantung Seungcheol berdegup kencang.
"Anda tidak bisa membicarakan hal seperti ini sekarang pada saya terlebih di tempat umum seperti ini. Saya juga tidak mengerti maksud Yang mulia mengatakan hal ini sekarang, ataupun maksud tujuan anda membuat langkah berbahaya seperti ini bersama ayah saya. Tetapi...-," Jeonghan menggantungkan ucapannya membuat Seungcheol semakin takut dengan apa yang akan dilontarkan oleh pria itu.
"Anda telah berjanji pada saya untuk tidak membiarkan keluarga saya dalam bahaya. Kini sudah waktunya anda untuk mewujudkan ucapan itu," lanjutnya. Seungcheol terdiam membeku karena ucapan Jeonghan yang secara langsung menuntutnya untuk tidak membahayakan orang lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] The Royal Consort - Jeongcheol
FanfictionTuntutan Keluarga Kekaisaran mengantarkannya pada sosok yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Sayangnya, posisi permaisuri tidak akan bisa terlepas dari persaingan politik yang membahayakan. Choi Seungcheol harus menjaga kekuasaannya...