Menunggu bintang yang kesepian
Seorang laki-laki yang ingin dicintai
Malam ini berubah menjadi redup“Kudengar ada masalah tadi di sekolah?”
Adalah pertanyaan yang paling tidak ingin Eve dengar begitu menginjakkan kaki di rumah. Padahal ia sempat bersyukur akhir-akhir ini ayahnya jarang di rumah. Tapi begitu pulang yang ia bahas malah hal ini. memberikan tasnya pada Hans, Eve duduk di sofa seberang sang ayah dan duduk berhadapan.
“Anda tidak perlu khawatir. Itu bukan masalah serius.”
“Bukan masalah serius? Tidak hanya kelasmu di pindahkan ke kelas yang tak pantas tapi kepalamu juga dikotori oleh makanan sampahan disana. Apa kau masih berpikir semua itu bukan penghinaan untukmu?”
“ ... ”
“Sudahlah, aku sudah mengurus anak-anak itu! Astaga, mengapa kamu sama sekali tidak bisa mengambil sikap tegas, huh?!”
Kau pikir yang kau lakukan itu sikap tegas? Itu hanya penganiayaan terhadap siswa sekolah, batin Eve dongkol. Dan tentunya tak bisa ia utarakan secara gamblang pada pria paruh baya dengan egoisme dan harga diri tinggi itu.
“Ingat Eve! Saat ini keluarga kita sedang di pandang rendah karena Perdana Menteri sialan itu! Jangan sampai kau biarkan orang lain melihatmu dengan sebelah mata, paham!?”
“... baik."
Ayah Eve melengos, memberi isyarat untuk Eve pergi dari hadapannya. Eve bangkit dari duduknya dan bergegas menuju kamarnya. Sesampainya disana, Eve langsung merebahkan diri dan memeluk guling Kumataro kesayangannya.
“... pasti yang melaporkan hal ini adalah Natsushiro,” gerutunya, “dia terlalu ikut campur.”
Tidak ingin berlarut-larut dalam kekesalan, Eve memutuskan menarik laptopnya dan mengerjakan beberapa dokumen yang harus di periksa dan di kirim besok pagi. Entah sudah berapa jam berlalu, Eve tidak ingat. Hanya begitu ia menegakkan tubuhnya, jam telah menunjukkan pukul satu dini hari. Ia sempat bimbang apa harus melanjutkan tugasnya sampai selesai atau berhenti dan tidur. Namun, berpikir sekali lagi, Eve ingat sudah mengerjakan semua tugas penting dan menyisakan dokumen yang bisa di periksa nanti-nanti.
Maka jadilah ia mematikan laptopnya dan kembali menyamankan posisi rebah. Memeluk guling dengan nyaman, Eve berangsur-angsur lelap dan akhirnya pulas. Berharap esok pagi pun, harinya juga cerah seperti biasanya.
•••
Bangun tidur, merapihkan ranjang, bebersih diri, kemudian mengecek tas dan seragamnya. Tak lupa dengan paperbag berisi jersey Tomohisa yang sudah di cuci bersih telah siap di atas mejanya. Di rasa sudah lengkap dan rapih, Eve bersiap untuk mengganti pakaiannya sebelum tiba-tiba ia mendengar teriakan penuh amarah dan umpatan dari ayahnya dari lantai satu. Mengerutkan dahi, Eve yang hendak keluar kamar terkejut oleh pintunya yang di tarik dari luar.
“Tuan muda. Hari ini dengan sangat terpaksa anda harus tetap di dalam kamar," ucap Akame, salah satu Bodyguard.
“Apa yang terjadi?”
“Semalam, salah satu cabang Harapeco Store kita meledak. Dugaan pertama karena gangguan listrik. Tapi begitu di selidiki CCTV, ada penyusup yang merusak pusat kendali Store dan memicu ledakan.”
“!?”
Bodyguard itu menambahkan lagi. "Ada dugaan seseorang mengincar Harapeco atau mungkin utusan dari pihak sebelah. Jadi anda harus tetap berlindung di dalam sampai keadaan di luar terkendali.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Outsider || SouEve
Short Story⛓️ Utaite Fanfiction ⛓️ mungkin ia hanya lelah. atau mungkin ia bosan saja dengan kesehariannya. dirinya sendiri bahkan tak tahu bagaimana cara untuk menjabarkan apa yang saat ini ia rasakan. padahal, ia sudah berhasil menerima keadaan hidupnya. ia...