Jeonghan tidak berbohong ketika ia berkata kepada Seungcheol bahwa ia juga ingin hidup bahagia. Ia hanya ingin hidup bahagia dengan sederhana. Bahkan jika ia bisa berhenti sebagai model papan atas pun, ia tidak masalah. Ia sudah terlalu banyak mengalami semuanya sekaligus. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak seharusnya ia sentuh dan berakhir seperti sekarang.
Ketika ia tidak sengaja mendengarkan percakapan ibunya dengan Seungcheol karena pintu yang tidak tertutup rapat, Jeonghan meremas dadanya kuat dan menahan bibirnya agar tidak bersuara sebelum melarikan diri ke kamar rawat ayahnya dan menangis disana. Seandainya dirinya tidak bertanya kepada sang ayah mengenai kasus para pejabat itu, mungkin saja ayahnya tidak akan seperti ini.
Tetapi, ayah dan ibunya sudah tahu semuanya bahkan bersedia menghadapinya. Jadi, mengapa ia harus bersikeras merasa tidak adil?
Saat ia menggenggam tangan ayahnya yang hangat, Jeonghan menangis kembali namun ia teringat dengan ucapan orang-orang disekelilingnya. "Jangan membuat pengorbanan Yoon Sanghyun menjadi sia-sia," "kami sudah mengetahui segala risikonya, jadi kami harap tidak ada dendam diantara hidup kami," meski sulit untuk diterima, Jeonghan harus menelannya. Ia harus hidup bahagia tanpa mengorbankan jiwa lainnya.
-
Mesin mobil itu dimatikan ketika Jeonghan dan Seungcheol sampai dengan selamat di kediaman Yoon setelah perjalanan panjang. Jeonghan segera keluar dari mobil menuju gerbang rumahnya disusul oleh Seungcheol. Raut wajah keduanya masih berseri meskipun kelelahan menghampiri mereka karena menghabiskan waktu seharian penuh diluar rumah tanpa istirahat.
"Terima kasih atas ajakannya hari ini, Yang mulia," ujar Jeonghan.
"Lagi...Yang-mulia?" kata Seungcheol, Jeonghan menggelengkan kepalanya sebagai balasan.
"Namamu terlalu indah hingga aku tidak berani untuk menyebutnya secara langsung, tapi jangan khawatir, aku akan memanggilnya mungkin... nanti... suatu saat," balas Jeonghan dengan senyuman tipisnya. Seungcheol yang berniat hanya menggoda Jeonghan sebenarnya, berakhir dengan tertegun dan membalas senyuman itu dengan senyuman indahnya.
"Baiklah, aku akan menantikannya saat-saat itu," finalnya dengan penuh harap. "Kalau begitu, selamat beristirahat Jeonghan, terima kasih kembali karena bersedia pergi bersamaku hari ini," lanjutnya yang dibalas anggukan oleh Jeonghan.
Setelah berpamitan, Jeonghan pun segera memasuki kediamannya yang sudah ditunggu oleh Kihyun sedangkan Seungcheol kembali ke istana menggunakan mobilnya bersama Mingyu. Setelah membersihkan diri dan hendak beristirahat, Jeonghan sempat membuka ponselnya dan menemukan sebuah pesan baru dari pesan-pesan yang masuk kedalam kontak pesannya.
Ini aku, Seungcheol.
Aku lupa untuk mengatakan ini kepadamu, waktu yang sulit juga sama seperti waktu bahagia karena itu adalah bagian dari kehidupan, dan apabila kau membutuhkan seseorang di waktu yang sulit, ingatlah ada aku disana.
Selamat malam, Jeonghan. Semoga mimpi indah.
Jeonghan tersenyum tipis membaca setiap untaian kata yang dikirim oleh Seungcheol. Meskipun kalimat itu bukan kalimat yang manis, namun kalimat itu cukup untuk membuatnya kembali berfikir tentang hidupnya serta hubungannya dengan dua anggota keluarga kekaisaran. Apalagi dengan pesan masuk yang dikirimkan oleh Seungwoo yang berada di bawah pesan masuk Seungcheol. Pesan yang dikirimkan enam jam yang lalu, dan belum ia buka. Pesan yang ia tahu, tidak akan membuat hubungan mereka membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] The Royal Consort - Jeongcheol
FanfictionTuntutan Keluarga Kekaisaran mengantarkannya pada sosok yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Sayangnya, posisi permaisuri tidak akan bisa terlepas dari persaingan politik yang membahayakan. Choi Seungcheol harus menjaga kekuasaannya...